Sebelumnya, tulisan ini ingin saya beri judul "Timnas Muda Indonesia akan Jadi Kontestan Tambahan di IBL 2018-2019, Apakah Efektif dan Tujuannya Sepadan dengan Risikonya?" Namun setelah membaca kembali berulang-ulang, saya rasa judul di atas juga cocok.

...

Kapankah masa terbaik dan terpenting bagi para atlet basket, sepak bola, dan cabang olahraga lainnya untuk meningkatkan kemampuan fisiknya?

Kapankah masa terpenting bagi para atlet basket untuk mematangkan tekniknya?

Kapankah masa terpenting bagi sebuah tim basket untuk menyempurnakan eksekusi strategi dan koordinasi permainan?

Kapankah masa terpenting untuk meningkatkan kualitas sebuah tim basket secara keseluruhan?

Jawabannya adalah masa libur kompetisi alias off-season.

Masa off-season adalah masa yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan atlet dan meningkatkan kualitas tim. Sebagian besar porsi latihan pada masa off-season adalah latihan meningkatkan kemampuan otot, daya tahan, dan teknik. Bukan memperbanyak latihan bermain basket satu lapangan. Apalagi melakukan pertandingan-pertandingan uji coba di berbagai tempat. Prestasi pada musim kompetisi atau sebuah turnamen sangat ditentukan oleh bagaimana persiapan pada masa off-season.

Latihan pada masa in-season (masa kompetisi) bertujuan untuk pemeliharaan kemampuan dan kondisi fisik. Pada masa ini, sudah bukan waktunya latihan intensif untuk meningkatkan kemampuan diri. Latihan hanya diperlukan demi pemeliharaan agar kondisi pemain tidak menurun.

Salah satu hal yang berhubungan dengan meningkatnya risiko cedera di kalangan atlet muda pada sebuah kompetisi atau turnamen adalah kurangnya persiapan yang baik pada masa off-season. Salah satunya adalah kurang melakukan latihan untuk meningkatkan tenaga dan kekuatan. Risiko cedera juga bisa berpotensi muncul lebih kuat bila sebagian besar waktu off-season diisi dengan latihan bermain basket di lapangan.

Banyak bermain-main basket di lapangan dengan kawan-kawan memang menyenangkan. Banyak bertanding dan berkompetisi di berbagai turnamen memang mengasyikkan, menambah pengalaman, dan mungkin juga dapat meningkatkan mental bertanding. Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak meningkatkan kualitas atlet (fisik maupun teknik) secara bermakna. Sebaliknya, ia malah meningkatkan risiko cedera. Terlebih lagi bila terlalu banyak bertanding sampai kelelahan dan kualitas pemulihannya kurang baik (misalnya tidak rutin menggunakan es, kurang tidur, dan sebagainya).

Fakta di atas bukanlah informasi yang hanya diketahui oleh pelatih-pelatih NBA ataupun pelatih ternama tingkat dunia lainnya. Itu merupakan fakta yang dapat diketahui secara umum oleh masyarakat awam yang suka membaca buku olahraga, membaca majalah olahraga, maupun membaca artikel-artikel olahraga dan latihan dari internet.

Mari kita lihat situasi timnas muda Indonesia ini.

Timnas muda yang sudah menyeleksi 15 pemain (termasuk dua pemain muda Serbia) dijadwalkan akan mengikuti atau tepatnya bertanding dengan beberapa tim IBL selama empat seri yang tersisa musim ini. Dimulai dari Seri 5 Bandung tanggal 25-27 Januari nanti. Di Seri 5, tepatnya 26 Januari, timnas muda akan menghadapi NSH Jakarta, tim yang saat ini terbilang kuat di IBL.

Langkah timnas muda untuk menjalankan program ini layak diapresiasi. Namun, semoga tim pelatih di dalamya sudah mempertimbangkan fakta-fakta tentang pengembangan pemain seperti yang saya ungkapkan di atas.

Menambah pengalaman bertanding tim yang baru terbentuk ialah sesuatu yang tidak buruk. Tetapi, mempertimbangkan faktor cedera yang mungkin terjadi di tengah kesiapan yang minim juga perlu dipikirkan.

Kalau ada hal lain yang juga saya khawatirkan dari partisipasi timnas muda di Seri-seri IBL adalah keseriusan tim-tim lawan ketika menghadapi timnas muda. Akankah tim-tim IBL mengeluarkan kekuatan mereka yang sebenarnya, atau malah memberikan perlawanan seadanya saja. Karena sangat mungkin, bagi tim-tim IBL pun, berlaga melawan timnas muda memiliki risikonya sendiri yang bisa berpengaruh terhadap rencana dan gol mereka musim ini. Misalkan saja, jikalau pemain andalan tim IBL malah cedera dalam sebuah pertandingan yang tidak berpengaruh pada posisi klasemen.

Membangun timnas muda demi target yang sudah pasti (Piala Dunia 2023) sebaiknya dikalkulasi dengan cermat. Seberapa besar dampak melawan tim-tim IBL terhadap perkembangan tim dan pemain bila dibandingkan dengan, misalnya, menjalani program khusus dengan pola latihan dan pola hidup sehat. Termasuk program pascalatihan dan pemulihan yang disadari tak kalah pentingnya dengan program latihan itu sendiri. Atlet yang diberikan latihan secara intensif, tanpa diedukasi dan difasilitasi pemulihan dan istirahatnya, bagaikan memberikan bom waktu pada organ tubuh atlet ini, terutama tungkai bawahnya.

Semoga opini ini bisa terbaca objektif. Saya sangat mendukung program-program pembangunan tim nasional yang niat dan tujuannya selalu baik dan demi masa depan basket Indonesia. Apalagi bila setiap perencanaan ditinjau dengan dalam mengenai manfaat, efektivitasnya, dan risikonya. Sehingga kelak atlet-atlet muda Indonesia tidak menjadi korban.

Seperti kutipan Danny Kosasih di akun instagramnya, “Jangan korbankan masa depan mereka dengan apa yang kita lakukan.”(*)

Komentar