Menyebut Sacramento Kings dalam persaingan tempat playoff rasanya bukanlah hal lumrah di kurun satu dekade terakhir atau lebih tepatnya 13 tahun terakhir. Sejak terakhir kali lolos ke playoff pada musim 2005-2006, Kings terus mengalami penurunan prestasi. Dalam kurun waktu tersebut, prestasi terbaik Kings adalah finis di peringkat 10 klasemen Wilayah Barat pada musim 2015-2016 lalu. Bahkan, 13 tahun gagal ke playoff adalah rekor “puasa” terpanjang NBA sekarang.

Salah satu penyebab sulitnya Kings untuk mempaiki atau bahkan sekadar mengulang prestasi mereka adalah banyaknya perubahan di manajemen sejak terakhir kali lolos ke playoff. Ada satu kali pergantian pemilik dari keluarga Maloof ke Vivek Ranadive pada 2013. Lalu empat kali pergantian manajer umum yang kini dijabat oleh mantan pemain mereka sendiri, Vlade Divac. Serta total 10 kali pergantian pelatih hingga akhirnya Dave Joerger menangani tim dalam dua tiga musim terakhir.

Seiring dengan banyaknya perubahan di manajemen, susunan pemain juga terus silih berganti. Dalam satu waktu, tepatnya di tahun 2007, Kings pernah menaruh “harapan” mereka kepada Kevin Martin, pemain yang sempat mengunjungi Surabaya beberapa waktu lalu. Lalu, mereka memindah beban tersebut kepada Tyreke Evans, ruki Kings pertama yang meraih gelar Rookie of the Year dalam sejarah tim (sejak bernama Sacramento Kings).

Setahun berselang, harapan semakin tinggi setelah DeMarcus Cousins mereka pilih di urutan kelima NBA Draft. Di saat yang bersamaan, Hassan Whiteside juga mereka pilih di putaran akhir NBA Draft 2010. Duet Evans-Cousins hanya bertahan hingga dua musim ke depan. Evans angkat kaki dari Kings usai masuk ke paket pertukaran. Dalam kurun 2010-2013, Kings juga mendapatkan pemain-pemain seperti Jimmer Fredette dan Isaiah Thomas dari proses draft.

Silih berganti pemain-pemain yang tak bisa dibilang jelek datang ke Kings setelah itu. Derrick Williams dan Rudy Gay datang melalui proses pertukaran. Rajon Rondo pun juga sempat mengenakan seragam Kings pada musim 2015-2016 tapi juga tak membawa pengaruh besar untuk Kings.

Musim 2016-2017 bisa dibilang menjadi awal revolusi besar Kings. Keputusan Divac menukar Cousins ke Pelicans bersama Omri Casspi untuk Buddy Hield, Tyreke Evans (lagi), Langston Galloway, dan dua hak memilih di putaran pertama musim selanjutnya mulai dituah hasilnya sekarang. Meski Evans dan Galloway bisa dibilang tidak terpakai dalam tim dan hanya bertahan di sisa musim, kehadiran Hield membawa perbedaan besar.

Bersama kedatangan De’Aaron Fox, Harry Giles, dan Frank Mason III,hingga Marvin Bagley III, Kings kini memiliki skuat muda yang sangat menjanjikan. Dibilang menjanjikan karena untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir, nama Kings akhirnya masuk dalam perbincangan lolos ke playoff. Bahkan, sejak  2005-2006, musim ini adalah kali pertama Kings memiliki persentase kemenangan di atas 50 persen pada bulan Maret.

Kings sendiri kini menempati peringkat sembilan klasemen sementara Wilayah Barat dengan rekor 33 kali menang dan 32 kali kalah. Dengan sisa 17 gim yang tersisa, Kings tertinggal lima kemenangan di belakang Utah Jazz, San Antonio Spurs, dan Los Angeles Clippers yang ada di posisi 6-8. Rekor 33 kemenangan ini berhasil menyamai pencapaian terbaik mereka dalam lima musim terakhir.

“Ini sungguh luar biasa,” ujar Joerger dilansir  The Sacramento Bee. “Banyak orang di luar sana bicara tentang Kings dan kemungkinan kami lolos ke playoff, ini adalah hal yang cukup baik,” lanjutnya. “Kami tidak berada di tempat seharunya kami berada, kami belum berada di tempat yang kami inginkan, tapi kami pastikan kami menjalani proses ini dengan menyenangkan,” tutupnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh De’Aaron Fox. Masih dilansir sumber yang sama, Fox menyebutkan bahwa bermain dengan rasa senang adalah kunci keberhasilan Kings untuk bangkit musim ini. “Kami tahu kami masih memiliki jalan yang panjang untuk menjadi lolos ke playoff. Tapi kami memiliki kumpulan pemain yang menikmati waktu bersama satu sama lain. Dari titik itu, koneksi kami terjalin dan hal tersebut berpengaruh di lapangan.”

Di sisa jadwal yang ada, Kings akan menghadapi enam gim berhadapan dengan tim Wilayah Timur. Dua di antaranya adalah tim yang berpotensi menempati empat besar (Philadelphia 76ers dan Boston Celtics). Sisanya, mereka melawan tim Wilayah Barat dan hanya Houston Rockets, Utah Jazz dan San Antonio Spurs yang memiliki peluang besar lolos ke playoff.

Jika manajemen Kings terus dalam kondisi “sehat” , tidak bergonta-ganti dan terus percaya kepada inti pemain muda mereka, Kings berpeluang menjadi tim yang menakutkan. Kesabaran adalah kunci dalam membangun tim ditambah dengan pola pikir untuk ingin terus lebih baik dari musim ke musim.

Ditambah dengan transaksi yang tepat saat malam draft hingga melihat pemain mana yang masuk dalam pertukaran dan siapa yang mereka datangkan akan menjadi kunci membangun skuat ini. Tiga tim yang kini berada di puncak NBA adalah tiga tim yang bersabar dan membangun dengan tepat. Golden State Warriors yang setia menanti perkembangan Stephen Curry, Klay Thompson, dan Draymond Green serta transaksi tepat untuk membawa Kevin Durant, Andre Iguodala adalah contoh termahsyur.

Lalu ada Milwaukee Bucks yang memupuk Giannis Antetkounmpo, Khris Middleton, dan Malcolm Brogdon, untuk menyatu dengan Eric Bledose, Tony Snell, hingga Brook Lopez. Serta Denver Nuggets dengan Nikola Jokic, Jamal Murray, Gary Harris, Will Barton, dan kedatangan Paul Millsap.

Selain Kings, saya rasa ada tiga tim lain yang berpotensi untuk mengikuti jejak tiga tim di atas selain Kings. Bagi saya, tiga tim tersebut adalah Chicago Bulls, Atlanta Hawks, dan Brooklyn Nets. Mari kita tunggu perjalanan Kings untuk mematahkan puasa panjang tim ini lolos ke playoff.

Foto: NBA, Sportige

 

Komentar