Menuliskan nama Denver Nuggets ke dalam daftar 10+2 tim terbaik di NBA musim 2018-2019 tentu bukan hal populer yang dilakukan oleh banyak pihak, saya juga menyadari hal tersebut. Namun, ada beberapa hal yang juga membuat saya tak ragu untuk memasukkan Nuggets ke dalam daftar ini.

Faktor pertama adalah kehadiran sosok Michael Malone di kursi kepala pelatih mereka. Malone resmi didapuk sebagai Kepala Pelatih Nuggets di awal musim 2015-2016. Sebelum bersama Nuggets, Malone sudah malang melintang di NBA sebagai asisten pelatih dan sekali menjadi kepala pelatih saat masih bersama Sacramento Kings.

Meski gagal memenangi banyak laga saat bersama Kings, Malone berhasil membuktikan dirinya adalah tipikal pelatih yang percaya kepada pemain-pemain usia muda dengan pergerakannya di pasar pemain. Hal tersebut juga ia lakukan bersama Nuggets. Dalam tiga musim melatih, pemain-pemain era Brian Shaw, Kepala Pelatih Nuggets sebelumnya,  seperti Jusuf Nurkic, Arron Afflalo, hingga Wilson Chandler dan Kenneth Faried ia hilangkan dari tim. Dua nama terkahir terjadi di jeda musim baru ini. Dari skuat pertama yang dilatih oleh Malone, hanya tersisa Gary Harris dan Will Barton. Peremajaan tersebut juga dilandasi performa dan kebutuhan tim yang ingin dibangun oleh Malone.

Bagi saya, hal ini cukup bagus mengingat Malone sesungguhnya sudah menentukan pemain-pemain utamanya (starter). Faktor kedua adalah deretan pemain muda yang semakin hari semakin matang. Duet Jamal Murray dan Harris saya yakini akan menjadi pilihan utama Malone sepanjang musim bila tidak mengalami cedera. Kehadiran Isaiah Thomas yang mereka datangkan di jeda musim ini lebih  kepada gerakan untuk membimbing pemain-pemain muda ini dan menjadi pelapis mereka.

Ya, meski Thomas sempat memiliki musim bagus bersama Boston Celtics dua musim lalu, performa buruknya musim lalu bagi saya tak akan membawanya kembali ke starter untuk Nuggets, setidaknya selama duet Murray dan Harris dalam kondisi prima.

Murray dan Harris musim lalu mencatatkan statistik nyaris serupa. Di musim keduanya di NBA, Murray berhasil membukukan 16,7 poin, 3,7 rebound, dan 3,4 asis dengan akurasi tripoin mencapai 37 persen. Angka tersebut melesat jauh dari catatan musim pertamanya yang hanya 9,9 poin, 2,6 rebound, dan 2,1 asis per laga. Kejelian Malone melihat dan mengembangkan potensi Murray membawanya kini menjadi salah satu pemain muda yang digadang-gadang akan bersinar di masa depan.

Rekan duetnya pun serupa, selama empat musim bermain di NBA, angka-angka statistik Harris terus meningkat. Musim lalu, Harris sempat terganggu beberapa cedera yang membuatnya hanya bermain sebanyak 67 laga. Dari jumlah tersebut, Harris mampu mengemas 17, 5 poin, 2,6 rebound, dan 2,9 asis per laga dengan akurasi tripoin mencapai 39 persen. Harris kini semakin berkembang sebagai penembak skema tangkap dan tembak (catch n shoot). Masih dari data musim lalu, alumnus Michigan State University ini melepas 34,7 persen tembakannya melalui proses ini.

Posisi forwarda adalah posisi yang bagi saya hingga sekarang masih cukup membuat Malone dilema. Malone tidak benar-benar memiliki pemain sayap yang tangguh. Jika memilih Will Barton sebagai starter di posisi ini, Malone bisa dibilang kehilangan kekuatan dari skuat cadangan mereka. Barton yang bisa bermain sebagai garda ataupun forwarda musim lalu hanya memainkan 40 dari 81 laga sebagai starter. Dari angka tersebut pun, Barton masih menyumbangkan 15,7 poin, 5,0 rebound, dan 4,1 asis per laga. Oleh karena itu, bagi saya, menurunkan Barton dari bangku cadangan adalah pilihan terbaik.

Sebagai gantinya, saya rasa Malone harus menggeser Paul Millsap ke posisi small forward. Meski bukan pemain yang memiliki pergerakan eksplosif seperti pemain-pemain lain di posisi ini, Millsap sebenarnya memiliki segala amunisi untuk di posisi ini. Apalagi, pemain berusia 33 tahun ini sebenarnya selama ini bisa dibilang sebagai pemain undersized (kekecilan) untuk posisi forwarda, mengingat tingginya yang “hanya” 204 sentimeter.

Millsap memiliki akurasi tripoin sepanjang karirnya mencapai 33 persen. Ia juga mampu membuat situasi menembaknya sendiri dengan proses isolasi atau permainan pos (post play). Dengan kemampuan ini, Millsap mampu di posisikan sebagai pengalih perhatian ataupun eksekutor itu sendiri. Millsap bagi saya adalah pilihan terbaik di posisi ini.

Jika Millsap bergeser, siapa yang akan mengisi posisi power forward? Di era basket modern ini, maka pemain yang harus dipilih oleh Malone adalah pemain yang mampu menjadi ancaman di dalam ataupun di luar garis tripoin. Dari skuat yang ada, pilihan akan mengerucut kepada Trey Lyles dan Juancho Hernangomez.

Keduanya memenuhi kriteria bigman modern, tangguh, tinggi, tapi memiliki kemampuan menembak tripoin, bahkan akurasi keduanya nyaris serupa. Lyles yang sudah bermain tiga musim di NBA mencatatkan 7,4 poin dan 3,9 rebound dengan akurasi 35 persen. Sementara Hernangomez yang baru dua musim di NBA mencatatkan 4,4 poin, 2,8 rebound, dengan akurasi 36 persen. Memilih salah satu di antara keduanya tak akan menjadi masalah.

Dari 30 tim di NBA, tak banyak tim yang berpusat kepada bigman, dan salah satunya adalah Nuggets. Kontrak lima tahun dengan nilai AS$148 juta rasanya sudah menjadi bukti bahwa Nuggets akan mengandalkan Nikola Jokic hingga lima musim ke depan dan bagi saya itu bukan keputusan yang salah.

Masuk ke NBA sebagai pilihan ke-41 NBA Draft 2014, Jokic berkembang jauh melebihi perkiraan tim-tim yang melewatinya, atau mungkin Nuggets. Penampilannya terus meningkat hingga musim lalu mampu mencetak 10 kali tripel-dobel. Sebagai tambahan, tidak ada satupun senter NBA musim lalu yang mampu mencetak lebih dari tiga tripel-dobel.

Pemain asal Serbia ini musim lalu bermain 75 kali dan mengemas 18,5 poin, 10,7 rebound, 6,1 asis, 1,2 steal, dan 0,8 blok per laga. Lebih menakutkan lagi, Jokic juga memiliki kemampuan menembak tiga angka terbukti dengan akurasinya musim lalu mencapai 39 persen. Bigman, penembak jarak jauh, dan fasilitator, saya rasa tidak banyak pemain sekomplet Jokic.

Selain nama-nama yang sudah saya tulis di atas, Nuggets masih memiliki deretan pemain-pemain cadangan potensial lainnya. Malik Beasley, Torrey Craig, dan Mason Plumlee bisa memberi kejutan sewaktu-waktu saat pemain lawan lengah. Ketiganya juga mendapatkan jatah bermain yang cukup banyak sepanjang rangkaian pramusim Nuggets. Khusus nama terakhir, Plumlee bisa saja menjadi starter di tim-tim lain NBA. Apalagi pengalamannya yang pernah dipanggil tim nasional Amerika Serikat sudah membuktikan kapasitasnya. Namun, dengan keberadaan Jokic, posisi sebagai cadangan saya rasa adalah yang paling tepat untuk Plumlee saat ini.

Satu nama yang hampir terlupakan karena tak kunjung muncul di lapangan adalah ruki, Michael Porter Jr. Sempat digadang-gadang akan masuk dalam 10 besar pilihan NBA Draft 2018, MPJ (akronim nama Michael Porter Jr.) justru tak dipilih oleh 13 tim. Nuggets melihat potensi MPJ dan memilihnya di urutan ke-14. Cedera punggung adalah penyebab nama MPJ turun sejauh ini. Hingga saat ini, MPJ belum sekalipun tampil di laga pramusim Nuggets karena fokus ke pemulihan kesehatannya.

Malone dalam sebuah wawancara di bulan Juli lalu yang dilansir NBA.com mengungkapkan bahwa ia tak akan memaksa MPJ bermain musim depan. Cedera punggung adalah salah satu cedera yang memakan banyak waktu untuk pemulihan, dan dengan skuat yang ada, Malone merasa MPJ tak perlu buru-buru.

Dengan skuat yang sudah bersama sekitar dua musim terkahir, permainan yang semakin matang dan tren peningkatan yang konstan, Nuggets bagi saya adalah salah satu tim tersiap di Wilayah Barat musim depan. Meski akan banyak penikmat yang memandang sebelah mata terhadap tim ini karena bisa dibilang tak bermaterikan pemain bintang, saya menganggap skuat yang sudah terjalin dalam beberapa musim ini adalah kekuatan mereka.

Mengaca ke belakang, penguasa NBA kali ini, Golden State Warriors bukanlah tim instan. Stephen Curry, Klay Thompson, dan Draymond Green adalah pemain-pemain dari proses draft cermat yang dilakukan oleh manajemen Warriors. Sementara Nuggets kini juga memiliki tiga inti serupa, Murray, Harris, dan Jokic. Jika terus di arahkan secara tepat, bukan tidak mungkin Nuggets akan menjadi unggulan di musim-musim mendatang.

Dua musim terkahir, Nuggets selalu gagal lolos ke playoff. Lebih menyakitkan lagi karena Nuggets selalu menempati peringkat sembilan, satu tingkat dari jatah lolos ke playoff. Lebih perih lagi, kegagalan musim lalu harus mereka tunggu hingga laga terakhir dan babak tambahan waktu. Maka, saya rasa musim ini akan menjadi waktu yang tepat bagi Nuggets untuk menghilangkan kata “nyaris” dalam kosakata mereka.

(Baca juga: 10+2 Tim Terbaik NBA 2018-2019

Foto: NBA

 

 

Komentar