Nike membuat kampanye bernama Air Max Day sejak 2014. Hari tersebut dibuat untuk memperingati perilisan siluet Air Max 1 yang dilakukan pada 1987. Pabrikan asal Oregon itu sudah merilis beberapa siluet. Namun, melalui laman Sole Collector, Nike mengumumkan bahwa tidak ada rilisan baru untuk memperingati Air Max Day 2019.
Dalam rilis pers tersebut, Nike mengumumkan bahwa agenda tahunan itu akan memasuki babak baru. Babak di mana mereka akan lebih fokus dalam isu sosial dan memberi kontribusi untuk komunitas lokal di Amerika Serikat dan dunia. Gerakan yang akan diangkat bernama “Give Fresh Air”. Visi yang diangkat juga sedikit membahas tentang perilaku konsumerisme produk termasuk sepatu.
Meski demikian, mereka tetap mengenalkan edisi baru demi memuaskan hasrat pada penggemar setianya. Siluet-siluet baru akan dilepas selang beberapa waktu setelah 26 Maret 2019. Bahkan, sebulan sebelumnya, perilisan edisi Air Max 1 “Have a Nike Day” dianggap untuk meramaikan Air Max Day 2019 meski Sang pabrikan tidak menyebut perayaan tersebut.
Nike Air Max Day bisa jadi hari yang paling ditunggu para penggila pecinta sepatu berbantalan kantong udara itu. Alasannya sederhana, mereka menunggu rilisan Air Max terbatas dan langka pada hari tersebut.
Poster Air Max Day 2017 dengan menampilkan delapan siluet yang dirilis pada 26 Maret.
Pada 2014, Nike memperkenalkan perayaan Air Max Day sekaligus merilis Nike Air Max 1 Premium QS “Air Max Day 2014”. SIluet tersebut dibuat untuk menghormati bantalan udara yang diperkenalkan 27 tahun sebelumnya.
Setahun setelahnya, Tinker Hatfield selaku desainer mengumumkan bahwa ia sudah membuat siluet lain sebelum menelurkan Air Max 1. Sepatu yang dimaksud adalah Air Max Zero. Oleh karenanya, Nike merilisnya sebagai edisi spesial Air Max Day 2015. Kampanye berstandar internasional dibuat demi meraih atensi maksimal. Pesta dan gelaran diselenggarakan hampir di setiap negara kiblat fesyen dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Paris, Hong Kong, Jepang, dan lain sebagainya.
Sejatinya, Air Max Day 2016 adalah momen spesial. Nike membuat tiga sepatu yang didesain oleh desainer senior sekaliber Tinker Hatfield, Hiroshi Fujiwara, dan Mark Parker. Sayangnya tiga karya ketiga desainer tersebut kurang dilirik khalayak. Nike juga mengundang para konsumen untuk memilih siluet legendaris mana yang ingin dirilis ulang. Model dengan suara terbanyak akan dirilis pada Air Max Day tahun depan.
Perilisan terbesar Air Max Day terjadi pada 2017. Total ada delapan sepatu yang dilepas, satu adalah pemenang pemungutan suara di edisi sebelumnya yaitu Atmos x Nike Air Max 1 “Elephant Print”. Dijual pula dua sepatu yang terinspirasi dari dua warna perdana Nike Air Max 1 pada 1987.
Sebagai pelengkap, VaporMax diperkenalkan sebagai salah satu sepatu berbantalan udara terbesar. Kampanye “Walking on Air” berhasil membuat sepatu ini meraih atensi luas. Tak berhenti di situ, Nike mencoba menggabungkan 10 edisi terbaik Air Max 1 medio awal 2000-an dalam Air Max 1 “Masters”.
Tahun 2018 bisa dibilang sebagai edisi klasik. Nike memunculkan kembali siluet Air Max 270, 360, dan siluet gabungan (Hybrid). Puncaknya adalah pengenalan lini kolaborasi dengan Sean Wotherspoon. Ia berhasil membuat sepatu dengan bahan atas dari kain Corduroy. Bagian atas (upper) menggunakan siluet Air Max 97 sementara bantalan hingga sol menyerap dari Air Max 1. Sepatu ini begitu populer di kalangan penikmat kultur sneaker hingga tahun ini. Fakta tersebut dibuktikan dengan harga jual kembali Sean Wothersponn x Nike Air Max 1/97 yang masih tinggi di pasar sekunder.
Setelah melirik pada torehan tersebut, maka wajar bila banyak pihak yang menyayangkan keputusan Nike terkait Air Max Day 2019. Walau begitu, kita patut mengapresiasi konsep program baru yang dimunculkan. Geliat kultur sneaker tidak hanya soal memakai sepatu mahal dan baru lalu dipamerkan ke khalayak ramai. Pergerakan ini juga memuat isu kemanusiaan juga apresiasi atas karya seseorang. Bila kita hanya fokus pada membeli sepatu baru, maka kita sudah memunculkan tabiat konsumerisme dalam diri.
Foto: Nike