Belum pula satu bulan berlalu semenjak berakhirnya kompetisi reguler NBA 2015-2016, beberapa tim sudah melakukan manuver tajam untuk segera berbenah demi menatap musim depan. Di kala para penggemar NBA disita perhatiannya oleh perjalanan 16 tim terbaik musim ini di babak Playoff, masa-masa rehat ini justru menjadi ajang kesibukan yang luar biasa bagi sebagian besar tim yang gagal masuk ke babak playoff.

Bukan hanya urusan mengontrak pemain, pergantian kepelatihan juga menjadi momen yang vital bagi tim-tim NBA. Total, kini sudah ada empat tim di akhir musim yang telah memutuskan untuk berganti nakhoda.

Beberapa tim sudah mantap menemukan pengganti, namun sebagian sedang giat berburu demi menemukan pelatih yang tepat untuk memimpin armada masing-masing di musim depan. Siapa sajakah mereka?

Minnesota Timberwolves

Setelah mengangkat Sam Mitchell menjadi pelatih interim untuk menggantikan Flip Saunders yang wafat akibat penyakit Hodgkin’s Lymphoma yang dideritanya di awal musim lalu, Timberwolves kini memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Sam Mitchell untuk musim depan. Padahal di bawah arahan Mitchell, Timberwolves bermain dengan baik untuk ukuran tim yang mayoritas diisi oleh para pemain muda. Semenjak ia mengambil alih, rekor menang-kalah Minnesota Timberwolves adalah 29-53 (peringkat 13 di wilayah barat).

Namun, sepertinya publik Minnesota tak perlu ambil pusing dengan keputusan manajemen tersebut. Sebagai gantinya, kursi kepelatihan, serta jabatan “President of Basketball Operation” akan diambil alih oleh Tim “Thibs” Thibodeau, mantan pelatih Chicago Bulls yang meraih penghargaan Coach of the Year 2011 serta menjadi juara NBA 2008 ketika menjabat sebagai asisten pelatih di Boston Celtics.

Berbekal reputasi dan kapabilitas kepelatihan yang ciamik, terlebih di sisi pertahanan, kedatangan Thibodeau diharapkan akan mampu ‘mempercepat’ pertumbuhan para pemain bintang masa depan Timberwolves seperti rookie Karl Anthony Towns serta Andrew Wiggins dan juga mengembalikan Minnesota Timberwolves menjadi tim papan atas seperti di era 2000an.

Washington Wizards Semenjak menjadi pelatih Washington Wizards dari tahun 2012, tahun ini merupakan perjalanan yang paling buruk untuk Randy Wittman. Berbekal pemain yang telah matang seperti John Wall dan Bradley Beal, Washington Wizards gagal menembus babak Playoff setelah dua musim sebelumnya selalu berhasil melaju hingga babak semifinal Playoff wilayah Timur. Alhasil keputusan pemecatan pun diambil oleh manajemen tim sebagai jalan terbaik.

Tidak butuh waktu lama, manajemen tim akhirnya berhasil untuk meyakinkan Scott Brooks, mantan pelatih Oklahoma City Thunder dan juga NBA Coach of the Year 2010, untuk mengambil alih tongkat komando di Washington. Beberapa pengamat juga meyakini bahwa keputusan ini diambil sebagai sebuah magnet untuk mempengaruhi Kevin Durant, yang musim depan akan berstatus sebagai free agent, agar tertarik untuk bermain di bawah arahan mantan pelatihnya dulu, serta di Washington yang juga merupakan kota kelahirannya.

Sacramento Kings Berbekal roster yang mumpuni berkat kedatangan point guard kawakan Rajon Rondo untuk bergabung bersama Rudy Gay dan DeMarcus “Boogie” Cousins, publik kota Sacramento benar-benar berharap untuk dapat menyaksikan tim kesayangannya untuk berlaga di babak Playoff setelah mereka terakhir menyaksikannya 10 tahun silam.

Namun di bawah asuhan George Karl, mimpi itu nyatanya harus tertunda lagi. Selain inkonsistensi permainan, hubungan panas antara pelatih dan pemain bintang Sacramento, DeMarcus Cousins, tampaknya menjadi faktor utama yang menghambat performa Sacramento Kings musim ini.

Bukan hanya rumor, toh Cousins juga berkali-kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap pelatih George Karl baik melalui media sosial, konferensi pers ataupun reaksinya di atas lapangan. Akhirnya, drama di kota Sacramento terhenti ketika general manager mereka, Vlade Divac, memutuskan untuk memberhentikan Geroge Karl dari kursi kepelatihan Sacramento Kings.

Sejauh ini, nama yang beredar untuk menggantikan posisi dari George Karl adalah Kevin McHale (mantan pelatih Houston Rockets) dan Vinny del Negro. Selain itu, nama David Blatt, yang musim ini sudah terlebih dahulu ‘disepak’ oleh Cleveland Cavaliers meskipun berhasil membawa timnya bertengger di puncak klasemen wilayah Timur, juga ikut mencuat untuk meramaikan bursa pelatih di kota Sacramento yang semakin tahun semakin lapar untuk menyaksikan timnya masuk ke babak Playoff.

Los Angeles Lakers Selama dua musim di bawah arahan Byron Scott, Lakers benar-benar terjun bebas dari status sebagai tim elit menjadi tim papan bawah di NBA. Bayangkan saja, dalam dua musim, rekor menang-kalah Lakers adalah 38-126 dari 164 pertandingan!

Walaupun kesalahan sepenuhnya bukan berada di tangan Byron Scott karena pada saat bersamaan Lakers juga tengah berada dalam fase regenerasi. Tetapi tetap saja performa Lakers yang sebegitu buruknya membuat pemilik klub Jeanie Buss dan general manager Mitch Kupchak khawatir mengenai citra tim dan ketertarikan fans untuk menghadiri pertandingan LA Lakers di Staples Center, LA.

Dalam jumpa pers yang digelar seusai pemecatan Scott, Mitch Kupchak pun berujar bahwa keputusan ini dibuat berdasarkan “kepentingan yang terbaik untuk organisasi Los Angeles Lakers.”

Sebagai gantinya, baru saja pihak manajemen Lakers mengumumkan kesepakatan untuk membawa pulang mantan pemain mereka, Luke Walton –yang menjabat sebagai asisten pelatih Golden State Warriors, untuk menjabat sebagai kepala pelatih Los Angeles Lakers musim depan. Walton yang kini berusia 36 tahun merupakan salah satu pemain Lakers pada periode 2003-2012 dan menjadi salah satu pemain favorit dari Phil Jackson karena kepandaian dan visinya dalam menganalisa pertandingan walaupun ia sendiri bukanlah pemain yang menonjol di lapangan.

Dengan kombinasi pemain muda berpotensial dan pelatih muda semacam Luke Walton yang telah membuktikan kapabilitasnya di Warriors musim ini, menarik untuk disimak apakah Los Angeles Lakers akan segera bangkit dari keterpurukan yang melanda kota Hollywood ini.

Di samping nama-nama diatas, tentu masih ada beberapa nama yang posisinya kini sedang dalam ancaman pemecatan. Nama Fred Hoiberg yang gagal membawa Chicago Bulls masuk ke babak Playoff, serta J.B. Bickerstaff yang belum menemukan irama permainan konsisten bersama Houston Rockets sedang was-was menunggu nasibnya kelak.

Lalu, apakah mereka yang telah terpilih mampu menjawab semua ekspektasi yang ada? Hanya waktu yang dapat menjawab seiring dengan bergulirnya musim depan.

Gambar: Lakers.com

Komentar