Tahun telah berganti, 2018 juga pergi. Namun, tahun tidak pernah berlalu begitu saja tanpa menyisakan momen-momen besar. Pada 2018 itu, ada berbagai peristiwa menarik di NBA yang cukup merenggut perhatian publik. Apalagi NBA memang liga tersohor sedunia yang mampu melakukan itu. Beberapa nama besar dengan peristiwa yang sama besar sempat membuat heboh di jagat apa pun, baik di dunia nyata maupun dalam jaringan.

Mainbasket merangkum 10 momen besar di NBA pada 2018 demi menyambut tahun baru. Sebab, 2019 telah tiba, dan kita tidak akan pernah berjumpa lagi dengan tahun-tahun sebelumnya. Momen-momen itu hanya akan mengingatkan dan menegaskan lagi bahwa kita telah melalui semuanya. Kegembiraan dan kesedihan itu.

Berikut 10 momen besar NBA di 2018:

Dinasti Warriors

Golden State Warriors menjadi nama besar sejak menjuarai NBA pada 2015. Namun, namanya semakin bersinar di 2018 karena mereka berhasil menjuarai NBA dua kali beruntun atau tiga kali dalam empat tahun terakhir. Saat itu, Warriors berhasil mengalahkan Cleveland Cavaliers yang dipimpin LeBron James untuk ketiga kalinya. Mereka telah bertemu empat kali dalam empat tahun terakhir.

Gelar juara Warriors di era modern itu juga sekaligus menjadi sebuah prestasi yang membuatnya ditakuti. Mereka menjadi semacam tolok ukur bagi tim-tim lain. Tim-tim itu berusaha menggulingkan dominasi agar Warriors tidak menjadi sebuah dinasti.   

Hall of Fame 2018

Setiap tahunnya, Naismith Memorial Basketball Hall of Fame mengumumkan nama-nama yang berhak masuk ke jajaran legendaris di museum sejarah basket terbesar sedunia. Nama-nama itu masuk ke jajaran tersebut bukan tanpa saringan. Mereka menjadi legenda berkat berkali-kali seleksi.

Pada 2018, sekiranya ada beberapa bekas pemain, pelatih, dan eksekutif NBA dan WNBA yang terpilih sebagai Hall of Famer. Ada nama, seperti: Ray Allen, Steve Nash, Grant Hill, Jason Kidd, Maurice Cheeks, Dino Radja, Charlie Scott, Katie Smith, Tina Thompson, Ora Mae Washington, Rod Thorn, dan Rick Welts. Mereka sudah dilantik pada September 2018 lalu sebagai Hall of Famer.  

Dear Basketball

Nama Kobe Bryant tidak hanya bersinar di lapangan basket, tetapi juga di dunia perfilman. Sejak mengadaptasi puisinya berjudul Dear Basketball menjadi film pendek, ia semakin santer diberitakan sebagai salah satu peraih penghargaan bergengsi di dunia perfilman. Saat itu, Academy Award alias Piala Oscar menganugerahi film pendeknya sebagai film animasi pendek terbaik. Bryant pun menambah satu piala lagi dalam rak penuh prestasi dalam sejarah hidupnya.    

Bryan Colangelo dan Akun Rahasianya

Pada medio 2018, NBA digegerkan dengan kasus akun rahasia yang menyeret nama Manajer Umum Philadelhia 76ers, Bryan Colangelo. Saat itu, mereka menemukan beberapa akun palsu yang mengungkapkan beberapa kabar sensitif yang mestinya diketahui kalangan tertentu saja. Akun-akun palsu itu bahkan terlibat dalam beberapa percakapan yang menjelek-jelekkan pemain Sixers, termasuk Joel Embiid dan Markelle Fultz.

Pada perkembangannya, Sixers kemudian bekerja sama dengan firma hukum untuk menyelidiki kasus tersebut. Mereka kemudian menemukan fakta bahwa akun-akun itu terhubung dengan nomor ponsel istri Colangelo. Ternyata, itu memang ulah istrinya. Colangelo yang merasa bertanggung jawab pun mengambil risikonya. Ia bahkan sampai mengundurkan diri karena merasa ulah istrinya itu akibat kelalaiannya juga.  

Akhir Generasi Spurs dan Drama Kawhi Leonard

Drama Kawhi Leonard dengan San Antonio Spurs di NBA 2017-2018 menjadi misteri yang sulit terpecahkan. Kala itu, Leonard menolak bergabung dengan timnya dan memilih mengasingkan diri dengan dalih cedera bersama tim dokternya di New York. Kepala Pelatih Gregg Popovich dan rekan-rekan setimnya bahkan sulit menemuinya. Akibatnya, Leonard hanya bermain sebanyak sembilan kali dalam satu musim itu.

Saat mengasingkan diri di New York, rumor tentang ingin hengkangnya Leonard pun menyeruak. Ia dikabarkan tidak ingin lagi bermain bersama Spurs. Hal itu pun terbukti pada musim panas 2018 lalu. Spurs menukarnya bersama Danny Green ke Toronto Raptors sebagai ganti DeMar DeRozan dan Jakob Poetl.  

Sementara Leonard pergi, dua legenda Spurs seperti Tony Parker dan Manu Ginobili juga memilih jalan hidupnya masing-masing. Parker memutuskan untuk membela Charlotte Hornets sementara Ginobili pensiun. Mereka meninggalkan Spurs sekaligus mengakhiri generasi emas yang membuat tim asal San Antonio itu berjaya pada masanya. Popovich pun kehilangan pemain kebanggaannya, termasuk Tim Duncan yang sudah pensiun lebih dulu pada 2016. Trio Spurs itu pun kini hanya tinggal kenangan.

LeBron James ke Los Angeles Lakers

Setelah kalah dari Warriors di final NBA 2018, LeBron James akhir memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya bersama Cleveland Cavaliers. Sejak saat itu, rumor tim barunya pun menyeruak bagai tanggul jebol. Namun, pada 1 Juli 2018 waktu setempat, James lewat manajemennya, Klutch Sports, mengumumkan kepastian tim barunya. Ia memutuskan pindah ke Los Angeles Lakers. Delapan hari kemudian, James resmi berseragam Lakers.

Dalam sebuah wawancara dengan Sports Illustrated, Rich Paul, sahabat sekaligus agen James, membeberkan alasan Sang Raja pindah ke Los Angeles. Menurutnya, ketika James pindah ke Miami pada 2010 silam, ia ingin mengejar gelar juara; ketika James kembali ke Cleveland pada 2014, ia ingin menepati janji kepada kampung halamannya; dan ketika kini ia memilih Los Angeles sebagai pelabuhan barunya, itu karena ia ingin melakukan apa yang ingin ia lakukan. Dengan alasan itu, publik Cleveland pun melepasnya.

Jimmy Butler dan Kekesalannya

Jimmy Butler sempat mengkritik para pemain muda Minnesota Timberwolves seperti Karl-Anthony Towns dan Andrew Wiggins ketika ia masih bermain di sana. Ia tidak suka dengan etos kerja mereka sehingga Timberwolves tidak bisa melaju lebih jauh dari sekadar putaran pertama playoff. Bahkan, sebelum itu, Butler dkk. harus bersusah payah merebut jatah terakhir ke playoff dengan menggulingkan Denver Nuggets di pertandingan terakhir musim reguler. Akibatnya, Butler pun meminta manajemen menukarnya ke tim lain beberapa hari menjelang bergulirnya NBA 2018-2019.

Di awal musim, Butler masih sempat bermain untuk Timberwolves meski dengan kondisi internal yang kurang sehat. Apalagi saat itu, Sang Forwarda rumornya sempat menantang skuat utama Timberwolves bersama para cadangan dan mengalahkannya. Butler sampai mengatakan tim asal Minnesota itu tidak bisa menang tanpanya. Sampai akhirnya pemain berusia 29 tahun itu pun ditukar ke tim lain sesuai keinginannya. Timberwolves menukarnya ke Philadelphia 76ers untuk mendapatkan Robert Covington dan Dario Saric.

Begitulah akhir drama Butler bersama Timberwolves.    

Nasib Buruk Carmelo Anthony

Jika ada bintang NBA yang nasibnya paling buruk, nama Carmelo Anthony harusnya ada di atas daftar. Bagaimanapun, setelah meninggalkan New York Knicks, nasibnya jadi tidak menentu. Oklahoma City Thunder hanya menggunakannya selama semusim. Houston Rockets bahkan lebih parah lagi, hanya 10 pertandingan. Tim asuhan Mike D’Antoni itu tidak ingin lagi menggunakan jasanya di sisa musim.

Hingga tahun baru 2019, Rockets terus membuka peluang bagi tim lain untuk merekrutnya, tetapi belum ada yang mau mengambilnya. Anthony sudah tidak aktif sejak November 2018 lalu dan nasibnya masih menggantung. Ini benar-benar buruk bagi pemain bintang seperti Anthony. Ia tidak bisa mengakhiri karirnya dengan cara seperti ini. LeBron James dan Tyson Chandler, duo veteran Lakers, pun setuju dengan itu. Mereka bahkan ingin memberi Anthony kesempatan untuk bangkit dengan bermain bersama.

Kebangkitan Kembali Derrick Rose

Jika Carmelo Anthony sedang menerima nasib buruknya, Derrick Rose justru kebalikannya. Rose, garda Minnesota Timberwolves, berusaha membuktikan dirinya lagi. Setelah mengalami cedera bertubi-tubi yang mengakibatkan pamornya turun, ia kini merangkak naik untuk menjadi pemain yang bisa diandalkan seperti dulu. Ia bermain di 32 pertandingan selama 2018 dan mengoleksi rata-rata 18,9 poin, 4,8 asis, dan 2,8 rebound per pertandingan. Ia bahkan sempat mencetak 50 poin ketika timnya mengalahkan Utah Jazz pada 31 Oktober 2018 lalu.

Dengan catatan itu, setidaknya Rose bisa mengincar gelar Sixth Man of the Year atau Most Improved Player of the Year. Namun, ia perlu menjaga dirinya untuk sehat sepanjang musim agar bisa menunaikan keinginannya. Sayangnya, sejak akhir Desember lalu, Rose harus absen karena cedera engkel. Ia berharap cedera itu tidak membuatnya absen terlalu lama.  

Halleluka

Nama Luka Doncic menjadi semacam komoditas di NBA Draft 2018. Beberapa media memprediksi ia akan terpilih di urutan pertama. Namun, kenyataan berkata lain. Doncic terpilih di urutan ketiga oleh Atlanta Hawks, yang kemudian menukarnya ke Dallas Mavericks untuk mendapatkan Trae Young.

Sebelum bermain di NBA, Doncic menjadi komoditas utama NBA Draft karena kiprahnya di Spanyol dan Eropa. Ia tidak hanya menjadi pemain terbaik di liga Spanyol, tetapi juga pemain terbaik EuroLeague. Ia bahkan berhasil mengantarkan Real Madrid merajai Eropa pada 2018.

Setelah menunaikan baktinya kepada Real Madrid, Doncic pun melanglang buana ke Amerika Serikat. Ia kini bermain untuk Mavericks di NBA 2018-2019. Sejak pertama kali bermain di sana, pemain berusia 19 tahun itu sudah menarik perhatian banyak orang. Ia menjadi salah satu senjata andalan Mavericks yang membuat semua orang kagum. Ia bermain sebanyak 35 pertandingan dengan mencetak rata-rata 19,6 poin, 6,5 rebound, dan 5 asis per pertandingan.

Sebagai seorang remaja belasan tahun asal Slovenia, para pemain NBA lainnya bahkan tidak memandangnya seperti seorang ruki. Rekan-rekan setimnya percaya Doncic merupakan profesional yang berbakat. Ia sudah siap melakoni pertandingan-pertandingan NBA sejak kedatangannya. Doncic telah menjelma sebagai salah satu prospek besar NBA. Ia adalah bintang masa depan. Orang-orang menyebut fenomena Doncic sebagai Halleluka. (GNP)

Foto: NBA

Komentar