Joakim Noah, begitulah namanya, menyediakan segala yang diinginkan penggemar untuk menjadi seorang Knicks. Selain karena statusnya sebagai seorang New Yorker, pemain dengan tinggi menjulang 2,11 meter itu dilengkapi berbagai kemampuan yang mestinya berguna untuk klub itu. Noah memiliki benteng kukuh dalam dirinya yang membuat ia menjadi salah satu pemain bertahan terbaik di NBA. Ia bahkan bisa bermain cerdas tanpa menunjukkan keegoisannya di lapangan, tetapi tetap licik di setiap pertandingan dengan umpan-umpan matang yang kemudian menjadi poin.

Sayangnya, semua berubah ketika Noah benar-benar bermain untuk Knicks.

Mantan presiden Knicks, Phil Jackson, merekrut Noah dari Chicago Bulls dengan kontrak empat tahun senilai AS$72 juta pada 2016. Jackson berharap senter berkebangsaan Prancis kelahiran New York, 25 Februari 1985 itu menambal kekurangan skuatnya di lini pertahanan mereka. Ia ingin Noah menunjukkan kualitasnya sebagai peraih gelar pemain bertahan terbaik (2014); membuat Knicks menjadi salah satu tim dengan tembok kukuh di NBA. Namun, harapan hanyalah harapan ketika Noah pada akhirnya tidak bisa membuktikan kualitasnya di hadapan masyarakat New York. Ia mengalami nasib yang buruk karena badai cedera.

Sebelum pulang ke New York, Noah sebenarnya tengah mengalami masalah pada pundak kanannya. Ia harus melakukan operasi untuk mengembalikan keseimbangan pundaknya itu sampai absen di banyak pertandingan ketika masih membela Bulls. Akibatnya, Noah hanya bisa tampil sebanyak 29 kali pada 2015-2016, sementara posisinya di barisan utama semakin terancam karena kehadiran Nikola Mirotic. Apalagi pemain asal Spanyol itu baru terpilih sebagai kandidat Rookie of the Year di musim sebelumnya.

Mirotic terus mengisi posisi Noah ketika ia cedera. Belum lagi Bulls saat itu juga memiliki senter-forwarda veteran sekelas Pau Gasol yang lebih sehat. Pada akhirnya, senter NBA All-Star 2013-2014 itu benar-benar tersingkir dari barisan utama dan namanya meredup di panggung megah NBA.

Ketika nama Noah meredup, Phil Jackson membuat keputusan unik untuk merekrutnya ke Knicks. Namun, keputusan unik itu kemudian berubah menjadi bencana (dalam bahasa media-media Amerika Serikat disebut disastrous). Orang-orang bahkan menyebutnya sebagai keputusan terburuk sepanjang sejarah klub karena ternyata kedatangan Noah tidak sesuai harapan. Ia bahkan hanya bermain selama dua musim dengan total 53 penampilan bersama Knicks.

Satu musim reguler NBA saja bisa mencapai 82 pertandingan. Itu artinya, jumlah pertandingan Noah selama dua musim tidak lebih banyak dari pertandingan reguler NBA selama satu musim.

Noah hanya bisa tampil sebanyak itu karena mengalami cedera lutut di musim pertamanya pada 2016-2017. Belum lagi ia juga sempat diskor karena melanggar aturan obat-obatan. Semakin banyak masalah, semakin sulit pula ia bermain.

Kesempatan Noah untuk bermain semakin sempit ketika ia berselisih dengan Jeff Hornacek, kepala pelatih Knicks saat itu. Ia beradu mulut dengan Sang Pelatih sehingga hanya diizinkan tampil di tujuh pertandingan musim lalu.

Hornacek jelas tidak menyukai Noah, tetapi klub tidak bisa serta merta membuangnya karena sisa kontraknya yang mahal. Oleh karena itu, mereka menunggu waktu sampai bisa menukarnya ke klub lain. Namun, jalan itu pun tidak juga membuahkan hasil karena tidak ada klub lain yang menginginkannya.

Ketika musim panas lalu, Noah sebenarnya sempat dikaitkan dengan Minnesota Timberwolves. Apalagi Tom Thibodeau juga tengah mengumpulkan bekas anak asuhnya di Bulls kala itu untuk bergabung dengannya di Minneapolis. Ia bahkan sudah mengumpulkan Derick Rose, Taj Gibson, dan Jimmy Butler sebelum merekrut Luol Deng menjelang 2018-2019. Namun, Thibs ternyata tidak tertarik kepada Noah.

Seiring perjalanan, nasib Noah berangsur-angsur jelas menjelang 2018-2019. David Fizdale, kepala pelatih Knicks yang baru, tidak membutuhkan Noah di skuatnya meski sempat memberi kesempatan kepadanya. Namun, pada 13 Oktober 2018, manajemen justru melepasnya via stretch-provision waiver. Noah pun kini bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa ada ikatan kontrak dengan Knicks lagi.

Di masa bebasnya, Noah telah menarik perhatian Memphis Grizzlies. Menurut Marc Stein, The New York Times, klub asal Wilayah Barat itu kabarnya ingin merekrut Noah untuk melapis senter veteran Marc Gasol. Kepala Pelatih B.J. Bickerstaff ingin pemain tim nasional Prancis itu memberi dampak pada lini pertahanan mereka musim ini.

Hingga saat ini, belum ada kepastian tentang nasib Noah bersama Grizzlies. Namun, Stein mengatakan, Grizzlies melakukan diskusi mendalam untuk merekrut senter berusia 34 tahun itu. Beberapa orang menilai merekrut Noah adalah hal paling tidak masuk akal; mengingat Grizzlies memiliki pemain muda potensial yang lebih membutuhkan menit bermain, seperti: Jaren Jackson Jr, JaMaychal Green, dan Ivan Rabb.

Kendati begitu, Joe Mullinax, SB Nation, menulis artikel menarik tentang Noah. Ia mengatakan, Noah bisa saja membantu Grizzlies dalam mengambil bola-bola pantul sejak klub itu mengalami kesulitan di bawah ring musim ini. Grizzlies berada di peringkat terbawah dengan rata-rata 38,9 rebound per pertandingan. Sementara itu, Noah—sesuai catatan 2016-2017—membantu Knicks meraih bola pantul dengan meningkatkan sekitar 21,1 persen total perolehan mereka.

Secara ofensif, Noah juga disebut-sebut bisa membantu Grizzlies mengalirkan bola dari poros. Ia akan menjadi pelapis terbaik Gasol yang sama-sama memiliki kemampuan memberikan asis yang baik. Kehadiran Noah secara hitung-hitungan di atas kertas boleh jadi membuat sistem permainan Grizzlies lebih bervariasi. Namun, hitung-hitungan itu tentu saja harus dibarengi dengan risikonya. Phil Jackson pernah melakukannya dan ia gagal membuat Noah bersinar di Knicks. Jika Grizzlies melakukan hal serupa, maka mereka hanya akan menjadi Knicks selanjutnya.

Nasib Noah untuk bermain di NBA lagi berada di tangan Grizzlies sekarang.  

Foto: NBA

Komentar