“Ketika ke sini, saya tidak membayangkan akan mendapatkan pelatih sehebat dia,” kata Kendal Yancy, garda Stapac Jakarta setelah timnya mengalahkan Pacific Caesar Surabaya 77-55, di Sritex Arena, Solo, 10 Januari. “Di Amerika Serikat, menurut saya, banyak pelatih yang tidak paham basket atau tidak peduli dengan pemainnya.”

Kendal Yancy datang ke Stapac sebagai pengganti Jordyn Mayes. Ia mencetak 20 poin dan 6 rebound di laga pertama Stapac di Seri 4 Solo. Bermain bagi Stapac baginya sangat menyenangkan, terlebih karena tim ini memiliki banyak penggemar. "Coach Giedrius banyak memainkan pola pick and roll, bermain sebagai tim, tipikal pelatih dan gaya eropa. Saya suka," tambah Yancy.

Poin terbanyak Stapac dicetak oleh Savon Goodman yang meraih 23 poin dan 12 rebound. Agassi Goantara menjadi pemain Stapac terakhir yang mencetak poin dengan digit ganda 10 poin dan 4 rebound. Total, Stapac meraup 58 rebound. Bagi Kepala Pelatih Stapac Giedrius Zibenas, rebound adalah faktor terpenting untuk memenangkan pertandingan. Hari ini, Stapac juga menahan Pacific di hanya 26 rebound.

Hingga hari ini, Stapac sudah mengemas 7 kemenangan dari 8 laga. Stapac jadi satu-satunya tim yang sudah menyentuh angka kemenangan tersebut. 

Menghadapi Pacific, Stapac sempat kesulitan hingga kuarter kedua. Mereka hanya unggul 2 poin, 38-36. “Kami memulai gim dengan lamban. Para pemain tidak mengikuti rencana awal. Mereka seperti ngantuk,” jelas Giedrius. “Tempo permainan baru berubah setelah pemain cadangan kami mengambil alih.”

Barisan pemain cadangan Stapac memang jauh lebih produktif dibandingkan Pacific. Skuat cadangan Stapac mencetak total 38 poin. Milik Pacific hanya 7 poin saja.

Garda asing Kendal Yancy tidak muncul sebagai starter. Ia hanya bermain selama kurang dari lima menit di kuarter pertama. “Tidak penting siapa yang jadi starter. Hal yang lebih penting adalah bagaimana mengakhiri pertandingan dengan kemenangan,” tambah Giedrius. “Kalau Anda perhatikan, starter Stapac sebenarnya selalu berubah dua atau tiga pemain per gim. Siapa yang menjadi starter bergantung siapa lawan yang akan dihadapi.”

Cerita kesuksesan Stapac sejauh ini memang tak bisa dilepaskan dari peran Giedrius. Pelatih asal Lituania ini memiliki filosofi tersendiri dalam menangani Stapac. Salah satunya terlihat di dua menit menjelang laga melawan Pacific berakhir.

Saat itu, Stapac sudah unggul 21 poin. Sebuah selisih yang cukup “pasti” untuk menyatakan bahwa Stapac akan membungkus laga dengan kemenangan. Namun dari tepi lapangan, Giedrius masih terlihat berteriak memarahi para pemainnya.

“Tidak, tidak. Saya tidak marah. Saya sedang ingin menekankan pentingnya dua menit terakhir di permainan ini,” kata Giedrius. “Saya tidak melihat papan skor di sisa dua menit terakhir. Saya tidak peduli dengan itu. Saya peduli bagaimana para pemain saya menyikapi dua menit terakhir di setiap laga.”

“Dalam beberapa laga, bahkan di banyak laga, dua menit terakhir itu sangat penting. Itulah saat-saat yang paling menentukan dan akan menentukan hasil akhir sebuah gim. Para pemain saya harus paham itu.”

Meski sudah menjadi pemimpin klasemen Divisi Putih bahkan memiliki catatan terbaik bila kedua divisi digabungkan, Giedrius masih ingin timnya lebih baik lagi. “Puas? Sangat jauh dari itu. Tim ini masih dalam kondisi naik-turun. Kami masih mencari konsistensi,” kata Giedrius.

“Contohnya saja di gim ini. Kami hanya menghasilkan 14 asis dan melakukan 16 turn over. Bola tidak mengalir dengan baik.”

Di Solo, Stapac Jakarta akan bermain penuh selama tiga hari. Pada hari kedua, 11 Januari, Stapac akan menghadapi NSH Jakarta, kemudian menghadapi Satria Muda Pertamina Jakarta di hari ketiga. Istimewanya lagi, Giedrius Zibenas juga akan menjadi kepala pelatih tim IBL All-Star dari Divisi Putih. IBL all-Star akan berlangsung tanggal 13 Januari, mempertemukan 10 pemain bintang Divisi Merah melawan Divisi Putih.

“Saya tidak memikirkan pertandingan IBL All Star. Saat ini di kepala saya hanya memikirkan NSH saja. Mereka berbahaya,” kata Giedrius.

Di laga sebelumnya, NSH baru saja mengalahkan Pacific Caesar Surabaya 77-55. Tim asuhan Wahyu W. Jati ini menjadi pemimpin Divisi Merah dan sudah mengumpulkan 6 kemenangan dari 8 laga.

“NSH adalah tim yang kuat. Para pemainnya disiplin. Tim itu punya rencana permainan yang bagus dan dieksekusi dengan baik oleh para pemainnya. Mereka mengalahkan Satria Muda dengan selisih 12 poin (78-66, Seri 3 Denpasar). Hasil itu menjelaskan semuanya.”

Sisa pertandingan Stapac di Solo akan sangat menarik tentunya. Menarik untuk menunggu sajian apa yang akan diberikan Giedrius Zibenas kepada NSH dan Satria Muda.(RDN)

Foto: Hariyanto

Komentar