Pemain muda itu merangsek masuk lewat sisi kiri pertahanan lawan. Sedetik kemudian ia sudah melompat hendak memasukan bola ke ring. Alih-alih memasukan bola, ia malah membelokkannya ke bawah ring, mengubahnya menjadi sebuah operan berujung pelanggaran. Permainannya di malam Final Indonesian Basketball League (IBL) 2016 itu mendapat banjir pujian.
Katon Adjie Baskoro âbegitulah nama lengkap pemain muda itu, dan ini musim keduanya di liga bola basket Tanah Air. Katon sejak musim lalu (National Basketball League Indonesia 2014-2015) termasuk pemain potensial milik juara anyar CLS Knights Surabaya.
Musim lalu ia hanya membukukan rata-rata 2,2 poin per pertandingan (PPG). Kini ia meningkatkan raihannya ke angka 5,33 PPG. Memang tidak besar, tetapi ia menunjukkan permainan apik di dua pertandingan terakhirnya musim ini.
Pada malam terakhirnya sebelum mengangkat piala juara IBL 2016, Katon berhasil melepas dua kali tembakan tiga angka. Ia juga menambahnya dengan dua kali tembakan dua angka dan dua kali lemparan bebas. Bermain selama 13,77 menit, ia meraih 12 poin dengan presentase field goal 80 persen. Belum lagi operan-operan krusial dan pergerakannya âbaik dengan atau tanpa bolaâ di lapangan.
Di sela-sela kesibukannya setelah musim ini berakhir âmenjalani kuliah dan persiapan PON September 2016 mendatang di Jawa Baratâ Katon rela menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar dirinya. Berikut wawancara Mainbasket bersama pria kelahiran Jakarta, 3 Juni 1994 ini:
Seperti apa perjalanan karir Anda sejak pertama kali bermain basket sampai bergabung dengan CLS Knights Surabaya?
Pertama main basket sejak SD. Berawal dari ekstrakulikuler di SD 1 Menteng. Sekolahnya (Barrack) Obama (Presiden Amerika Serikat) dulu. Sebenarnya di SD itu banyak merangkap bidang olahraga seperti basket, futsal, bola, bulutangkis, renang, dan voli. Akan tetapi, saya harus memilih mana yang jadi konsentrasi ketika itu. Jadi, saya memilih basket, bola, dan futsal saja.
Begitu pindah ke SMP 216 Jakarta, saya mulai fokus di basket karena di futsal banyak yang jago. Begitu sudah SMA di SMA 31 Jakarta, kelas 10 saya vakum basket dan kembali bermain bola. Nah, kelas 11 saya pindah ke SMA 22 Jakarta untuk mendapatkan beasiswa basket. Pindahlah saya ke SMA 22.
Dengan berjalannya kompetisi yang ada di Jakarta, ternyata saya terpilih menjadi tim nasional muda Indonesia KU-18. Nah, mulai dari situ banyak tawaran dari kampus. Kampus yang menawarkan di Jakarta itu banyak, tapi itu hanya opsional saya saja. Memang rencana awal saya mau kuliah di luar Jakarta.
Kalau kampus yang menawarkan di luar Jakarta itu ada ITHB (Institut Teknologi Harapan Bangsa) Bandung, UGM (Universitas Gajah Mada) Jogjakarta, Atmajaya Jogjakarta, dan Ubaya (Universitas Surabaya). Dari semua tawaran, yang menurut saya menarik adalah UGM dan Ubaya. Namun, UGM hanya menawarkan beasiswa 80 persen saja sedangkan saya mencari beasiswa 100 persen.
Ubaya paling menarik, dan ternyata ada kerjasamanya dengan CLS Knights. Di situlah awal mulanya saya bergabung dengan CLS.
Dua tahun pertama saya bermain untuk junior dan bermain untuk mahasiswa. Di tahun kedua saya menjadi juara Liga Mahasiswa se-Indonesia. Setelah dua tahun, saya disuruh manajemen CLS untuk bermain di liga profesional.
Mengapa basket jadi menarik?
Alasannya berawal dari hobi saja. Terus sepertinya ada peluang untuk berkembang, jadi ditekuni. Padahal dari seluruh keluarga tidak ada yang main basket.
Yang menarik itu, menurut saya, basket adalah olahraga yang keren. Terus tidak semua orang bisa bermain basket dengan tekhnik yang baik. Semua orang bisa main sepak bola, tapi tidak semua orang bisa main basket.
Lantas, apa yang Anda pelajari selama di basket?
Main basket itu mengajarkan saya bagaimana menghormati orang di luar lapangan maupun di lapangan (lawan). Akan tetapi, lebih banyak di luar lapangan, sih. Karena, menurut saya, orang yang berperilaku baik dil uar lapangan, di lapangannya juga akan berperilaku baik.
Sejauh ini, sudahkah basket menjadi pegangan hidup?
Basket itu sudah memberi saya banyak penghargaan yang membuat saya menjadi percaya diri. Akan tetapi, untuk jadi pegangan hidup saya rasa belum. Sebenarnya basket itu sudah bisa menjadi pekerjaan tetap untuk sekarang ini. Namun, kalau cari uang dari basket saja, buat apa gelar sarjana nanti yang sudah dicapai?.
Memang apa saja yang Anda lakukan di luar basket?
Di luar basket cuma sibuk kuliah saja. Mungkin kalau ada endorsement sedikit, ya dijalani. Lumayan.
Selama perjalanan karir tadi, adakah orang-orang berpengaruh yang membuat Anda terus bermain basket?
Orang yang berpengaruh itu banyak di dalam basket. Pelatih-pelatih dari zaman SD. Namanya Oom Wasis. Pelatih SMP namanya Riza, pelatih klub namanya Om Budhi, dan pelatih SMA namanya Om Suryadi. Mereka semua yang mengajarkan basket sehingga bisa seperti ini. Dan, yang pasti keluarga yang mendukung penuh, baik suka maupun duka.
Apa yang pelatih-pelatih ajarkan kepada Anda?
Dulu Om Wasis, pelatih saya di SD, mengajarkan dasar. Waktu di SMP, Riza mulai kasih jam terbang yang banyak banget ke saya. Tanding sana-sini. Sampai banyak SMA yang mau mengambil saya.
Waktu SMA itu, karena dulu saya sempet vakum basket, Oom Suryadi yang mengajak saya main basket lagi. Terus pelatih klub, Bang Jekky pas kejuaraan nasional, dia juga kasih saya jam terbang yang banyak. Waktu di (CLS Knights) junior, Andre Yuwadi (Kepala Pelatih Stadium Happy 8 Jakarta), dia juga memberikan banyak pelajaran sama saya, terutama bagaimana menjadi pemain basket yang berkarakter baik. Pemain jago banyak, tapi pemain jago yang berkarakter itu sedikit sekali.
Apa pendapat Anda mengenai Kepala Pelatih CLS Knights, Wahyu Widayat Jati?
Salut banget sama Coach Wahyu. Dia, kan, baru pertama jadi pelatih di liga profesional, tapi Coach Wahyu bisa memberikan kepercayaan sama saya. Padahal saya masih muda. Terus waktu lagi latihan dia bisa menyampaikan ke pemain dengan mudah. Jadi, pemain gampang mengertinya.
Yang saya lihat dari Coach Wahyu adalah karakternya. Melihat dia melatih, saya membayangkan waktu dia dulu masih main di liga professional. Rasa tidak mau kalahnya itu yang  dia tunjukkan ke pemain, dan jadi suatu kebiasaan yang sangat baik buat kita semua.
Lalu, seperti apa peran para senior di tim?
Mereka memberi tahu saya, bagimana caranya main yang bisa dipakai nanti pas lagi game. Terus mereka juga bilang, kalau main basket itu nikmati saja. Tidak perlu takut kalau lagi main sama senior.
Suatu kebanggan pribadi, sih, bisa dimentori sama Mas Sandy (Febiansyakh), Mas Febri (Rachmad Febri Utomo), apalagi Mario (Wuysang). Gokil!
Apakah Anda memiliki idola, baik di dalam maupun di luar negeri?
Idola di indonesia itu sebenarnya tidak ada, tapi kalau di luar ada Stephen Curry. Dari zamannya dia masih main di Davidson di kompetisi NCAA.
Banyak pelajaran selama basket, maka seperti apa proses menjadi seorang juara kemarin?
Prosesnya banyak banget. Kami latihan di lapangan untuk mendapatkan chemistry (keterikatan) tim itu tidak gampang. Sampai-sampai mengadakan team building di luar untuk mengenal satu sama lain supaya di lapangan kompak dan tidak takut sama senior. Sampai berdarah-darah, sikut-sikutan, ada saja di lapangan. Karena memang tujuannya Playoff di Jakarta kemarin itu.
Lalu, apa yang akan Anda lakukan untuk memertahankan juara di musim depan?
Memertahankan juara itu memang tidak semudah yang dibayangkan. Pasti tim lain juga berbenah untuk musim depan. Tidak mungkin tim lain diam saja.
Kalau dari tim sendiri pasti mempertahankan hal-hal detil di deffense. Karena dengan defense yang baik, offense pun akan mudah buat dijalankan. Mengalir saja. Kalau individu, mungkin, saya akan latihan menembak lagi supaya lebih tajam.
Gelar juara kemarin itu akibat kontribusi Anda juga. Hal apa yang mendasari Anda untuk bisa bermain baik seperti di pertandingan lalu?
Itu semua berkat dorongan dari tim dan coaching staff. Mendapat kepercayaan itu memang susah. Terus begitu momennya ada, saya tidak mau mengecewakan mereka. Rasa ingin juara sudah terkumpul di dalam diri. Jadinya, berapi-api. Alhamdulillah banget. Terkejut juga bisa main seperti itu.
Dalam perebutan gelar musim depan, apakah Anda punya rival?
Semuanya yang tidak berbaju CLS Knights, menurut saya, itu rival.
Selain memertahankan juara, target apa lagi yang Anda ingin capai?
Target selanjutnya, PON September (2016) nanti di Bandung. Itu saja. Fokusnya ke sana. Kalau di luar basket, ingin foto bareng sama Raisa (penyanyi). Bercanda.
Kalau di luar, pengen cepat-cepat punya usaha sendiri, tapi belum tahu mau usaha apa.(*)
Foto: IBL