"Strength in Numbers" adalah jargon Golden State Warriors di Playoff kali ini. Di partai pertama Final wilayah Barat, seluruh pendukung Warriors tak henti-hentinya bersorak di Oracle Arena. Tapi teriakan itu malah jadi energi positif buat lawan mereka, Oklahoma City Thunders.

Di luar dugaan, Thunders berhasil menjungkalkan Warriors, 108-102 lewat sebuah pertandingan yang penuh taktik. Billy Donovan menunjukkan kelasnya sebagai rookie coach dengan puluhan tahun pengalaman di tingkat NCAA. Sementara Steve Kerr gagal mengoptimalisasi skuatnya.

"Line-up of the Death" milik Warriors yang biasanya tak terhentikan, ternyata berhasil diantisipasi oleh Donovan.

"Kita sudah pernah berada di posisi (tertinggal) ini sebelumnya. Kita perlu memperbaikinya lalu memenangkannya," pesan Donovan kepada anak-anak Thunders ketika tertinggal 14 poin saat halftime.

Thunders bermain buruk di babak pertama. Mereka membuat 10 turnover dan selalu kewalahan menghadapi permainan cepat Warriors. Beruntung mereka punya Westbrook yang secara heroik mencetak 17 poin di kuarter tiga dan secara agresif menjaga Curry.

Di kuarter keempat, Warriors benar-benar kewalahan menghadapi keunggulan bigman Thunders, belum lagi ditambah dengan penjagaan area three point yang baik dari Thunders yang membuat Warriors hanya menceploskan 1 dari 10 tembakan tiga angka mereka di kuarter ini. Thunders akhirnya menang 108-102, setelah melewati kuarter empat yang sengit.

Mari kita sedikit mengulas tentang Billy Donovan. Ia adalah pelatih kepala yang mencetak prestasi mencengangkan di tahun pertamanya memegang sebuah tim. Ia membawa Thunders dengan rekor 59-23 di musim ini. Dan mengubah mentalitas Thunders yang saat era Scott Brooks hanya bertumpu pada Westbrook dan Durant.

Ia berhasil meramu taktik ala permainan American Football. Enes Kanter ia jadikan center manakala timnya butuh mencetak angka, meskipun harus mengorbankan defense. Begitu pula dengan Dion Waiters dan Steven Adams yang berkembang jadi pemain yang bisa meyeimbangkan ofense dan defense. Ia juga memberikan minute play kepada rookie Cameron Payne. Ia membuat pemain pendukung lain memunyai porsi penting baik dalam defense maupun offense.

Hal ini terbukti pada semifinal melawan Spurs ketika Spurs hanya fokus melumpuhkan Westbrook dan Durant, ternyata Donovan memanfaatkan pemain lain untuk mendulang angka. Boleh dibilang, ini adalah hasil pengalaman Donovan membina pemain tingkat NCAA. Ia tahu bakat masing-masing pemain.

Bagi Steve Kerr dan Warriors, pertandingan lawan Thunders adalah ujian mereka yang sesungguhnya. Mereka pertama melawan Houston Rockets yang sedang tak karuan, dan berhasil menang dengan cukup mudah. Selanjutnya mereka menghadapi Portland Trailblazers yang jelas bukan lawan sepadan (semestinya LA Clippers andai Chris Paul dan Blake Griffin tak cedera).

Barulah kini mereka melawan tim besar yang dalam enam musim terakhir empat kali masuk final wilayah Barat. Lebih lagi,Thunders sudah melewati dua cobaan berat melawan dua tim tangguh yang selalu konsisten di playoff selama belasan tahun, Dallas Mavericks dan San Antonio Spurs.

Jelas Warriors hanya sedang di bawah performa biasanya kalau tak mau dikatakan lemah secara duel pemain terhadap Thunders. Tapi, yang perlu diingat, Thunders juga belum tampil dalam performa terbaiknya. Russel Westbrook baru meledak di babak kedua. Kevin Durant tampil di bawah rata-rata, dan hanya berhasil menceploskan 1 dari 6 percobaannya di 5 menit terakhir pertandingan.

Kalau mengukur atletisitas dan kedalaman tim, keduanya sebenarnya tak beda jauh. Yang berbeda hanya mindset dan mentalitas. Thunders tiba dengan energi meluap hasil dari kemenangan mereka atas Spurs. Sementara Warriors sedang lupa daratan karena menghadapi dua tim yang tak sepadan dengan mereka.

Dan saya yakin, kelanjutan seri final wilayah barat ini tak akan semudah rekor 3-0 Warriors atas Thunders di regular season. Yang jelas, pemenang seri ini nantinya adalah yang paling unggul secara mental.

Foto: NBA

Komentar