Kultur streetwear dewasa ini menampilkan merek-merek besar sebagai pilihan pendongkrak gaya. Di antara belasan lini busana, nama Champion’s Athletic beradu sebagai opsi. Cakupan ini pun sebagai dampak kolaborsi besar yang dilakukan beberapa tahun belakangan. Uniknya, merek yang tahun depan berusia 100 tahun itu memiliki sejarah panjang sebagai perusahaan penyedia perlengkapan olahraga.
Merek Champion’s Athletic ada di bawah perusahaan tekstil besar bernama Hanes. Kantor pusatnya di Rochester New York, satu gedung dengan Sara Lee Company yang merupakan investor mayoritas mereka.
Lini busana ini didirikan pada 1919 oleh Abraham dan William Fleinbloom dengan nama awal Knickerbocker Knitting Company. Selang empat tahun, mereka berganti nama menjadi Champion Knitwear. Fleinbloom bersaudara menyasar pangsa olahraga kampus sebagai pasar utama. Produk andalan mereka kala itu adalah menyediakan jaket dan celana latihan (sweatpants) dengan harga mahasiswa.
Iklan lawas yang terbit tahun 1953 menjelaskan cabor yang jadi cakupan Champion's Athletic.
Perjalanan industri ini tidak mudah. Pesaing terbesar mereka semasa merintis adalah Russell Athletic. Produk yang disediakan nyaris serupa. Alhasil, persaingan sengit pun terjadi di era 1930-an. Pesaing beberapa langkah di depan karena sudah menelurkan inovasi baju olahraga berbahan katun serta mulai meninggalkan wool. Kejadian ini terjadi ketika Champion masih berjuang memasarkan produknya yang juga berbahan katun.
Champion berhasil menyalip Russell Athletic ketika mereka berinovasi jaket olahraga bertudung yang kemudian dikenal sebagai hoodie akhir 1930-an. Hoodie kemudian jadi idola para atlet baseball yang ingin tetap berlatih ketika musim dingin tiba. Alhasil, Champion’s Athletic jadi sponsor seragam beberapa tim kampus seperti Michigan Wolverine.
Inovasi selanjutnya hadir ketika mereka berhasil memproduksi katun yang tidak mengecil setelah dicuci. Kain kaos berbentuk jaring-jaring (reverse weave) pun dipatenkan oleh mereka dengan beberapa inovasi sebelumnya demi mengamankan aset.
Tahun 1950-an, logo “C” dipatenkan. Logo tersebut masih bisa kita temui di produk terbaru Champion’s Athletic. Layaknya Swoosh (logo Nike) dan Three Stripes (logo adidas), logo huruf “C” berornamen merah dan biru ini kemudian jadi ciri khas yang tak tergantikan. Desainnya yang mudah diingat membantunya meraup kesuksesan lebih besar lagi. Puncaknya, pada 1960-an, Champion’s Athletic jadi sponsor utama seragam untuk NBA, NFL, dan NCAA.
Magic Johnson dan Michael Jordan saat Olimpiade Barcelona 1992.
Ranah musik nyatanya berpengaruh pada kepopuleran berbagai macam produk. Musisi bergenre hardcore dan hip hop berperan pada kepopuleran hoodie dan kaos. Band Gorilla Biscuits dan Houston berperan dalam memperkenalkan baju yang mereka pakai ke penggemarnya.
Kultur hip hop pesisir timur (East Coast) adalah ranah ekspansi selanjutnya. Grup rap macam Wu-Tang Clan, Onyx, dan Gang Starr kerap tampil menggunakan hoodie Champion’s Athletic dengan ukuran ekstra besar.
Tahun 1990-an, menyasar kultur basket jadi visi mereka. Champion’s Athletic jadi sponsor seragam tim nasional Amerika Serikat pada Olimpiade Barcelona 1992 dengan Magic Johnson dan Michael Jordan sebagai sosok utama. Mereka juga menyediakan sepatu basket bernama Equinox Hi sebagai pelengkap. Meski edisi terbatas itu kini tidak diproduksi lagi, kehadiran Champion’s Equinox Hi membuktikan keseriusan anak perusahaan Hanes ini di basket.
Off-White x Champion's Athletic Spring/Summer 2018.
Memasuki era modern, perusahaan kebanggaan Negeri Paman Sam itu tetap konsisten dalam memproduksi pakaian. Kaos polos, hoodie, dan celana latihan (sweatpants) besutan Champion’s Athletic tetap jadi idola para penikmatnya. Nama mereka kemudian jadi peserta utama kultur streetwear modern atas kebijakan kolaborasi yang dilakukan. Pihak-pihak dominan seperti Off-White, Vetements, Supreme, BAPE, Beams, Atmos, dan lainnya berpengaruh besar dalam ekspansi ini.
Complex bahkan menyebutnya sebagai salah satu dari 10 merek baju terbaik tahun 2017. Bagian terbaik dari merek ini adalah menyediakan produk yang bisa disukai berbagai kalangan serta kelas ekonomi. Memberikan baju berbahan apik tanpa perlu merogoh kocek terlalu dalam.
Bertahan hingga 100 tahun bukan pencapaian mudah bagi sebuah merek. Tentu ada banyak kendala nan masalah hadir namun mereka bisa melewatinya. Dengan permintaan yang semakin besar, kemunculan produk tiruan / kw kian tak bisa dibendung. Oleh karena itu, disarankan untuk memilih produk orisinal Champion’s Athletic sebagai salah satu bentuk apresiasi pada mereka.
Foto: Arsip daring Champion's Athletic, Off-White