Saya tengah bercengkrama dengan beberapa teman yang berkunjung ke kantor ketika Kepala Editor Mainbasket menunjukkan sebuah surat. Saya sempat terkejut membaca isinya. Surat itu berisi keterangan sanksi dari Pacific Caesar Surabaya untuk dua pemainnya sendiri: Indra Muhammad dan Yerikho Tuasela.

Dalam surat keterangan itu, Pacific rupanya memutuskan untuk menskors Indra dan Yerikho selama tiga tahun terhitung sejak surat keluar pada Selasa, 26 Februari 2019. Mereka melakukannya karena merasa kedua pemain tersebut telah melanggar aturan klub. Pacific menyebutnya sebagai tindakan indisipliner. Mereka sampai menembuskan surat itu kepada PB Perbasi Pusat, IBL, dan sembilan klub peserta.

Saya tentu terkejut mendapat kabar itu.

Pertanyaannya, satu: memang tindakan indisipliner apa yang bisa membuat mereka diskors selama tiga tahun?

Pada awalnya, saya kira mereka terlibat pengaturan skor. Sebab, jumlah skorsingnya mirip dengan kasus pengaturan skor sebuah klub IBL dua tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang perlu dijelaskan lebih dalam. Saya tentu bukan orang yang bisa menjelaskan itu. Direktur Utama Pacific Irsan Susanto yang justru berhak berbicara.

Saya pun menghubungi Irsan untuk dimintai keterangan.

Saya menghubungi Direktur Utama Pacific itu lewat aplikasi percakapan. Pada awalnya, ia mengatakan sudah menceritakan soal sanksi kepada Kepala Editor Mainbasket. Namun, saya tetap ingin bicara. Sebab, ada pertanyaan lain yang menggantung dalam pikiran saya sejak diberi tahu soal surat keterangan tadi.

Irsan akhirnya setuju untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Latar Belakang

Persoalan bermula dari sebuah undangan. Salah satu sekolah asal Tulungagung mengundang Indra dan Yerikho untuk menjadi bintang tamu di penutupan acaranya pada Sabtu, 23 Februari. Namun, Pacific menolak dengan alasan hal itu akan mengganggu persiapan mereka dalam menghadapi playoff. Sebab, tim asal Surabaya itu memang akan tampil di playoff melawan Pelita Jaya Basketball Club pada 1-3 Maret mendatang.

“Yang jadi masalah, penyelenggara kontak langsung terlebih dahulu ke pemain tanpa sepengetahuan klub dan sudah menawarkan imbalan uang,” kata Irsan kepada saya, Selasa malam, 26 Februari.

Pada akhirnya, Indra dan Yerikho memutuskan untuk berangkat ke Tulungagung tanpa mengantungi izin dari klub. Padahal, sehari sebelum acara, mereka sudah diberi peringatan. Bambang Susanto, pemilik Pacific, bahkan turun langsung memperingatkan mereka.

“Papa (Bambang Susanto) sudah secara khusus datang ke lapangan kasih tahu mereka berdua kalau tidak boleh pergi. Kalau melanggar disanksi tiga tahun,” kata Irsan kepada Kepala Editor Mainbasket, sebelum saya menghubunginya malam hari.

Menurut penuturan Irsan, sebenarnya sejak awal musim para pemain sudah sepakat untuk menuruti aturan. Jika mereka tidak mengantungi izin menghadiri acara di luar kegiatan IBL, mereka tidak seharusnya berangkat. Namun, Indra dan Yerikho rupanya tetap berangkat. Pacific pun memutuskan untuk tegas. Sebab, pemain lain ikut mempertanyakan hal itu.

“Kalau kami tidak (memberi) sanksi, tim akan tidak dihormati pemain di kemudian hari,” tegas Irsan lagi.

Irsan juga mengatakan, kejadian seperti itu bukanlah yang pertama kali. Hal itu terus berulang sehingga kali ini Pacific merasa perlu bertindak tegas.

Keputusan itu sendiri sebenarnya tidak serta merta muncul. Manajemen dan jajaran pelatih telah mendiskusikan soal tindakan indisipliner sebelum menjatuhkan sanksi. Irsan lantas menyerahkan keputusan kepada Kepala Pelatih Kencana Wukir. Sang Pelatih memutuskan untuk tegas. Maka, surat keterangan itu pun dibuat.

Nasib Pacific dan Pemainnya

Dengan adanya sanksi terhadap Indra dan Yerikho, Pacific berarti mesti kehilangan dua pilar mereka di playoff. Padahal jarak antara mereka dan playoff hanya berselang tiga hari sejak surat keterangan itu keluar. Namun, Irsan mengatakan dirinya tidak khawatir. Pacific sudah punya rencana cadangan untuk menghadapi Pelita Jaya di babak itu.

Kendati demikian, selama musim reguler, Pacific belum sekalipun menang dari Pelita Jaya. Mereka tumbang dua kali dari tim asuhan Fictor Roring tersebut. Padahal mereka masih diperkuat Indra dan Yerikho saat itu. Pertemuan mereka di playoff tentu akan berbeda tanpa keduanya meski hasil akhirnya tetap tidak diketahui.     

Sementara itu, Indra dan Yerikho harus menatap nasibnya masing-masing. Ketika Pacific akan sibuk di playoff, keduanya justru harus menanggung sanksi. Mereka tidak akan dibayar akibat melanggar aturan tadi. Irsan juga sengaja membuat sanksi maksimal (tiga tahun) untuk mencegah trik-trik tim lain yang hendak merekrut mereka.

“Ini sengaja saya buat maksimal untuk mencegah trik-trik tim lain yang hendak merekrut Indra,” kata Irsan. “Karena bisa saja sengaja berulah biar musim depan pindah tim lain. PJ (Pelita Jaya) salah satunya.”

Oleh karena keputusan klub, Indra sendiri belakangan tengah kebingungan menghadapi masalah itu. Ia belum mau berbicara lebih detail kepada saya. Namun, ia mengatakan sudah mengaku salah dan meminta maaf kepada Pacific. Indra bahkan berusaha mendiskusikan sanksi itu dengan klub. Namun, Pacific tetap bersikap tegas kali ini.

“Malah sempat minta ke Ady (Harisaputro),” kata Irsan merujuk pada Asisten Pelatih Pacific, “jangan lapor Bos. Mana ada pemain mengajak manajer bohong ke owner.”  

Ketika Indra sibuk dengan kebingungannya, Yerikho justru tidak diketahui kabarnya. Adrian Darmika, kontributor Mainbasket, bahkan sempat menghubunginya. Namun, Yerikho belum juga menceritakan kondisinya setelah mendapat sanksi.

Respon Perbasi dan IBL

Sementara Indra dan Yerikho berada di tengah masalah. Surat keterangan sanksi dari Pacific telah tembus ke PB Perbasi Pusat, IBL, dan sembilan klub peserta. Dalam berita acaranya, Pacific mengatakan, klub menjatuhkan sanksi kepada pemainnya selama tiga tahun. Mereka tidak boleh mengikuti kegiatan basket di mana pun dan dalam bentuk apa pun.

Kendati Pacific menjatuhkan sanksi berbunyi seperti itu, Kepala Bidang Hukum PP Perbasi George Dendeng justru melihat sesuatu yang rancu dalam suratnya. Pada dasarnya, Pacific sebagai perusahaan (semua klub IBL memang harus berbentuk PT) memiliki kewenangan memberi hukuman jika pemainnya melanggar perjanjian. Namun, melarang dua pemain yang sama untuk mengikuti kegiatan basket di mana pun dan dalam bentuk apa pun sebenarnya bukan urusan Pacific.

“Kita bisa saja berpandangan bahwa tidak boleh mengikuti kegiatan bola basket di mana pun dan dalam bentuk apa pun (bila) menggunakan nama Pacific Caesar, misalnya,” kata George seperti dikutip Adrian Darmika di Mainbasket.com. “Karena jika melarang kedua pemain ini berkegiatan bola basket di mana pun di seluruh Indonesia, (itu) bukanlah ranah Pacific.”

Kendati begitu, Irsan menuturkan, sanksi tiga tahun itu sesuai pedoman dari aturan Perbasi.

"Setahu saya, peraturan Perbasi ada," kata Irsan. "Sanksi maksimal yang bisa diberikan tim ke pemain yaitu tiga tahun. Di luar yang berkaitan dengan match fixing (pengaturan skor)."

Lain Perbasi, lain pula IBL. Ketika Perbasi sudah memberi pandangannya terkait sanksi tadi, IBL sebagai liga yang menaungi Pacific, juga klub lainnya, justru belum mau memberikan hal yang sama. Direktur IBL Hasan Gozali mengatakan pihaknya belum melakukan diskusi internal sehingga tidak bisa memberi komentar.   

Dukungan Masyarakat

Sejak surat keterangan itu keluar, Mainbasket segera mengulas persoalan sanksi untuk Indra dan Yerikho. Mainbasket bahkan mengangkat isu itu lewat unggahan di laman Instagram. Di sanalah kedua pemain itu banjir dukungan. Mayoritas warganet rupanya tidak setuju dengan sanksi yang dijatuhkan Pacific. Mereka menilai itu berlebihan. Beberapa pendapat bahkan datang dari bekas pemain IBL.

Dalam unggahan yang sama, akun Instagram Pacific ikut melontarkan beberapa pernyataan. Sayangnya, mereka belum juga mengeluarkan keterangan resmi terkait hal itu di akunnya sendiri. Pacific lebih memilih ikut menimbrung di unggahan Mainbasket untuk menjelaskan perkaranya.

Hingga malam pertama sejak keluarnya surat keterangan, unggahan terakhir Pacific hanyalah jadwal pertandingan. Mereka fokus untuk menghadapi playoff nanti. Namun, itu bukan berarti Pacific tidak peduli pada masalahnya sendiri.

Menurut Irsan, masalah itu sebenarnya dilematik bagi Pacific. Jika tidak menskors Indra dan Yerikho atas tindakan indisipliner, pemain lain boleh jadi berbuat hal serupa. Sebab, seperti dijelaskan sebelumnya, hal itu tidak terjadi sekali ini saja. Irsan mengatakan itu sudah terjadi berkali-kali. Namun, ketika akhirnya ia menskor keduanya, Pacific malah harus kehilangan pilar mereka di playoff—di waktu genting.

Kendati begitu, masih menurut Irsan, skors sebenarnya bisa saja berakhir seandainya Pacific mencabut itu. Jika di lain hari mereka berubah pikiran, mungkin saja Indra dan Yerikho masih bisa tetap tampil di sisa musim. Namun, sejauh ini belum tampak Irsan akan mencabut sanksi itu. Pemainnya juga masih berusaha menegosiasi sanksi yang mereka terima.

Foto: Hariyanto

Komentar