Nama Arif Hidayat semakin sering diperbincangkan sejak ia merengkuh gelar Sixth Man of the Year IBL 2017. Namun, kini ia sudah tidak lagi bermain di liga profesional Indonesia. Ia telah melangkah lebih jauh dengan bermain bersama CLS Knights Indonesia di ajang ABL.

Arif sudah bermain selama dua musim di ABL. Di 2018-2019 ini, ia pun semakin mengasah kemampuannya supaya bisa bersaing dengan klub-klub di Asia. Hasilnya, ia bisa menjadi pelapis penting Wong Wei Long. Kepala Pelatih Brian Rowsom mempercayakan Arif untuk memimpin permainan sebagai garda utama dari bangku cadangan.

Pada Rabu, 12 Desember 2018, CLS Knights pun merengkuh satu kemenangan lagi. Mereka menang 80-75 dari Mono Vampire Basketball Club di GOR Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur. Itu artinya, wakil Indonesia di kancah ASEAN itu telah memenangkan dua pertandingan kandang. Mereka kini tengah mencetak rekor menang-kalah 2-4.

Seusai pertandingan kemarin, Mainbasket berbincang-bincang dengan Arif tentang berbagai hal. Kami membicarakan soal perkembangan CLS, arti dukungan para penggemar, sampai harapan Arif untuk masuk tim nasional Indonesia.

Simak wawancara berikut:

Akhirnya menang lagi di kandang. Apa pendapatmu?

Kemenangan di kandang ini penting karena rekor kami 1 kali menang, 4 kali kalah. Jadi, suasana tim agak tidak enak. Kemenangan ini, di home lagi, bikin kami PD (percaya diri) lagi. Suasananya jadi enak dengan kemenangan ini.

Apa yang membuat kalian menang kali ini?

Karena kami melakukan apa yang pelatih minta. Sebelumnya, pelatih ngomong, kami harus melakukan A, eksekusi kami itu tidak jalan. Kami melakukan apa yang kami pikirkan, bukan apa yang pelatih pikirkan untuk tim. Jadinya, begitu, miskomunikasi satu sama lain.

Gim ini penting. Apa yang pelatih kasih, kami eksekusi. Energi, komunikasi satu sama lain.

Apa yang kalian lakukan untuk bisa bermain seperti itu?

Kami motivasi satu sama lain. Kami komunikasi, apa ya? Kayak mengeluarkan energi positif satu sama lain. Pelatih bilang, “Basketball itu fun kalau kalian main secara tim. Kalian main buat teman kalian. Kalian passing, tidak egois. Kalian bisa layup, tapi sebelah situ ada teman kosong kasih, ke teman.”

Main tidak egois. Basketball jadi menyenangkan karena itu.

Arif sendiri menilai penampilan hari ini (Rabu 12 Desember 2018) sendiri seperti apa?

Baik sama jelek. Tadi ada beberapa turnover karena kurang tenang. Terus, ya itu, saya merasa akhir-akhir ini basket itu buat senang-senang. Basketball itu olahraga buat rekreasi, buat fun. Nobody perfect. Ketika melakukan salah, ya sudah, balik lagi ada sesuatu yang harus dilaukan, yaitu defense. Itu buat senang-senang. Apa pun yang terjadi, saya ingin senang-senang main basket.

Perkembangan CLS sejak awal pertandingan seperti apa?

Kami punya target buat ke playoff. Lebih baik dari tahun lalu. Kami sudah punya pengalaman satu season kemarin, dan kami merekrut banyak pemain baru yang beda dari pemain-pemain tahun lalu, dengan tujuan suasan baru.

Memang kami di awal naik-turun semuanya. Saya rasa semua tim mengalami hal yang sama. Kami tim muda. Pemain-pemain muda. Pelatih selalu bilang, tidak gampang di liga ini. Jadi, harus bareng-bareng 18 orang yang ada tim jadi satu kesatuan untuk main basket yang fun.

Kalau dukungan dari fans?        

Berpengaruh banget buat saya pribadi. Apalagi di home game.

Kami bermain buat orang-orang Surabaya, buat kebanggaan kita semua. Dukungan mereka itu berarti banget buat kami. Kami (mencetak) poin dan mereka react, itu membangkitkan semangat. Buat pemain, pasti semuanya mengalami.

Apa yang kalian harapkan dari penggemar, terutama ketika bermain di Surabaya?

Support, datang, ramaikan GOR CLS Kertajaya.

Oh, ya, orang-orang bilang seorang Arif sudah banyak perkembangannya. Arif sendiri merasa perkembanganmu pesat?

Tidak tahu, ya. Saya merasa main basket itu lebih fun. Saya merasa tidak terbebani sama basket itu harus begini; saya harus main baik; saya harus main baik karena ingin menyumbang sesuatu buat tim; ingin melakukan apa yang pelatih minta. Jadi, tidak memikirkan itu lagi. Saya berpikir basket buat senang-senang; melakukan kesalahan, ya sudah, nobody perfect. Pokoknya basket lebih fun buat saya.

Tapi, ketika latihan masih memikirkan soal teknik segala macam tidak?

Nah, iya benar. Jadi, menuju fun itu, kita harus kerja keras di latihan. Sebelum tanding itu memang harus latihan supaya di gim tidak susah lagi. Sama seperti kita mau ujian, kita harus belajar biar pas ujian mulai kita bisa melakukan itu. Kalau kita sudah bisa, kan, muncul fun-nya.

Ini sudah musim kedua di ABL. Seperti apa rasanya bermain di kompetisi yang levelnya lebih jauh?

Di ABL lebih susah; dituntut untuk lebih pintar. IQ basketnya dituntut lebih kuat lagi, lebih pintar. Pokoknya lebih, lebih lagi tuntutannya. Bukan lagi soal better basketball player, tapi great basketball player.

Arif sudah sering melawan pemain-pemain asing di ABL. Arif pernah tidak merasa berhak masuk ke timnas? Orang-orang bilang, “Arif for timnas”.

Haha. Jujur, saya ingin main di timnas. Setiap pemain pasti punya keinginan buat bela Indonesia. Ya, saya ingin. Saya ingin. Makanya, saya harus melakukan apa yang bagus di tim ini. Sisanya orang lain yang melihat. Kalau memang mereka merasa saya layak, ya sudah, saya siap.

Kira-kira timnas sekarang ini menurutmu seperti apa?

Jujur, saya tidak pernah lihat timnas mainnya seperti apa. Serius.

Apa, ya? Saya tidak pernah lihat timnas. Tidak pernah lihat anak-anak .

Memang fokusmu selama ini ke mana?

Ke CLS sama ke tesis saya. Saya sudah harus mengumpulkan tesis pada 13 Januari ini. Jadi, saya lagi bab II, lagi mengejar banget. Tadi saja sebelum bertanding ke kampus buat menemui dosen. Tidak ketemu dosen.

Ya begitulah jadinya: basket, tesis, basket, tesis.

Ada kesulitan tidak mengatur waktunya?

Capeklah pasti. Sekarang fokus di basket. Sudah selesai basket, fokus lagi ke tesis. Jadi, otaknya pindah lagi, pindah lagi.

Itu melatih sesuatu dalam dirimu tidak?

Iya, benar. Lebih banyak kegiatan jadi lebih ada seuatu yang, “Ah, saya pernah lebih capek dari ini.” Jadi, ya sudah, slow saja.

Selain itu ada kegiatan lain? Pacaran, mungkin? Haha

Hahaha, pacaran. Itu pacar saya.

Ya, mainlah sama teman. Butuh refreshing. Kalau santai pergi nonton, jalan sama pacar. (GNP)   

Foto: Yosi R., Alexander Anggriawan, dan Yoga Prakasita

Komentar