Setelah membahas peta persaingan nominasi Rookie of the Year, Indonesian Baskteball League (IBL) 2018-2019, kini saya ingin bergeser ke nominasi lain. Sesuai urutan nominasi yag diberikan IBL, gelar individu selanjutnya yang diperebutkan adalah Defensive Player of the Yeaer (DPOTY). Ada tiga nama asing dan satu nama lokal yang masuk dalam nominasi.
Qa’rraaan Qalhoun dari Pacific Caesar Surabaya, Michael Vigilance Jr. dari Bogor Siliwangi, Savon Goodman yang membela Stapac Jakarta, serta pemain Bima Perkasa Jogjakarta, Galank Gunawan. Masih dari daftar yang sama, IBL memberikan tiga nomor statistik untuk menilai ketiganya yakni rebound, steal, dan blok per laga.
Jika dari aspek rebound, Vigilance sudah membuka jarak dari seluruh saingannya. Vigilance memimpin liga untuk rataan rebound per gim dengan 18,7 rebound. Selain itu, di antara tiga pemain lainnya, Vigilance juga memiliki rataan steal dan blok tertinggi. Pemain bernomor punggung 34 ini mencatatkan 2,1 steal dan 1,8 blok per gim.
Selain dari angka, secara permainan di lapangan pun Vigilance menunjukkan kemampuan bertahan yang cukup apik. Ia mampu menjaga barisan pemain besar yang kuat seperti Dior Lowhorn dan gesit seperti Goodman secara satu lawan satu. Selain itu, ia juga tampak aktif mengoordinir kawan-kawannya saat ada gerakan tembk (screen) dari lawan. Sedikit kembali ke statistik, rataan 3,1 foul per gim juga menjadi bukti bagaimana Vigilance mampu menjaga lawan tanpa banyak melakukan pelanggaran.
Bergerak ke urutan kedua, Qa’rraaan Calhoun. Saat pertama kali melihatnya bermain, saya sebenarnya cukup bingung karena pemain ini bisa dibilang tidak terlihat atletis atau lincah seperti pemain bigman lainnya. Lambat laun, saya melihat bahwa Calhoun berhasil menutupi hal tersebut dengan kemampuannya menjaga lawan dengan sangat cerdas. Hal tersebut terbukti dengan rataan foul yang hanya di 2,0 foul per gim tapi masih mampu memiliki 1,7 steal dan 1,5 blok per gim.
Berbeda dengan kandidat-kandidat lain, Calhoun memang lebih banyak tinggal di area kunci daripada mengikuti lawannya yang berusaha mencari tempat. Di sisi lain, hal tersebut membuatnya mampu meraup 12,7 rebound per gim. Pacific Caesar akan sangat membutuhkan kemampuan tersebut di babak playoff nanti berhadapan dengan Pelita Jaya.
Savon Goodman berada di urutan ketiga bagi saya untuk perebutan gelar ini. Atletisme jelas menjadi keunggulan terbesar Goodman untuk menjaga lawan-lawannya. Di tambah proporsi tubuh yang tepat (tinggi 198 sentimeter dan berat 100 kilogram, Goodman bak tembok kukuh yang tak lelah berlari. Sama seperti Calhoun, catatan 2,0 foul per gim juga menunjukkan Sang Pemain memiliki permainan yang bisa dibilang rapi.
Raupan 10,9 rebound, 2,0 steal, dan 0,8 blok per gim menurut saya bisa saja lebih jika Goodman bermain untuk tim selain Stapac. Ya, sistem yang dibuat Gidrieus Zibenas yang membuat menit bermain para pemain Stapac cukup merata adalah alasan utama hal tersebut urung terjadi. Goodman tercatat bermain selama 30,1 menit per gim. Jumlah tersebut lebih kecil dari dua nama pertama yang tak kurang bermain dari 34 menit per gim.
Menempatkan Galank Gunawan di antara para pemain asing ini saya rasa bukanlah keputusan baik oleh IBL, meski terlihat keren. Menurut saya, akan lebih baik untuk IBL menambah satu gelar lagi untuk Local Defensive Player of the Year. Jika membandingkan statistik, Galank jelas kalah dari tiga nama di atas dengan 9,2 rebound, 0,7 steal, dan 1,1 blok per gim.
Saya rasa akan menarik bila Galank dan beberapa pemain lokal lainnya dibuatkan satu nominasi tambahan. Nama-nama yang layak masuk menurut saya adalah Muhammad Nur El Islamy dan Mei Joni.
Foto: Hariyanto