Saya tidak bisa mengendalikan pikiran orang. Orang-orang akan berpikir apa yang mereka ingin pikirkan, melakukan apa yang mereka ingin lakukan.

-Derrick Rose

 

Saya percaya—atau setidaknya ingin percaya—bahwa tidak ada hari buruk tanpa hari baik dalam kehidupan kita. Bahkan malam paling gelap sekalipun akan lenyap oleh cahaya redup. Dan saya rasa Derrick Rose, garda Minnesota Timberwolves, telah membuktikannya.

Bisa dibilang, Rose adalah atlet dengan gelar pemain terbaik NBA paling sial di dunia. Setelah merengkuh gelar tersebut pada 2011, Sang Garda—yang kala itu masih membela Chicago Bulls—mengalami cedera lutut parah.

Cedera lutut menjadi awal keterpurukan Rose di dunia bola basket. Karena sejak itu, tubuh Rose tak ubahnya sebuah kaca yang siap pecah kapan pun. Ia seringkali mengalami cedera yang rasanya sudah seperti sebuah hobi. Ia cedera berkali-kali sampai membuat orang ragu akan kehebatannya. Orang lebih percaya karirnya akan segera selesai tiap kali ia mengalami cedera. Namun, berapa kali pun orang berpikir begitu, Rose selalu kembali untuk menolak anggapan itu.

Seperti juga kutipan di awal tulisan ini, Rose mengetahui bahwa dirinya tidak bisa mengendalikan pikiran orang. Mereka akan terus berpikir apa yang mereka ingin pikirkan dan melakukan apa yang mereka ingin lakukan.

Ia tidak bisa mencegahnya. Saya juga tidak. Mungkin para pembaca juga tidak. 

Namun begitu, ketika orang lain bisa berpikir apa saja tentangnya, itu berarti Rose juga bisa berpikir apa pun tentang dirinya. Rose pada titik itu memilih untuk mengabaikan apa kata orang dan tetap bertahan di NBA semampu yang ia bisa. Pemain terbaik NBA 2011 itu seperti memilih untuk beriman pada frasa Latin carpe diem (petiklah hari).  

Ia menjalani harinya sendiri tanpa mengindahkan apa kata orang. Ia tahu, dirinyalah yang harus memetik hari sehingga ia bekerja keras sekarang—bukan nanti—terutama untuk menolak anggapan banyak orang tadi.   

“Setiap orang punya masalah sendiri," kata Rose. “Setiap orang melakukan sesuatu sesuai waktunya masing-masing. Saya harus mengerti siapa saya dan apa yang saya perjuangkan. Saya memprioritaskan banyak hal. ”

Pada akhirnya, Rose memetik buah manis dari upayanya itu. Pada Rabu, 31 Oktober 2018, setelah sekitar tujuh tahun diragukan banyak orang, Sang Garda berhasil membuat publik tercengang. Ia mencetak 50 poin dan membuat timnya meraih kemenangan 128-125 melawan Utah Jazz di Target Center, Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat.

Sontak para penggemar—bahkan dunia bola basket secara keseluruhan—menyambut ini dengan suka cita. Sementara itu, meski sulit membendung air matanya, Rose merasa bangga akan dirinya sendiri. Ia tampak emosional ketika melakukan wawancara sehabis pertandingan. Bagaimanapun, ia telah bekerja keras untuk mendapatkan momen seperti itu. Ia telah berusaha bertahun-tahun untuk bisa bermain seperti itu lagi.

Carpe diem!

Petiklah hari!

Rose memetik hari dengan bekerja keras karena ia percaya setiap hari adalah waktunya kembali.

 “Ini sangat berarti bagi saya. Saya bekerja keras,” kata Rose yang pada pertandingan itu juga sekaligus mengatakan dirinya bermain dengan hati.

Foto: NBA

Komentar