Jordan, anak perusahaan Nike, sudah punya nama besar di lini olahraga basket. Mereka meraih itu setelah kesuksesan luar biasa karir Michael Jordan. Lewat Jordan, Nike berusaha menyisir pebasket eksentrik di lapangan kayu. Meski demikian, Kawhi Leonard tidak bergeming dengan status mantan sponsornya. Ia teguh meninggalkan Jordan lalu bergabung dengan New Balance yang notabene pendatang baru.

Kabar hengkangnya Kawhi dari Jordan sudah tersebar sejak pertengahan 2018. Ia merasa kapabilitasnya patut dibayar lebih mahal. Hal itu merujuk pada nilai kontraknya yang lebih rendah dari pebasket milik Jordan lainnya. Nilai AS$ 5 Juta per tahun bagi penggawa Toronto Raptors ini lebih rendah dari Chris Paul, Charmelo Anthony, dan Russell Westbrook yang juga bermain untuk Jordan.

Keputusannya bergabung dengan New Balance pun terbilang unik. Merek yang berdiri sejak 1902 itu begitu populer sebagai penyedia perlengkapan lari dan atletik. Simak saja bagaimana mereka berhasil meraih tempat khusus di kultur sneaker dunia melalui modifikasi berbagai edisi sepatu larinya. Siluet legendaris seperti 574, 577, 1500, hingga yang terbaru adalah 247 berhasil meraih perhatian penikmat olahraga lari dan penggiat gaya hidup urban.

Siluet terakhir New Balance di lini basket yang diproduksi untuk petenis Milos Raonic yang meramaikan Celebrity All-Star Game 2016.

 

DI sisi lain, layaknya Puma, New Balance pernah punya cerita indah di ranah basket. Lini basket mereka pernah Berjaya di era 1980 hingga 1990-an. Puncak kerja sama mereka hadir ketika berhasil mendatangkan James Worthy era 1980-an. SIluet New Balance P740 Worthy Express OG bahkan dirilis ulang pada Juni 2018 sebagai alarm khalayak ramai bahwa mereka kembali ke ranah basket.

Kehilangan pemain andalan bisa berdampak pada kepopuleran sebuah produk. Itulah yang terjadi dengan New Balance ketika James Worthy akhirnya pensiun pada 1994. Kakak tingkat Michael Jordan di North Carolina Tar Heel itu tampaknya begitu istimewa. Setelah itu, mereka tak kunjung mendapat momentum tepat sehingga memutuskan rehat beberapa tahun kemudian.

New Balance patut berterimakasih kepada Matt Bonner. Kisahnya memakai New Balance di laga final NBA 2013 tidak diberi apresiasi berupa kontrak sponsor namun ia tetap setia memakai New Balance BB8026. Nama mereka di ranah basket setidaknya tetap terdengar meski tidak ada tindak lanjut dari aksi Bonner itu.

Baca juga: Matt Bonner, Dicampakkan New Balance lalu Diselamatkan adidas Karena Twitter

Jejak Kawhi Leonard bergabung dengan New Balance bisa disandingkan dengan pergerakan DeMarcus Cousins dengan Puma atau kembali ketika Stephen Curry memilih Under Armour. Mereka adalah pemain yang ingin dihargai lebih karena merasa memiliki kapasitas yang layak dibayar mahal. Ambisi itu dibuktikan lewat torehan bermain ke laga final NBA, masuk jajaran NBA All-Star, hingga popularitas besar di media sosial.

Dengan bergabung ke merek-merek baru, pemain punya ruang lebih besar untuk berkreasi dan menampakkan diri. Sorotan media akan lebih mudah tertuju kepadanya. Hal itu dibuktikan Klay Thomson yang sejauh ini masih nyaman dengan ANTA. Penggawa Warriors itu dianggap sebagai pahlawan atas kepopuleran merek asal Cina itu di pasar basket internasional. Kontrak mereka pun berbuah manis setelah Klay berhasil tampil sebagai juara.

Menurut ESPN, mantan peraih pemain bertahan terbaik NBA itu diberi insentif kontrak lebih dari AS$ 5 Juta –pihak New Balance tidak mengumumkan angka pasti. Lebih lanjut, angka bonus itu akan membawa Kawhi dalam jajaran 15 pebasket dengan bayaran sponsor terbesar musim ini. Sayangnya, bayaran Kawhi masih belum bisa menggeser James Worthy yang kabarnya masih menerima honorarium (royalty) penjualan produk basket berlabel namanya. Bayangkan berapa banyak yang didapat Worthy andai New Balance kembali memasarkan New Balance Worthy Express segencar era 1990-an.

Belum ada informasi pasti apakah Kawhi Leonard akan punya sepatu khusus atau hanya didapuk menjadi “wajah” promosi saja. Persaingan dalam memasarkan produk basket tahun ini pun tampaknya akan lebih ramai dimana Nike, adidas, dan Under Armour kedatangan pesaing ketat nan historis.

Foto: Clutch Point, Sole Collector via Darren Rovell

Komentar