Siapakah atlet basket Indonesia yang paling fenomenal di seri-seri awal musim kompetisi IBL 2018-2019? Jawaban kami bisa jadi mudah ditebak, atau mungkin pula tak terpikirkan. Ia bukanlah nama bintang yang selama ini telah menjadi langganan timnas Indonesia. Bukan pula nama bintang yang selalu diprediksi akan tampil di laga antarbintang (All-Star), atau bukan pula nama prospek atlet bintang yang bernilai jual tinggi. Jawabannya adalah Widyantaputra Tedja (Widy). Peningkatan performanya terlihat jelas dari perbandingan statistik musim lalu (2017-2018) dengan musim ini (2018-2019).

Bahkan setelah Seri 3 berakhir, catatan performa Widy berada di peringkat lima besar di antara pemain lokal dalam kategori poin (peringkat 5), rebound (peringkat 5), dan asis (peringkat 2). Ia menjadi satu-satunya atlet lokal yang berhasil dominan di tiga kategori tersebut pada musim kompetisi ini. Pencapaian tersebut terkesan luar biasa bila melihat tubuh atlet ini yang tidak terlalu tinggi. Padahal, basket selalu dikaitkan dengan pentingnya postur tubuh yang tinggi agar dapat berprestasi. Bila atlet ini tetap mempertahankan performa permainannya tersebut sampai musim kompetisi berakhir, maka kemungkinan besar gelar pemain dengan performa paling meningkat (MIP) akan berhasil diraihnya bila penyelenggara menggunakan catatan statistik sebagai alat ukur yang objektif.

Di bawah ini adalah gambaran pola tembakan Widyantaputra Tedja dengan sistem blok sederhana, pada sepanjang Seri 1 sampai 3. Gambaran di bawah ini menunjukkan karakteristik OBH yang agresif melakukan penetrasi ke sekitar area semi sirkular dengan persentase keberhasilan yang tinggi. Kemampuan terobosannya menjadi salah satu kunci keberhasilan strategi Stapac. Ancaman yang diberikan Widy pada setiap terobosan dapat menarik pemain bertahan lawan untuk melakukan jaga bantu di area dalam, yang pada akhirnya dapat menciptakan peluang untuk spesialis penembak jarak jauh.

Walau demikian, Widy memiliki frekuensi yang rendah untuk tembakan jarak menengah dan cenderung memiliki keberhasilan yang lebih rendah di sisi kanan. Kekurangan tersebut dapat dimanfaatkan oleh tim-tim lawan, apabila Widy tidak mengembangkan dan meningkatkan kemampuan shooting off the dribble (SOD) di sekitar area perimeter, di seri-seri IBL selanjutnya.

Peningkatan drastis statistik yang cukup mengesankan tampaknya masih belum cukup untuk memasukkan nama Widy ke dalam jajaran pemain yang akan berlaga di All Star IBL tahun 2019 di Solo, 13 Januari. Para pemilih masih lebih tertarik untuk menonton para bintang yang sudah dikenal, dibandingkan melihat performa salah satu atlet dengan kemampuan terobosan yang terbaik di liga saat ini.

Namun dengan usianya yang masih sangat muda (memasuki 22 tahun), Widy masih memiliki waktu yang sangat panjang untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi dan menjadi langganan di acara-acara All Star mendatang. Bahkan tidak menutup kemungkinan Widy dapat menjadi salah satu prospek OBH berpotensi besar yang akan bergabung di timnas basket Indonesia selama 5-7 tahun mendatang.(*)

Foto: Hariyanto

... 

Tulisan di atas memuat beberapa singkatan istilah peran-peran modern seorang pemain basket. Apabila ada di antara pembaca yang belum akrab dengan istilah-istilah seperti 3R, 3DR, OBH, SBH, dan lain-lain, mari baca penjelasannya di sini.

Komentar