Vince Carter mencuri bola dari tim nasional Prancis di sebuah pertandingan dalam Olimpiade 2000. Ia melantun bola sebentar, lalu melompat melewati tubuh Frederic Weiss setinggi 218 sentimeter dan menombok (slam dunk). Sontak para penonton, termasuk komentator, bersorak hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat kala itu.
Lompatan Carter yang demikian tinggi membuat mereka berdiri dari duduknya untuk merayakan tombokan yang kini dikenal sebagai "Le Dunk de la Mort" atau "Dunk of Death" (tombokan kematian). Tombokan itu pun sekaligus membuat salah satu sepatu karya Nike, Nike Shox BB4, terkenal. Karena—kebetulan—Carter melakukan tombokan legendaris itu sambil mengenakan Nike Shox BB4 untuk pertama kali.
Carter pertama kali bergabung dengan Nike pada 2000. Saat itu ia terkenal sebagai salah satu pemain yang luar biasa. Ia tampil eksplosif dengan tombokan keras dan selalu mendapat sorotan. Ia bahkan memiliki beberapa sebutan seperti “Vinsanity” dan “Half Man Half Amazing” saking hebatnya. Lantas, Nike pun menghadiahinya dengan Nike Shox BB4 yang ia gunakan di Olimpiade.
Kini—setelah 18 tahun berlalu—Carter akan kembali mengenakan Nike Shox BB4 sampai akhir musim 2018-2019. Boleh jadi itu merupakan musim terakhirnya di NBA karena Carter sudah berusia 41 tahun. Ia sudah terlalu tua untuk berkompetisi di NBA. Namun begitu, sosoknya masih terus menginspirasi. Nike pun kembali mengenalkan Nike Shox BB4 kepada generasi baru sambil mengenang masa-masa jaya seorang Vince Carter.
Konsep Nike Shox sendiri sebenarnya sudah dikenalkan jauh sebelum Nike Shox BB4 muncul. Idenya pertama kali menetas pada 1984, tetapi gagasan baru muncul kembali di pengujung 1990-an. Saat itu, Shox menarik minat Eric Avar dan tim desain karena menampilkan teknologi visual ekspresif dengan nilai kinerja signifikan.
Tampilan Nike Shox BB4 terinspirasi dari konsep luar angkasa. Teknologinya yang seperti roket—lengkap dengan pendorongnya—disiapkan untuk memperkuat potensi lompatan. Bagian atas seolah-olah dirancang untuk mengeksplorasi intergalaksi sementara Avar dkk. menciptakan tampilannya mirip jubah angkasa (space suit).
“Bagian atasnya terinspirasi dari pakaian luar angkasa pada saat itu. Kami membuatnya sederhana dan bersahaja, tetapi modern dengan sedikit permainan warna dan reflektifitas,” kata Avar, seperti dikutip Nike News.
Bagi Carter, Nike Shox BB4 seolah merangkum perjalanan karirnya. Ia merefleksikan dirinya pada sebuah sepatu yang telah menemaninya selama ini. Apalagi dengan tombokan kematian yang ia lakukan bersama sepatu tersebut di Sydney, Australia, pada 2000 silam.
“Keberhasilan tombokan itulah yang memulai legenda sepatu ini. Namun, saya juga ikut menapak ke tingkat lain bersama mereka. Saya bisa menjadi pemain bintang berkat BB4,” kata Carter.
Oleh karena itu, Carter pun tidak segan mengenakan kembali Nike Shox BB4 ini di pengujung karirnya. Ia mengenakannya untuk menempatkan statusnya sebagai salah satu legenda basket dunia, termasuk NBA, yang telah menancapkan dirinya dalam kebesaran olahraga permainan tersebut. Ia sekaligus melakukan itu demi menginspirasi para pemain di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama.
Foto: Nike