Billal Al Nauval tidak pernah menyangka dirinya bisa terpilih di IBL Rookie Draft 2018. Sebelum terpilih oleh Stapac Jakarta pada Jumat, 5 Oktober 2018 lalu, ia merasa pesimis karena ketika IBL Draft Combine tidak bisa mengeluarkan seluruh usahanya. Keputusan klub IBL asuhan Irawan Haryono alias Kim Hong itu pun lantas membuatnya terkejut. Pada akhirnya, ternyata, ia mendapat kesempatan untuk bermain sebagai seorang profesional.
Mainbasket menghubungi Billal untuk membicarakan tentang salah satu malam terbaiknya hari itu. Kami bahkan sempat membicarakan tentang sejarah hidup Billal bersama olahraga yang dicintainya sampai akhirnya Stapac meminatinya. Namun demikian, kini ia berada dalam dilema untuk memastikan karirnya sebagai profesional dan kuliahnya di Bandung. Ia tidak bisa memastikan masa depannya sebagai ruki (rookie) di IBL sebelum bertemu dengan manajemen Stapac.
Satu hal yang pasti: Billal ingin serius jika sudah benar-benar menjadi pemain Stapac nanti.
Simak wawancara Mainbasket bersama Billal, sebagai berikut:
Selamat, Billal, telah terpilih di IBL Rookie Draft 2018 oleh Stapac!
Iya, terima kasih banyak.
Coba ceritakan karir basket Billal! sejak kapan dan apa yang membuat Billal main basket?
Main basket itu sudah sejak SMP. Waktu itu kelas dua semester awal. Ikut basket karena lihat YouTube ada Kobe Bryant. Saya jadi tertarik, lalu ikutan ekskul (ekstrakuriruler) dan jalani saja sampai sekarang.
Apa yang menarik dari basket?
Apa, ya? Tidak tahu. Dalam pikiran Billal, basket ini menarik saja. Akhirnya Billal mencoba dan merasa nyaman bermain basket; teman-temannya baik, pelatih-pelatihnya baik.
Waktu SMP dan SMA pernah ikut kejuaraan apa saja?
Waktu SMP paling ikut O2SN, waktu SMA ikut Porda.
Kejuaraan-kejuaraan seperti itu ikut membentuk kemampuan Billal?
Iya, soalnya dilatihnya juga beda. Waktu SMP, kan, latihan cuma beberapa hari. Kalau ke sini-sini, kan, lebih intens. Ada tambahan ke fisiknya, apanya gitu.
Billal main di posisi apa?
Billal main di posisi small forward.
Ketika bermain di dunia profesional nanti, ada kemungkinan berubah tidak mengingat postur dan kemampuan Billal?
Iya, mungkin, paling tidak jadi point guard.
Apa yang perlu dilakukan untuk berubah posisi itu?
Mungkin melatih dribble (melantun bola) lagi. Badan juga harus seimbang dengan teknik. Kurang lebih begitu.
Billal pernah berlatih untuk menyiapkan itu tidak ketika di bangku kuliah? Apalagi Billal juga mengikuti Liga Mahasiswa bersama UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). Setidaknya yang disebutkan tadi, kan, soal fundamental.
Jarang, sih, karena kemarin itu memang lagi bisa, tapi ke sininya jadi jarang gitu, kan. Paling ke sini-sininya Billal lebih sering—misalnya habis kuliah—itu suka push-up. Begitu doang.
Fokusnya ke fisik saja?
Iya, benar.
Di UPI kuliah apa?
Ilmu Keolahragaan.
Oh, itu cukup membantu Billal supaya membenahi fisik dan mengembangkan kemampuan olahraga?
Mungkin bisa membantu supaya menjaga fisik yang baik; bagaimana setiap hari dituntut untuk berurusan sama olahraga.
Billal kapan terakhir bermain basket dengan UPI?
LIMA kemarin.
Musim lalu (LIMA 2018) maksudnya?
Iya.
Lalu, apa yang membuat Billal memutuskan untuk ikut IBL Draft?
Saya ingin mencoba. Mungkin pengalaman juga. Ini, kan, tahun pertama ikut draft. Saya ingin tahu seperti apa suasananya. Ingin merasakan saja gitu.
Ada target tidak sebelum ikut itu? Misalkan ingin masuk ke tim apa gitu?
Tadinya, sih, ingin masuk tim Bandung supaya kuliahnya dekat. Kuliah jalan, basket juga jalan.
Terus urusannya sekarang bagaimana? Stapac berbasis di Jakarta sementara kuliah Billal di UPI, di Bandung?
Nah, itu masalahnya.
Belum dibicarakan lagi?
Iya, belum dibicarakan.
Tapi, seperti apa perasaanmu ketika terpilih oleh Stapac?
Saya tidak percaya bisa masuk ke sana. Soalnya pas latihan juga sempat cedera tiga hari. Sempat pesimis juga. Eh, kemarin pas IBL Draft ternyata malah masuk di round kedua.
Stapac ini tim yang seperti apa menurutmu?
Stapac? Mereka itu tim papan atas. Tim yang bagus sekali.
Apa yang membuat mereka bagus?
Setiap kali menonton Stapac, pasti mereka masuk ke semifinal, final. Mereka juga tim juara.
Ada tidak pemain Stapac yang membuat Billal kagum?
Mungkin Oki Wira.
Mengapa Oki Wira?
Mungkin karena gaya bermain yang sama. Saya tertarik juga sama Oki Wira.
Apa harapanmu ketika bertemu Oki Wira di Stapac nanti?
Saya ingin banyak bertanya sama Oki Wira tentang basket. Bagaimana caranya supaya bisa kayak gini, kayak Oki Wira, supaya bisa lebih berkembang basketnya.
Di Stapac juga ada beberapa pelatih yang sekaligus pemain legendaris, seperti Antonius Joko Endratmo dan Antonius Ferry Rinaldo. Apa yang Billal harapkan dengan kehadiran mereka?
Apa, ya? Bingung juga sebenarnya, hehe.
Karena belum tahu Stapac seperti apa?
Iya, karena itu juga.
Belum bertemu dengan manajamen?
Iya, belum. Nanti malam, katanya (Minggu, 7 Oktober 2018).
Bertemu untuk apa?
Belum tahu, tidak dijelaskan untuk apa.
Kira-kira Billal bisa main tidak di Stapac? Bagaimanapun Stapac itu tim besar dengan pemain senior yang punya nama besar. Bagaimana Billal bisa bermain?
Iya, mungkin Billal harus kerja lebih keras lagi. Itu intinya.
Selama ini Billal latihan seperti apa?
Menurut Billal, latihan di kuliah selama ini kurang. Suka ketawa-ketawa, main-main sama teman-teman. Mungkin ketika profesional bakal beda lagi. Saya ingin itu bisa berubah.
Oh iya, kalau selama ini Billal jarang latihan atau tidak cukup serius di kampus, bagaimana caranya bisa bersaing di liga profesional?
Billal akan serius di latihan klub satu ini.
Apa modalnya biar bisa serius? Ada wejangan tertentu tidak, terutama dari orang tua, untuk bisa terjun ke profesional?
Niat dari hati biar latihannya serius. Kalau orang tua, sih, tidak terlalu banyak tahu tentang basket, jadi mereka menyerahkan kepada coach saya, Pak Handika Pramesthi.
Tapi, orang tua mendukung langkah Billal untuk jadi pemain profesional?
Iya, sebelumnya minta izin dari orang tua juga. Kata orang tua, boleh-boleh saja kalau itu kemauan Billal.
Jadi, tidak ada masalahnya sama orang tua, ya?
Iya, kalau tidak ada izin dari orang tua, mungkin, tidak bakal ikut (IBL Rookie Draft 2018).
Oh ya, di luar tim kampus, Billal ikut klub juga tidak?
Waktu itu sempat diajak klub Lakonik. Bukan, bukan klub. Apa, ya?
Komunitas?
Iya, semacam komunitas kayak gitu.
Di Bandung?
Iya, di Bandung.
Sempat latihan sama mereka?
Belum, waktu itu diajak tapi belum sempat datang. Billal ada kuliah juga. Jadi, di latihan di tim kuliah doang.
Di klub Billal di Sukabumi sudah jarang, ya?
Iya, sudah jarang di sana. Sesekali saja.
Lalu, rencananya apa ke depannya?
Kalau yang ini masih bingung. Mungkin nanti, kalau jadi malam ini ke jakart,a bakal didiskusikan. Soalnya masih bingung; dua-duanya sangat menguntungkan dan membatu saya. Pertama, Stapac itu klub papan atas IBL. Siapa, sih, yang mau nolak misalkan seseorang di-draft sama klub itu. Tapi, Billal di UPI juga ada keuntungan. Billal dapat (beasiswa) bidikmisi UPI. Jadi, kuliah Billal di sana itu dibayar sama negara. Nah, di sini masih bingung harus pilih yang mana.
Oh gitu. Baik, kalau begitu semoga lancar pertemuannya. Kami sudah kehabisan pertanyaan dan hanya bisa mendoakan supaya Billal diberi opsi terbaik.
Iya, terima kasih.
Foto: Dok. pribadi Billal Al Nauval (@Billalalnauval) dan IBL (@iblindonesia)