Kabar mengejutkan datang dari Pacific Caesar Surabaya. Di tengah persiapan menghadapi Pelita Jaya Basketball di babak playoff Indonesian Basketball League (IBL) 2019, 1-3 Maret mendatang, Pacific merilis surat hukuman kepada dua pemain mereka. Dua pemain tersebut adalah dua pemain yang cukup sering mengisi posisi daftar pemain utama (starter) Pacific sepanjang musim ini, Yerikho Christphor Tuasela dan Indra Muhammad.
Surat hukuman dengan judul “Surat Keterangan Skorsing” ini menjelaskan bahwa kedua pemain di atas melakukan tindakan indisipliner yang melanggar aturan tim. Direktur utama Pacific Irsan Pribadi Santoso, bersama pemilik, manajer, hingga tim pelatih yang dikepalai Kencana Wukir, sepakat memberikan hukuman skorsing selama tiga tahun ke depan.
Dari surat yang sama, keduanya dilarang mengikuti kegiatan bola basket di manapun dalam bentuk apapun. Pihak Pacific juga mencantumkan tembusan surat ini kepada PB Perbasi Pusat, IBL Indonesia, dan sembilan tim peserta IBL musim ini.
Tindakan indisipliner yang dimaksud oleh pihak Pacific adalah terkait kedatangan kedua pemain tersebut di sebuah undangan acara yang digelar oleh salah satu SMA di Tulungagung. “Mereka mengundang langsung ke pemain. Beberapa waktu kemudian, mereka baru memberi surat kepada pihak klub. Kami sudah memberi jawaban bahwa yang bersangkutan tidak bisa hadir lantaran tim sedang mempersiapkan diri jelang playoff. Namun, keduanya memutuskan untuk berangkat tanpa izin dari tim,” terang Irsan Pribadi.
Irsan juga menambahkan bahwa aktivitas Indra dan Yerikho di luar kepentingan tim memiliki risiko cedera yang bisa merugikan tim.
Larangan bermain selama tiga tahun bagi Yerikho dan Indra terdengar sangat berat. Oleh karenanya, kami lantas menghubungi seluruh pihak yang tercantum di surat tersebut. Kami mendapatkan tanggapan dari Kepala Bidang Hukum PP Perbasi, George Fernando Dendeng, S.H.. George menceritakan bahwa secara hubungan hukum pemain dengan timnya, hukuman memang bisa diberikan jika salah satu pihak melanggar perjanjian. Di kasus ini, Pacific sebagai perusahaan memang memiliki kewenangan untuk memberi hukuman kepada dua pemainnya.
Di sisi lain, George juga menyampaikan bahwa masih ada kalimat yang rancu dari surat tersebut. “Kita bisa saja berpandangan bahwa tidak boleh mengikuti kegiatan bola basket di manapun dan dalam bentuk apapun (bila) menggunakan nama Pacific Caesar, misalnya. Karena jika melarang kedua pemain ini berkegiatan bola basket di manapun di seluruh Indonesia, (itu) bukanlah ranah Pacific.”
Kami juga berupaya menghubungi pihak liga dalam hal ini adalah Direktur IBL, Hasan Gozali. Namun, Hasan masih belum bisa memberikan komentar lantaran pihak liga belum melakukan diskusi internal terkait surat ini.
Untuk dua pemain yang bersangkutan, kami baru mendapatkan respon dari Indra Muhammad. Pun begitu, Indra juga masih enggan memberi komentar. Ia meminta kami menunggu hingga dirinya siap memberi komentar. Sementara dari Yerikho, kami sudah mencoba menjalin kontak tapi hingga kini belum ada balasan. (DRMK)
Foto: Hariyanto