Tidak banyak kabar dari IBL kecuali beberapa pemain mulai mengumumkan pensiun.

Ary Chandra, Anggi Arizky, Merio Ferdiansyah, Deni Sartika adalah beberapa nama yang sudah tidak akan main lagi di musim mendatang. Itu pun kalau musim depan akan ada.

Berita pensiunnya beberapa pemain tidak sedemikian menarik. Karena pensiun atau tidak, toh kompetisi belum jelas kapan akan dimulainya. Jadi, status pemain yang pensiun dan yang belum pensiun sebenarnya sama saja. Tak bermain.

Hingga awal bulan September ini, belum ada kejelasan kapan IBL dimulai. Akun instagram IBL masih mengucapkan selamat ulang tahun ke beberapa pemain. Tetapi sudah, berhenti di sana. Belum ada angin-angin aroma bahwa bola tipoff musim mendatang sedang dihangatkan.

Ketidakjelasan liga mungkin memicu pensiunnya beberapa pemain. Tetapi bisa juga tidak. Walau liga berstatus tidak jelas, beberapa tim tetap aktif berlatih.

Sebut saja misalnya Satria Muda Pertamina Jakarta dan CLS Knights Surabaya. CLS Knights bahkan sampai mendatangkan kembali pelatih asing untuk menangani fisik para pemain mereka.

Tetap berlatih meskipun liga belum jelas adalah sebuah langkah yang sangat tepat. Karena begitu kepastian datang, para pemain sudah siap. Seperti kata Mario Wuysang di salah satu unggahan instagramnya, “We stay ready so we never have to get ready.” Kami selalu siap, jadi tak perlu –satu saat- harus bersiap-siap.

Mempersiapkan diri untuk menunggu bergulirnya liga yang tidak pasti rupanya sebuah kemewahan saat ini. Tidak semua tim seberuntung Satria Muda atau CLS Knights. Beberapa –kabarnya- hanya berlatih seadanya saja. Berlatih di masa penuh tanda tanya ini sepertinya memang berat di ongkos.

Terbaru, bukan hanya tak hanya berlatih, Bimasakti Nikko Steel Malang memilih vakum. ‘Vakum’ mungkin kata yang kurang pas. Karena sang kapten Yanuar Dwi Priasmoro tidak mengatakan demikian.

Dari beberapa unggahan para pemain Bimasakti di beberapa media sosial belakangan ini, tersirat bahwa mereka berpencar, berpisah, mengambil jalan sendiri-sendiri, mandiri, atau apapunlah namanya.

“Bubar, mas,” kata Yanuar.

Menurut Yanuar, para pemain Bimasakti masih diperkenankan menempati mess (tempat tinggal) sampai bulan Desember. Bulan depan adalah gaji terakhir yang akan diterima para pemain.

Walau mengatakan bahwa timnya bubar, Yanuar dan kawan-kawan ingin kembali berbincang-bincang dengan para pengurus Bimasakti. Mereka ingin memastikan apakah tim benar-benar bubar atau hanya vakum saja. Vakum dalam artian suatu saat mereka bisa saja dipanggil kembali untuk bermain.

“Tim membolehkan bila ada pemain yang ingin pindah ke tim-tim lain. Tapi tetap harus sepengetahuan Bimasakti,” tambah Yanuar.

Ketidakjelasan penyelenggaraan liga bukan satu-satunya alasan bubar atau vakumnya Bimasakti. Kekurangan dana operasional menjadi pemicu utama. Walau keduanya bisa jadi saling berhubungan.

Bimasakti sebenarnya tidak sendiri. Di tengah dinginnya pemberitaan tentang IBL, beberapa tim kabarnya sedang berada di kondisi serupa Bimasakti. Barangkali kita hanya tinggal menunggu waktu saja bahwa semuanya akan terbuka dengan sendirinya. Atau semoga tetap kuat dan bisa berkompetisi. Bila ada kompetisi. (*)

Foto: IBL

Komentar