Kepala pelatih Stapac Jakarta Giedrius Zibenas terlihat lega. Ia baru saja menyelesaikan laga, yang sebelumnya ia anggap cukup membebani pikiran. Pada laga hari kedua Seri 4 Solo, 11 Januari, di Sritex Arena, Solo, Stapac Jakarta berhasil membungkam NSH Jakarta 75-50. Baik sebelum maupun sesudah laga, Stapac masih menjadi pemimpin Divisi Putih dan NSH pemimpin Divisi Merah. Hasil ini membuat Stapac sudah melakoni 9 laga dengan 8 kali menang. NSH sudah menjalani jumlah laga yang sama, namun hanya 6 kali menang. 

Kaleb Ramot Gemilang menunjukkan konsistensinya dengan menjadi pencetak poin terbanyak di laga ini dengan 17 poin. Garda asing Kendal Yancy mengumpulkan 12 poin dan 7 rebound. Senter Savon Goodman yang sudah terperangkap empat foul di kuarter kedua hanya mencetak 8 poin dan 7 rebound.

“Tim kami mulai menunjukkan peningkatan secara mental dan psikologis. Lawan bermain sangat baik di dua kuarter pertama dan sangat keras. Saya senang karena kemudian kami mampu memukul balik di babak kedua,” kata Giedrius Zibenas.

Andalan NSH Dashaun Wiggins tak mampu berbuat banyak. Garda asing ini hanya mencetak 8 poin dan melakukan 6 kali turn over. Poin terbanyak NSH dikirim oleh Anthony Simpson dengan 15 poin.

Walau Stapac menang dengan selisih lebar 25 poin, perlawanan NSH hingga kuarter ketiga memang ketat. Pelatih Stapac mengakui bahwa timnya kesulitan keluar dari beberapa pola pertahanan NSH. Tim yang diasuh oleh Wahyu W. Jati ini berhasil memaksa Stapac melakukan 24 kali turn over dan meraup 24 poin dari pindahnya penguasaan bola setelah itu. Ketatnya pertahanan NSH bahkan membuat tiga pemain Stapac melakukan tiga kali unsportsmanlike foul.

“NSH bertahan dengan sangat baik. Itulah kenapa kami sampai membuat 24 kali turn over,” terang Giedrius. “Tiga kali unsportsmanlike foul itu menyakitkan. Tapi saya paham kenapa itu terjadi. Para pemain saya begitu terbakar semangatnya. Mereka akan melakukan apa saja untuk menang. Tetapi ini harus segera dikendalikan, karena bisa berbahaya juga bagi kami.”

Di kubu NSH, Wahyu W. Jati menganggap bahwa timnya sudah bermain sesuai rencana di kuarter pertama dan kedua. Namun memasuki kuarter ketiga hal tersebut tidak terulang.

“Mungkin pemain saya terlalu bergantung kepada pemain impor,” kata Wahyu. “Padahal saya berulang kali bilang bahwa pemain impor itu sebenarnya hanya pemeran pembantu. Pemain lokal adalah aktor utamanya.”

Stapac dan NSH masing-masing masih menyisakan satu laga di Solo. NSH akan menghadapi Satya Wacana Salatiga, besok, Sabtu, 12 Januari, dan Stapac akan menjalani laga besar melawan musuh bebuyutan Satria Muda Pertamina Jakarta.

“Tadi, para pemain tampil tak lebih dari 25 menit (kecuali Kaleb, 25 menit, 33 detik). Lama waktu tersebut sudah cukup. Jadi, besok kami seharusnya masih punya cukup tenaga melawan Satria Muda,” kata Giedrius.(rdn)

Foto: Hariyanto

Komentar