Dalam permainan basket,ada berbagai cara untuk sebuah tim dan seorang pemain mencetak angka. Layup, dunk, tembakan dua angka, tripoin hingga tembakan gratis (free throw) adalah cara-cara untuk melakukan hal tersebut.
Cara yang disebutkan terakhir bisa dibilang cukup sering diremehkan. Namun, sebaliknya, bukan hal baru beberapa tim kalah karena akurasi tembakan gratis yang buruk terutama di detik-detik terakhir.
Kekalahan San Antonio Spurs atas Miami Heat pada final NBA 2013 adalah salah satu contohnya. Memang, tripoin Ray Allen adalah penyelamat Heat kala itu tapi ada dua kali kegagalan tembakan gratis yang seharusnya bisa membuat Spurs mengamankan keunggulan lebih besar.
Di sisa satu menit laga, Manu Ginobili dan Kawhi Leonard sama-sama gagal memasukkan satu dari dua tembakan mereka. Hasilnya, selisih hanya tiga poin dan Allen berhasil memaksakan tambahan waktu dan Heat menang.
Dalam beberapa kondisi terutama di partai-partai playoff, beberapa tim juga memanfaatkan buruknya akurasi tembakan gratis lawan untuk mendikte permainan. Biasanya, tim-tim akan dengan sengaja melanggar pemain lawan dengan akurasi terburuk berkali-kali hingga tim mereka terkena team foul. Team foul yang berujung tembakan gratis tidak mampu dieksekusi dengan baik oleh pemain itu dan mereka mendapatkan penguasaan bola lagi tanpa banyak waktu yang habis.
Salah satu pemain yang sering dilanggar seperti di atas adalah DeAndre Jordan. Cukup seringnya ia dilanggar sampai hal tersebut mendapat julukan “Hack a Jordan”. Julukan tersebut sering berganti nama tergantung siapa yang dilanggar. Salah satu pemain pertama yang terkena cara ini adalah legenda NBA, Shaquille O’Neal dengan julukan “Hack a Shaq.”
Akurasi tembakan gratis yang bisa dibilang “tak bisa dilihat” bahkan tak jarang tidak menyetuh ring adalah alasan utama kenapa Jordan menjadi sasaran lawan. Sepanjang 10 musim karirnya bersama Los Angeles Clippers, akurasinya adalah 45 persen. Bahkan, di dua musim pertamanya di NBA, ia tidak menyentuh angka 40 persen.
Namun, angka tersebut berubah cukup drastis musim ini. Setelah memutuskan pindah ke Dallas Mavericks di jeda musim ini, Jordan juga melakukan peningkatan permainan khusunya akurasi tembakan gratis. Dalam delapan laga yang sudah dijalani, Jordan mampu memasukkan 82 persen tembakan gratisnya. Ya, 82 persen! Dari 34 kali ia dilanggar dan mendapatkan tembakan gratis, 28 di antaranya berhasil ia masukkan.
Beberapa pengamat dan pecinta NBA memang melihat ada yang berbeda saat Jordan mengambil tembakan gratis musim ini. Ia merubah posisi kakinya tak lagi sejajar antara kanan dan kiri. Kini, kaki kirinya berada di posisi lebih depan daripada kaki kanannya. Perubahan ini sebenarnya sudah dimulai musim lalu saat untuk pertama kalinya Jordan memiliki akurasi tembakan gratis di atas 50 persen.
“Saya berusaha untuk tidak berpikir terlalu banyak saat melakukan tembakan gratis seperti apa yang saya lakukan dahulu. Saya memang berusaha memperbaiki akurasi selama jeda musim. Saya melakukan banyak sekali pengulangan hingga saya merasa nyaman dengan hal tersebut,” ujar Jordan kepada USA Today.
Ucapan ini seolah menjawab beberapa kali pernyataan dari beberapa rekan setim Jordan dahulu. Pemain-pemain seperti Jamal Crawford dan Paul Pierce pernah mengungkapkan bahwa tembakan Jordan tak seburuk itu saat berlatih.
“Saat saya masih menjadi rekan setimnya di Clippers, saya melihat ia melakukan tembakan dengan baik. Lalu, saat bertanding, semua tembakan tersebut berubah menjadi hal-hal buruk. Padahal, bisa dibilang, ia memiliki gerakan mekanik yang sempurna, saya cukup senang melihat ia membaik,” ujar Pierce kepada ESPN.
Seiring membaiknya akurasi tembakan gratis pemain berusia 30 tahun ini, akan semakin berbahanya ia sebagai seorang senter. Jordan sendiri selama ini sudah dikenal sebagai seorang senter dengan kemampuan pick n roll yang handal dan kuat saat bertahan. Tambahan amunisi serangan ini juga akan membuat tim-tim lawan berhenti melakukan “Hack a Jordan.”
Foto: NBA