Mario Wuysang kembali. Inilah salah satu berita terhangat memasuki ABL 2018-2019. Setelah bermain untuk CLS Knights Indonesia di ASEAN Basketball League (ABL) musim 2017-2018 lalu, nama Mario Wuysang kembali muncul di daftar pemain salah satu tim. CLS Knights, tetapi Zhuhai Wolf Warriors.

Wolf Warriors adalah tim baru di ABL. Laga perdana ABL musim ini mempertemukan Wolf Warriors melawan Hong Kong Eastern. Mario Wuysang turun sebagai starter dan mencetak 13 poin, 4 rebound, dan 1 asis. Namun, timnya kalah 107-75.

Pada saat peluncuran ABL 2018-2019 di Manila, Filipina bulan Oktober lalu, salah satu pemiliknya ikut hadir, David Chu. Sosok Chu tidak asing bagi saya. Ia sering bolak-balik ke Indonesia, khususnya Surabaya ketika kegiatan DBL Camp atau NBL Indonesia kerap mendatangkan bintang-bintang NBA. Langsung dari Chu, saya mengetahui alasan kenapa garda senior Indonesia Mario Wuysang ada di tim Wolf Warriors.

 

Halo Chu. Masih ingat saya?

Tentu saja. Saya masih menyimpan majalah Mainbasket di tempat saya.

Apa alasanmu membentuk sebuah tim dan bermain di ABL?

Kalau kamu cinta basket, saya rasa kamu pasti ingin punya tim basket. Ini impian semua orang yang cinta basket. Saya didekati oleh mitra saya sekitar Maret tahun lalu. Dia bilang, “Hey Dave, kalau saya punya uang, bisakah kamu membantu saya membuat sebuah tim?” Tentu saja saya jawab “ya”, dan kami pun memulai dari sana.

Lalu, kamu merekrut Mario Wuysang.

Tidak, tidak. Mario merekrut dirinya sendiri. Ketika ia memutuskan pensiun (musim lalu dari CLS Knights Indonesia), saya bertanya ke dia, apakah dia masih mau main. Dia menjawab, “Entahlah. Situasinya harus cocok dan tepat.” Lalu saya mengatakan ke Mario agar dia datang melihat suasana latihan tim saya. Kalau dia merasa tim saya ada peluang untuk berkompetisi di ABL, saya menawarkan ke Mario untuk menjalankan satu musim perpisahan. Mario kemudian datang. Ia menyaksikan latihan kami, dan saya rasa dia suka dengan tim saya dan kemudian ia bersedia bergabung. Jadi, ini keputusan dia. Bukan keputusan saya.

Tapi kamu yang memintanya, bukan?

Mario itu teman saya. Saya kenal dia sudah 15 tahun. Saya sudah sering bicara dengannya, bahkan bukan hanya tentang hal-hal basket.

Kamu kenal Mario di mana?

Dari saudaranya. Dari dua saudaranya. Salah satunya dulu tinggal di Shanghai. Namanya Carlo dan Revo, mereka kembar. Setiap kali timnas Indonesia main di wilayah Cina, saya selalu mendukung mereka, karena saya punya keluarga dari Indonesia. Saya punya banyak teman dari Indonesia. Mario adalah salah satunya. Begitulah, 15 tahun berlalu dan sekarang Mario sudah punya dua anak.

Ketika nanti timmu bermain di Surabaya, apa yang kamu harapkan dari fan Mario?

Saya rasa Mario masih punya banyak fan di sana. Ini seperti Cleveland Cavaliers. Waktu LeBron James keluar dari Cleveland, ada yang membakar jersey LeBron. Tetapi akan tetap ada yang diam-diam menyaksikan pertandingan-pertandingan Lakers. Itulah Mario. Mario punya fan di Jakarta, Mario punya fan di Surabaya. Chris (Christopher Tanuwidjaja, Managing Partner CLS Knights) juga teman saya.

Kamu meminta Mario dari Chris?

Tidak, tapi kan ada surat pelepasannya. Tapi, sejujurnya saya tidak tahu akan seperti apa reaksi fan CLS Kinghts di Surabaya nanti. Saya rasa Mario akan selalu dicintai. Saya rasa, ia meninggalkan CLS Knights dengan kesan yang baik.

Apakah kamu yakin Mario masih bisa bermain di level ini?

Dia masih bisa main seakan-akan dia masih berusia 20 tahun. Dia juga sudah melihat tim saya. Dia tahu apa yang bisa dia lakukan untuk membantu tim. Ada satu hal lagi, kalaupun Mario hanya bermain selama lima menit, dia akan membantu tim dalam mengevaluasi lawan. Tak ada pemain di tim saya yang lebih tahu ABL lebih baik daripada Mario. Bahkan pelatih tim saya pun belum begitu paham peta kekuatan ABL. Mario akan membantu kami dalam banyak hal. Dia ibarat seorang asisten pelatih yang juga bertindak sebagai pemain.(*)

Foto: ABL

Komentar