Foto diatas adalah penampakan Stan Lee ketika menyaksikan pertandingan Los Angeles Lakers dan Toronto Raptors di Staples Center, 27 Oktober 2017. Momen itu adalah terakhir kalinya ia menampakkan diri di muka publik pada pertandingan NBA. Ia baru saja menghembuskan nafas terakhirnya Senin (12/11) di usia 95 tahun. Bagi penggemar Marvel, Stan Lee berada di daftar puncak sosok pahlawan super (Superhero).
Banyak yang percaya bahwa kejayaan Marvel merupakan buah pemikiran Lee. Pria dengan nama asli Stanley Martin Lieber memulai memimpin Marvel pada 1959 dibantu rekanannya seperti Jack “King” Kirby, Steve Ditko, dan adik kandungnya Lawrence “Larry” Lieber.
Lee pertama kali bekerja di Marvel pada 1939 yang kala itu masih bernama Timeless Comics. “Pekerjaan saya waktu itu sangat membosankan. Hanya sebagai penyedia tinta dan penghapus bagi para komikus,” tuturnya pada Los Angeles Times yang terbit pada 25 September 2009. Meski demikian, butuh dua tahun hingga akhirnya ia bisa menerbitkan komik karyanya sendiri. Tepatnya 1941, Timeless Comics merilis komik Captain America yang menyertakan karya Stan Lee dan tim di sana.
Stan Lee saat jumpa pers film "The Avengers: Civil War" (2016).
Karirnya dalam berkomik tidak bertahan lama. Pada 1942, ia sempat jadi tentara Amerika Serikat karena kebijakan wajib militer. Tugasnya adalah sebagai juru komunikasi Telegram. Setelah itu, ia masuk dalam divisi Training Films. Divisi ini bertugas menciptakan propaganda kepada khalayak ramai mengenai ajakan bergabung dengan militer. Hal ini dilakukan karena Amerika kala itu tengah menghadapi pelbagai perang dan konflik –yang terbesar adalah Perang Dunia 2– sehingga membutuhkan banyak tentara.
Sekembalinya dari perang pada 1945, ia melanjutkan Timeless Comics yang ia bangun ulang dengan nama Atlas Comics. Genre yang ia ambil adalah komedi, romantisme, serta fiksi ilmiah. Meski demikian, ia kurang puas dengan karirnya sehingga ia menimbang ulang untuk melanjutkan usahanya di bidang tersebut.
Pencerahan datang ketika Martin Goodman datang untuk pekerjaan yang menurutnya menantang. Ia ditawari untuk membuat sekuel pahlawan super tandingan DC Comics sekitar tahun 1950-an. Ia pun kembali disatukan dengan Jack Kirby serta satu tim dengan Bill Everett, dan Steve Ditko. Karya perdana Lee dan Kirby adalah Fantastic Four. Duet Lee-Kirby menghasilkan superhero kenamaan seperti Hulk, Thor, X-Men dan Iron Man. Lee-Everett menghasilkan Daredevil. Sedangkan kolaborasinya dengan Ditko menghasilkan Doctor Strange dan Spiderman.
Stan Lee (paling kiri) dan Jack Kirby (kedua dari kiri) saat menghadiri gelaran The Cartoonist Society 1966.
Steve Ditko membantu Stan Lee dalam pembuatan komik Spiderman.
Seluruh karakter tersebut dibuat saling berkait. Seluruh tokoh superhero itu kemudian berkumpul dalam sebuah episode komik bernama “The Avengers”. Dalam episode itu, muncullah superhero baru bernama Sub-Mariner dan Captain America.
Kiprahnya di militer membuat isu politik dan keamanan nasional masuk dalam alur cerita komik buatan Marvel. Pada 1966, komik “The Amazing Spiderman” menyertakan isu Perang Vietnam. Setahun kemudian, muncul karakter afrika-amerika pertama di komik manusia laba-laba edisi 51. Sedangkan di komik “Fantastic Four”, Lee menciptakan karakter Black Panther yang merupakan raja dari sebuah kerajaan kaya di Benua Afrika. Seluruh proses penciptaan karakter baru itu dilakukan Stan Lee dengan bantuan Jack Kirby disampingnya.
Komik terakhir yang digambar sendiri oleh Lee adalah “The Amazing Spiderman” edisi 110 (Juli 1972) dan “Fantastic Four” edisi 125 (Agustus 1972). Sementara kerja terakhirnya dengan Jack Kirby sebagai kreator komik terjadi lewat komik “The Silver Surfer: The Ultimate Comic Experience” yang terbit pada 1978. Setelah itu, ia fokus dalam posisi pemasaran serta membangun rubrik khusus di media cetak lain.
Ia kemudian mengembangkan serial televisi Marvel di California pada 1981. Jabatan presiden direktur Marvel Comics sempat ia emban. Walau begitu, Lee tidak nyaman dengan posisi itu karena harus bertemu dengan angka serta rencana jangka panjang perusahaan. Kreator serta komikus masih jadi profesi yang ia sukai sehingga ia melepas jabatan tersebut.
Kumpulan penampilan Stan Lee sebagai kameo film superhero Marvel.
Persaingan DC Comics dan Marvel terjadi sejak tahun 1950-an. Setelah berjalannya waktu, kedua firma komik terbesar di Amerika Serikat itu pun berhasil membuat karakter yang berbeda-beda. Stan Lee menemukan lubang yang ditinggalkan pesaingnya. “Saya menciptakan superhero yang lebih humanis dan gaya personalnya lebih mudah ditemui di kehidupan kita sehari-hari,” tuturnya kepada The Washington Post tahun 1992.
Perfilman Marvel bermula ketika serial televisi “The Incredible Hulk” melejit di CBS tahun 1978-1982. Sayangnya, itu jadi satu-satunya seri superhero Marvel di era tersebut yang meraih kesuksesan. Catatan wangi lainnya dibukukan serial “X-Men” yang mengudara pada 1992-1997. Perjalanan perfilman Marvel memang mengalami pasang surut di momen perintisannya. Bahkan, firma Stan Lee Media pernah dituntut akibat hak cipta yang membuat rekanan bisnis Stan Lee dituntut pada 2001. Marvel mengalami kejatuhan di awal tahun 2000-an.
Setahun berikutnya, Marvel diselamatkan oleh film “Spider-Man” yang mendunia. Kesuksesan itu kemudian dilanjutkan “IronMan”, “Thor”, dan “Captain America”. Puncaknya datang ketika seri layar lebar perdana “The Avenger” menghentak bioskop di dunia pada 2012. Pengaplikasian teknologi CGI (Computer-Generated Imagery) berbiaya fantastis membantu memberi penonton sensasi menikmati film yang berbeda. Di seluruh film itu, Stan Lee tampil sebagai pemeran pendukung (kameo) yang hanya muncul tidak lebih dari satu menit.
Meski hidupnya dipenuhi dengan lika-liku bisnis hiburan, Stan Lee bersyukur. Hal itu ia sampaikan April 2018 lalu kepada The New York Times. “Saya adalah pria paling beruntung di dunia. Saya tidak akan sejauh ini tanpa bantuan putri saya. Namun, saya begitu ceroboh bila berurusan dengan uang,” katanya.
Dengan berbagai kontribusi serta ide yang dia canangkan, Marvel tidak akan sebesar dan semegah ini. Konsistensinya mengembangkan karakter ciptaannya begitu berpengaruh pada kepopuleran. Kini, kita tidak akan bisa lagi melihatnya muncul sesaat sebagai kameo di film besutan Marvel mana pun. Meski demikian, mendiang Stan Lee layak dinyatakan sebagai pahlawan super melebihi pahlawan super ciptaannya sendiri.
Foto: Mark J. Terrill/Associated Press, Valerie Macon/Getty Images, Comic Book Historians