Dalam pembahasan kultur gaya hidup, kerap kita mendengar seseorang disebut sebagai “OG” (Old Guy). Bila di forum-forum komunitas di Tanah Air, mereka menggunakan sebutan “Sesepuh” dengan makna sama seperti OG di luar negeri. Posisi seseorang berlabel Sesepuh, atau OG, sama dengan senior. Mereka dihormati karena berbagai penyebab terutama karena prestasi. Untuk ranah skateboard level internasional, Tony Hawk adalah salah satu sesepuhnya.

Ada banyak atlet skateboard berprestasi di dunia. Namun, ketenaran Tony sedikit berbeda. Namanya semakin dikenal karena merilis video gim “Tony Hark: Pro Skater” untuk konsol Play Station 1 pada 1998. Gim itu tenar, begitupun sang atlet. Sejak itu, kalimat yang ia utarakan banyak dijadikan referensi gaya hidup urban. Oleh karenanya, saat ia membintangi program Sneaker Shopping, ia berusaha berbagi dengan apa yang menurutnya relevan dengan kultur modern.

Topik utama yang dibicarakan tentu saja sepatu. Perkembangan sepatu skateboard boleh dibilang dinamis. Ia menjalani karir bermain papan luncur menggunakan sepatu-sepatu beda merek. Tony muda tergabung dengan grup Bones Brigade yang diberi sepaket Nike Air Jordan 1 secara cuma-cuma. Keempatnya lalu menggunakan sepatu basket Michael Jordan itu di film “The Search for Animal Chin” (1987). Pria yang kini berusia 50 tahun tersebut justru tampil beda. Ia mengenakan Vans Sk8 Hi berwarna hitam-putih.

“Waktu itu kami diberi sepaket Air Jordan 1. Lalu, beredar foto salah satu adegan yang menunjukkan kami melakukan trik Handplants. Foto itu kemudian melegenda. Saya bahkan tidak tahu mengapa,” tuturnya. Lalu, seperti apa sepatu skateboard yang apik menurutnya? Ia menjabarkan ciri-cirinya. “Kami butuh pelindung pergelangan kaki dengan struktur yang mantap,” lanjutnya. Itulah mengapa, saat masih muda, ia acap menggunakan Air Jordan 1 dan Vans Sk8 Hi saat bermain papan luncur.

Bicara mengenai sepatu, ia juga menyebut kembali Airwalk sebagai salah satu sepatu bagi pemain papan luncur era 1990-an. “Airwalk jadi sebagian dari banyak sepatu skateboard yang banyak dipakai kala itu. Sayangnya, kian kemari, mereka cenderung membuat sepatu dengan desain terlalu kasual. Histori Airwalk cukup panjang di ranah ini,” pungkasnya. Memang benar, sejak tahun 2000-an, Airwalk tak lagi menjadikan skateboard sebagai fokus utama. Merek asal Amerika Serikat itu hingga kini masih setia dengan kesan sepatu berharga terjangkau bagi kalangan pelajar maupun konsumen berekonomi menengah.

Penggawa Bones Brigade melakukan reuni pada 2017.

Baca Juga:

Peran Air Jordan 1 di Kultur Skateboard

Tony Hawk, Sang Legenda itu Belum Redup

Tony yang kini menjadi duta Lakai mengapresiasi Supreme sebagai merek skateboard yang berperan penting dalam ketenaran olahraga ekstrim tersebut. Merek buatan James Jebbia itu mengawali eksistensinya pada 1994 sebagai penyedia baju bagi para pemain skateboard muda di area Brooklyn, New York. Seiring berjalannya waktu, Supreme bergeser menjadi merek penyedia perlengkapan sehari-hari dengan membangun status hype. Alhasil, produknya pun diburu penggiat fesyen dunia dan dijual kembali dengan harga fantastis. Meski demikian, Supreme tetap menjunjung kultur skateboard dengan merilis papan luncur serta perlengkapan lain di koleksi eksklusif mereka.

Nama Tony Hawk berjajar sebagai legenda pemain papan luncur dunia bersama grup Bones Brigade. Kelompok ini digawangi Tony Hawk, Lance Mountain, Mike McGill, Tommy Guerrero, Steve Caballero, Rodney Mullen, dan Stacey Peralta. Masing-masing telah meraih bermacam trofi serta ketenaran dari skateboard. Ketujuh pria yang kini berusia rata-rata 50 tahun itu mempopulerkan skateboard sebagai olahraga ekstrim yang bisa mewadahi letupan api anak muda lewat trik dan gaya mereka. Kini, Bones Brigade hanya sesekali mengadakan kegiatan karena semua anggota sudah memiliki kesibukan lain.

Foto: BBC, Dan Levy untuk Juice Magazine

Komentar