Laga klasik. Begitulah para penggemar basket Indonesia menyebut pertandingan final IBL 2018-2019. Laga ini mempertemukan Stapac Jakarta melawan Satria Muda Pertamina Jakarta. Berlangsung dengan sistem best-of-three, mulai 21 hingga 24 Maret 2019 mendatang. Ada dua arena yang akan dipakai untuk pertandingan final yaitu Britama Arena, Jakarta, dan C-Tra Arena, Bandung. Mengapa disebut laga klasik? Sebab persaingan kedua tim tersebut tidak hanya sekadar prestasi, tapi juga gengsi.
Cerita ini dibagikan oleh Wahyu Widayat Jati. Ia merupakan salah satu pemain yang pernah merasakan panasnya persaingan kedua tim. Bahkan semasa menjadi pemain, Wahyu pernah mengantar kedua klub tersebut menjadi juara.
Wahyu bergabung dengan Satria Muda tahun 1995, tepat satu tahun setelah klub tersebut berdiri. Saat itu, ia dilirik pemilik Satria Muda saat masih membela tim amatir, Mitra Guntur. Mulailah Satria Muda dan Aspac (nama saat itu), menjadi dua tim penguasa basket Indonesia.
"Sejak saya bergabung tahun 1995, Aspac dan SM mulai terlibat persaingan sengit. Bahkan pernah di tahun 2000-an, final IBL saat itu selalu SM lawan Aspac. Beberapa kali saat saya masih di SM, selalu bertemu Aspac di final. Ketika saya MVP Final IBL 2004 itu, finalnya juga antara SM lawan Aspac," kisahnya.
Wahyu sudah mendapatkan enam kali gelar juara liga Indonesia bersama Satria Muda. Bila Satria Muda mengumpulkan 10 kali gelar juara, maka Wahyu menjadi pemain yang bisa mendapatkan lebih dari separuh gelar yang dikumpulkan Satria Muda. Menariknya, ketika ia kembali bermain di basket Indonesia pada musim 2012 hingga 2014, Wahyu juara bersama Aspac.
"Saya pergi ke Amerika tahun 2010. Saat itu kontrak saya dengan SM berakhir di tahun 2009. Sepulang dari Amerika, saya bergabung dengan Aspac. Waktu final NBL Indonesia 2013-2014, itu lawannya juga SM. Itu final terakhir saya dengan mempertemukan Aspac dan SM," kata Kepala Pelatih NSH Jakarta itu.
Panasnya persaingan dua klub ibukota tersebut juga dirasakan oleh Fictor Gideon Roring. Semasa aktif sebagai pemain, Ito (sapaan akrabnya) juga pernah membela Aspac dan Satria Muda. Ito mengawali karir di basket profesional bersama Pelita Jaya pada tahun 1991. Ia kemudian pindah ke Aspac tahun 1995. Pada 1999, Ito memutuskan bergabung dengan Satria Muda.
Saat masih aktif bermain, ia mengantarkan Aspac menjadi juara di musim 1995-1996. Sedangkan di Satria Muda, ia menjadi juara tahun 1999. Semasa jadi pelatih, Ito sukses besar dengan membawa Satria Muda enam kali juara liga basket nasional yakni 2004, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010-2011.
"Waktu saya membela Aspac, SM memang belum ada. Kemudian saya pindah ke SM dan mulai merasakan aroma persaingan dengan Aspac. Memang kalau pertemuan kedua tim ini selalu dinamai dengan laga klasik. Ketika saya menjadi pelatih, juga sama. Pertandingan antara kedua tim selalu menarik," ucap Kepala Pelatih Pelita Jaya tersebut.
Menurut Ito, tim apapun yang bertanding, entah itu Stapac, Satria Muda, Pelita Jaya, NSH, dan kontestan IBL lainnya, kalau final tetaplah final. Penggemar basket berharap pertandingan yang spektakuler. Ekpektasi tersebut harus dijawab oleh kedua tim yang berlaga di final. Mereka harus menunjukkan semangat pantang menyerah untuk meraih gelar juara.
"Saat ini boleh dikatakan bahwa SM jadi underdog, karena bermain dengan satu pemain asing. Tapi seperti harapan penggemar basket Indonesia lainnya, saya juga menginginkan pertandingan seru di final," imbuhnya.
Senada dengan Ito, Wahyu juga berharap bahwa sajian puncak musim ini spektakuler. Ia menilai Stapac musim ini tampil luar biasa di musim reguler hingga playoff. Sebaliknya, Satria Muda membuktikan bahwa mereka punya mental juara. Sempat terseok-seok di tengah musim, tapi bisa lolos ke final.
"Kalau boleh saya bilang, Stapac lawan Satria Muda ini bukan hanya sekadar perebutan gelar juara. Ini pertaruhan gengsi kedua tim. Juaranya bukan hanya akan mendapatkan piala saja, melainkan kehormatan sebagai penguasa basket Indonesia. Ditambah lagi, predikat sebagai penguasa basket ibukota," kata Wahyu.
Pertandingan final IBL 2018-2019 akan dimulai pada Kamis, 21 Maret 2019. Satria Muda akan menjadi tuan rumah laga pertama, di Britama Arena, Jakarta. Kemudian pertemuan kedua berlangsung di C-Tra Arena, Bandung, Sabtu, 23 Maret 2019. Bila terjadi kedudukan sama kuat, maka laga ketiga digelar Minggu, 24 Maret 2019, di C-Tra Arena, Bandung. (tor)
Foto: Hariyanto, Angger Bondan, Dite Surendra