Nama I Gusti Ngurah Teguh Putra Negara, forwarda klub Stadium Jakarta, sudah hilang sejak IBL 2016-2017 lalu. Ia mengalami cedera lutut yang kemudian mengantarkannya kepada keputusan untuk pensiun. Apalagi, katanya, ia tidak menemui kesepakatan dengan Stapac ketika Stadium dan Aspac memutuskan merger. Teguh pun kembali ke kampung halamannya di Bali untuk menjalani hidup baru bersama keluarganya.

Di Bali, Teguh ternyata menemukan peran barunya. Setelah pensiun, ia kini terjun ke kepelatihan. Ia melatih SMAK Soverdi Bali ketika mengikuti Honda DBL 2018 Bali Series. Ia bahkan diundang ke Honda DBL Camp 2018 sebagai salah satu wakil dari Bali. Mainbasket berjumpa dengannya untuk berbincang-bincang tentang banyak hal di DBL Academy, Pakuwon Mall, Surabaya, Jawa Timur.

Simak wawancara kami, sebagai berikut:   

Halo, apa kabar, Bli?

Baik, baik.

Sebelum lebih jauh kita bahas soal basket Bali, ceritakan dulu dong sejak kapan Bli menjadi pelatih?

Tepatnya, sih, tahun lalu. Waktu retire dari Stapac. Setelah cedera, sehabis selesai IBL harus setelah rehab segala macam. Sudah selesai, ternyata tidak menemukan kesepakatan dengan Stapac. Akhirnya saya kembali ke Bali.

Setelah kembali ke Bali, sebenarnya saya tidak ada niat jadi pelatih SMA. Saya cuma melatih di sekolah basket di sana. Saya bantu-bantu di sana.

Cuma saya punya teman kebetulan melatih (SMAK) Soverdi cowok. Dia tidak bisa fulltime di sana karena kerjaan dia. Dia menawarkan ke saya, “Bagaimana? Mau tidak mencoba?”

Maksudnya, itu benar-benar pengalaman pertama saya memegang sebuah tim. Ya sudah, karena merasa tidak ada salahnya berbagi ilmu, saya coba.

Kalau tidak salah itu bulan April 2017. Pertama kali memegang Soverdi pada bulan April 2017, lalu ikut DBL 2017 sampai ke empat besar. Saat itu banyak kekurangannya memang, tapi pengalaman mereka di DBL tahun itu berharga banget.

Berarti sekarang sudah lebih dari setahun. Apa yang Bli dapat selama itu?

Pengalaman yang didapat? Banyak. Namanya anak daerah, anak muda zaman sekarang, kan, kalau main basket itu berpikir poin, poin, dan poin. Mereka tidak aware sama basic. Mereka tahu layup bagaimana, menembak bagaimana, tapi tidak tahu cara layup yang benar bagaimana, cara menembak yang benar bagaimana, cara defense yang benar bagaimana, cara penguatan yang benar bagaimana.

Itu mereka tidak tahu.

Saya datang ke sana itu jadinya mengingat lagi, mengulang lagi basic fundamental basket yang pernah saya pelajari. Selain itu, saya jadi bisa bertemu dengan masing-masing karakter anak-anak yang berbeda. Ada satu anak yang harus dikerasi, tapi ada juga yang kalau dikerasi malah semakin down. Jadi, saya harus bisa mengenal karakter anak-anak. Itu saja.

Dulu Bli bermain di profesional. Hal itu berpengaruh besar tidak ketika melatih sekarang?

Pengaruhnya besar banget. Besar banget. Jadi, pengalaman yang didapat selama bermain di profesional itu banyak. Saya sudah ganti tim empat kali, ganti pelatih tujuh kali. Dari semua pelatih itu saya mendapatkan banyak pelajaran. Itulah yang saya bagikan selama melatih.

Saya, sih, berharap nanti saya tidak cuma berbagi ilmu di Soverdi saja, tetapi bisa share ilmu saya, semua pengalaman saya ke seluruh Bali. Biar basket Bali semakin bagus.

Apa yang penting dalam basket?

Fundamental. Fundamental itu penting di basket. Itu yang harus diperbaiki oleh pelatih-pelatih dari daerah yang jauh dari Ibukota. Saya, kan, dari daerah Badung. Di Bali itu ada Denpasar, Tabanan, Gianyar, terus Badung. Mereka punya kultur beda-beda.

Yang saya lihat, anak-anak basket Badung yang jauh dari Ibukota itu kasihan. Mereka sebenarnya punya potensi seperti size, cara melompat, tapi mereka tidak menggunakannya secara baik dan benar. Itu yang kadang saya ingin bantu. Cuma kadang-kadang, kan, pemikiran orang-orang di sana itu kita tidak bisa tahu. Misalnya kita ingin bantu, mereka bisa berpikir, “Sombong, nih, orang. Baru datang sudah sok tahu.”

Perkembangannya sendiri bagus di sana?

Bagus. Dari dulu sampai sekarang perkembangan basketnya itu semakin bagus. Apalagi sekarang sudah mulai ada kejuaraan kayak kejurda kelompok umur. Terus, bibit-bibitnya itu sudah mulai ada. Sekolah-sekolah basketnya itu ada. Menurut saya, perkembangannya getting better.

Kalau soal pertandingannnya?

Banyak sebenarnya. Cuma tim-tim yang ikut, ya, tim itu-itu saja. Tim dari daerah itu takut untuk berkompetisi karena melihat, “Oh, yang main tim ini, tim ini, tim ini. Kalau main paling sudah kalah.” Jadi, belum apa-apa malah sudah takut duluan.

Kalau DBL di sana?

Gila atmosfernya. Bring back memories. Dulu waktu angkatan saya main Hexos Cup itu, kan, penonton selalu penuh, tapi ini—bisa dibilang—dua kali lipatnya Hexos. Karena dari segi suporter lebih terorganisasi dengan baik.

Perkembangan DBL di Bali itu semakin bagus. Buktinya tim-tim yang masuk empat besar beda-beda terus. Paling satu-dua yang sama, tapi sisanya beda-beda terus.

Pengaruh DBL ke basket Bali seperti apa?

Pengaruhnya terhadap basket di Bali bagus, bagus banget. Buat menunjukkan kalau bisa masuk first team, misalnya, bisa dilihat juga sama seleksi Popwil atau Kejurnas.

Apa yang Bli harapkan dari DBL Camp sekarang?

Ini, kan, baru pertama kali. Bisa dibilang saya baru seumur jagung jadi pelatih. Ilmu saya masih kurang. Saya berharap di sini saya mendapat ilmu yang lebih dari apa yang saya dapat waktu masih main.

Ada target ke All-Star?

Semua pasti mau kalau berbicara soal All-Star, tapi tidak mau muluk-muluk, saya mau menjalani dulu saja program-programnya. Kalau soal All-Star itu urusan yang di atas. Yang paling penting berusaha.

Apa yang bakal dimaksimalkan?

Kooperatif sama coaches dari WBA-nya dan harus cepat belajar, cepat menangkap.

Apa yang bakal Bli bawa ke Bali dari sini?

Semua yang didapat dari sini akan saya bawa ke Bali. Saya tidak akan pelit ilmu. Maksudnya, saya tidak akan pelit dengan apa yang saya dapat. Saya tetap akan share, akan bagikan semua yang didapat.

Apa arti berbagi buat Bli Teguh?

Arti berbagai itu besar buat saya. Kita tidak bisa hidup sendiri. Kita harus selalu berbagi. Kita pasti pernah ada di posisi tidak punya apa-apa, kita tidak bisa apa-apa, tapi ada orang yang bantu. Apa salahnya ketika kita bisa, kita bantu orang lain.

Contoh, sepatu atau baju-baju bekas main dulu, saya bagikan ke anak-anak. Kalau mereka ada perkembangan atau apa, saya kasih. Istilahnya buat mereka jadi semangat pas latihan. Kalau mereka ada perkembangan saat latihan, saya kasih. Misalnya, sepatu.

Banyak anak-anak didik saya itu orangnya dari kalangan menengah ke bawah. Saya berusaha untuk membantu mereka mendapatkan apparel. Kalau mereka tidak punya sepatu, saya berusaha untuk memberi mereka sepatu. Kalau sepatu saya size-nya sama, saya kasih. Saya hubungi teman-teman di klub dulu, kalau ada jatah sepatu biar dikirim ke Bali. Biar anak-anak juga semangat. Ada motivasi untuk berkembang lebih baik lagi. (GNP)

Foto: Yosi R.

Komentar