Beberapa waktu lalu, Zion Williamson terpeleset setelah Nike PG 2,5 PE “Duke” yang ia pakai jebol. Pemain Duke University itu dikabarkan mengalami cedera. Asumsi pun menyebar bahwa sepatu Nike kurang memadai untuk digunakan oleh Zion. Lebih dari itu, dampak atas jebolnya sepatu tersebut ada pada penurunan saham hingga wacana menuntut sang pabrikan.

Wacana tersebut menyeruak setelah Nike terbukti memiliki kerja sama dengan Duke University. Hal itu diumumkan melalui situs resmi di mana Nike mengontrak tim basket Blue Devils, tim basket Duke, hingga 2027. Melalui situs kampus, Nike akan menyuplai bermacam kebutuhan pakaian olahraga dari cabang olahraga atletik. “Nike dan Duke Athletics sudah menjalin persahabatan sejak 1992. Tentu kerja sama unik ini bisa saling menguntungkan di masa yang akan datang,” papar Kevin White, Direktur Atletik Duke University dilansir dari goduke.com.

Zion tak lagi membela rekannya di lapangan setelah itu. Ia hanya bermain kurang dari semenit. Pelatih Mike Krzyzewski menjabarkan bahwa pemain andalannya hanya menderita kram lutut ringan. Kepada media, ia juga menjelaskan bahwa kondisi Zion cukup stabil.

Dalam peraturan NBA, seorang pemain sudah dilindungi dengan asuransi penuh apabila terjadi cedera. Aturan itu tertulis dalam sebuah dokumen bernama Article X. Dilema itu terjadi karena Zion yang masih berusia 18 tahun. Meski ia diproyeksi banyak kalangan akan punya masa depan gemilang di NBA, ia belum secara resmi bermain di sana. Kendala itu menaungi para pebasket pelajar seantero Amerika Serikat yang ingin bermain di level profesional.

Menurut NCAA, seluruh pemain yang berlaga di sana masih dianggap sebagai amatir. Oleh karenanya, pebasket pelajar tidak bisa dikontrak sponsor secara komersil laiknya pebasket yang sudah bermain di NBA. Hal itu tetaplah menjadi sebuah peraturan meskipun Zion memberi dampak langsung pada peningkatan penjualan tiket Blue Devils.

Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Complex mencoba menelaah apa yang terjadi dipandang dari sisi desainer. Mereka melakukan wawancara kepada Tiffany Beers, mantan desainer Nike yang berkontribusi terhadap Nike Air Mag dan Nike Hyperadapt. Baginya, material sepatu seharusnya menjadi fokus utama atas terjadinya kasus ini.

“Masalah bahan jelas harus jadi fokus evaluasi. Selain itu, kita juga harus menelaah apakah sepatu yang dipakai Zion itu produksi massal atau purwarupa. Kelalaian dalam proses produksi jelas berpengaruh terhadap daya tahan produk,” tuturnya. Sayangnya, ia tidak bisa menganalisa lebih jauh karena tidak punya kesempatan memeriksa Nike PG 2.5 yang digunakan.

“Bila memang sepatunya yang kurang apik, harusnya tragedi jebol terjadi di tempat lain dengan produk yang sama. Masalahnya, ini kejadian pertama dan cukup unik,” lanjutnya. Robeknya sepatu Zion terbilang parah. Terdapat lubang menganga di sisi luar mulai bawah mata kaki hingga mendekati barisan jari kaki.

Pada bagian mana Zion bisa menuntut pertanggungjawaban atas Nike?

Melalui pemberitaan situs kampus, Nike tercatat menyediakan seluruh kebutuhan pakaian juga kebutuhan lainnya bagi tim. Bila cedera Zion tergolong serius dan murni disebabkan karena kualitas produknya, maka Nike layak memberi pertanggungjawaban. Sang pabrikan dianggap tidak menyediakan perlengkapan olahraga yang kurang aman.

Merujuk pada dokumen kerja sama dengan UNC, Nike diharuskan menyediakan produk yang layak jual. Dalam kasus Duke, sepatu jebol dianggap kurang menjual karena terbukti tidak punya kualitas yang baik. Belum ada pihak yang membeberkan bahwa sepatu tersebut memang sudah rusak sebelum dipakai bertanding sehingga argumentasi ini belum bisa dipertanggungjawabkan.

Kita bisa berkaca pada dua kejadian yang serupa. Pada 2003, sepasang orang tua berhasil memenangkan tuntutan atas Nike terkait cacat produk. Hal tersebut berdampak pada cacat permanen dan cedera pergelangan kaki jangka panjang yang diderita anaknya. Lalu pada Maret 2009, seorang wanita berhasil memenangkan tuntutan dan mendapat uang AS$120.000 dari pabrikan sepatu yang ia tuntut. Hal itu terjadi setelah tumitnya cedera parah karena bahan sepatunya yang membahayakan. Pengadilan menganggap sang pabrikan kurang teliti dalam memperhatikan kualitas produk buatannya.

Lalu, bagaimana Nike mempertahankan posisinya?

Belum ada argumentasi kuat bahwa Zion cedera karena salah menggunakan sepatu. Bisa jadi, Sang pemain bertanding dengan kondisi fisik kurang prima. Asumsi tersebut membutuhkan data akurat dari pakar kesehatan yang melakukan tes kebugaran sebelum pertandingan.

Nike juga akan menginvestigasi pihak ketiga, sebut saja bagian perlengkapan tim. Ada kemungkinan seorang oknum sengaja merusak sepatu Zion sebelum bertanding sehingga ia seolah-olah cedera karena produk Nike. Dengan standar pabrikan yang tinggi, ada sebuah anomali ketika sepatu baru bisa robek dengan parah setelah hanya 36 detik dipakai.

Kondisi lapangan juga bisa jadi bahan pembelaan. Lantai Cameron Indoor Stadium bisa saja licin sehingga Zion terjatuh. Apalagi, ia terjatuh di awal laga sehingga bisa dipastikan kondisi lapangan dalam keadaan terbaik. Selain itu, Nike juga memberikan sepatunya secara gratis sesuai dengan kontrak kerja sama yang berlaku. Oleh karenanya, Zion tidak akan semudah itu menuntut Nike karena Duke-lah yang melakukan kerja sama ini.

Tanggapan Paul George

ESPN menanyai pebasket Oklahoma City Thunder terkait kejadian ini. Sepatu khususnya dianggap jadi penyebab cederanya Zion Williamson dan kejadian ini menjadi viral. "Pertama-tama, saya mendoakannya agar segera pulih. Saya kurang begitu mengerti kondisinya sekarang, separah apa cederanya. Semoga tidak seserius itu," tuturnya melalui sesi wawancara. Ia sudah mengontak pihak Nike untuk segera menyelasikan masalah yang ada.

Kejadian ini mengagetkan George. Ia mendaku tidak pernah mengalami kejadian seperti yang dialami Zion selama mengenakan sepatu Nike. Setelah kejadian tersebut, kompatriot Russell Westbrook ini menjadi bulan-bulanan netizen. Banyak penggemar Zion Williamson melontarkan tanggapan kekecewaan atas George yang kebanyakan terjadi di Twitter. Tragedi ini berdampak terhadap penurunan 1% stok Nike di pasar saham.

Apa yang bisa kita pelajari dari kasus ini?

Kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi pihak-pihak lain yang melakukan kerja sama dengan atlet. Yang paling dekat adalah DBL Ardiles yang mengontrak Abraham Damar Grahita sebagai duta. Faktor keamanan harus menjadi fokus utama. Kasus cedera yang terjadi pada Zion bisa merugikan sang atlet. Karirnya bisa jadi terpengaruh. Begitu pun Abraham.

Pemilihan bahan, uji ketahanan, pengecekan kualitas, serta standar lain harus dilakukan dengan seksama dan mendetail. Sejauh ini Ardiles berhasil meyakinkan publik dengan sepatu buatannya. Capaian ini harus dilanjutkan dengan peningkatan kualitas produk yang mendukung karir Abraham hingga level internasional.

Bagi calon pembeli, kita harus benar-benar memahami kualitas sepatu. Juga harus menelaah seperti apa kebutuhan kita. Salah memilih sepatu bisa berdampak pada cedera dan mempengaruhi kesehatan kita. Memegang produknya adalah cara paling tepat dalam menentukan pilihan. Belum tentu produk yang hype punya kualitas terbaik. Bisa jadi produk yang jarang disorot punya kualitas yang tak kalah mentereng. Tergantung apakah kita ingin mengikuti arus atau menemukan berlian di tengah tumpukan lumpur.

Foto: Streeter Lecka dan Lance King/Getty Images

Komentar