Rangkaian pramusim NBA berlanjut Jumat malam, 5 Oktober 2018, waktu setempat dengan salah satu laganya mempertemukan juara bertahan, Golden State Warriors, dengan Sacramento Kings. Menariknya, laga yang dimenangi oleh Warriors dengan skor 122-94 ini tidak digelar di kandang dua tim tersebut.
NBA memilih menggelar laga ini di kota yang sudah lama tidak mereka kunjungi. Kota yang memiliki hasrat tinggi terhadap basket tapi harus rela kehilangan tim kesayangan mereka sekitar satu dekade lalu. Kota yang bisa dibilang rindu setengah mati dengan keriuhan suara bel dan teriakan penonton NBA. Kota tersebut bernama Seattle.
Sebanyak 17.074 penonton memadati KeyArena yang selama ini digunakan sebagai kandang Seattle Storm di Women’s National Basketball Association (WNBA) untuk melihat pertandingan NBA pertama dalam sepuluh tahun terakhir. Pertandingan pertama sejak Kota Seattle kehilangan tim kebanggan mereka, Seattle Supersonics.
Tim yang akrab dipanggil Sonics tersebut resmi meninggalkan Kota Seattle dan NBA seusai musim 2007-2008, musim yang sama dengan terpilihnya Kevin Durant di urutan kedua NBA Draft oleh Sonics. Oleh karena itu, kembalinya Warriors ke Kota Seattle membawa emosi tersendiri bagi Durant.
Durant langsung menunjukkan suasana nostalgia dengan Seattle dengan mengenakan jersey lawas Sonics saat diperkenalkan kepada penonton. Ia mengenakkan jersey bernomor 40 dengan nama Kemp di belakang yang merujuk pada salah satu bintang terbesar Sonics, Shawn Kemp.
Durant bahkan mendapatkan kesempatan untuk menyapa publik yang menjadi pendukungnya sepuluh tahun lalu. “Pertama, saya ingin memberikan apresiasi dan mengucapkan selamat kepada Seattle Storm yang berhasil meraih gelar juara WNBA,” ujar Durant mengawali sambutannya sembari menunjuk ke arah Sue Bird, bintang Storm yang hadir di pinggir lapangan.
“Atas nama diri saya, NBA, dan rekan setim saya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh penonton yang hadir dan mendukung kami hari ini. Saya tahu ini adalah 10 tahun yang berat tanpa laga NBA. Malam ini NBA kembali ke Seattle dan saya harap akan kembali selamanya, terima kasih atas cinta kalian,” tutup Durant seiring dengan riuhnya suara penonton.
Durant bermain selama 26 menit dan terakhir tampil di kuarter tiga. Dalam waktu yang tak terlalu banyak tersebut, Durant mencetak 26 poin, 6 rebound, dan 7 asis. Nyaris setiap Durant mencetak angka, penonton selalu bersorak, KeyArena sudah bak rumah Durant sendiri.
Namun, rumah tersebut juga menjadi salah satu penyebab mengapa Sonics dan NBA pergi meninggalkan Seattle. Pada kurun 2001-2006, Sonics dimiliki oleh sekelompok pengusaha yang dikepalai oleh Howard Schultz. Schultz yang kala itu juga dikenal sebagai pemilik Starbucks mengungkapkan bahwa dirinya mengalami banyak kerugian selama memiliki Sonics. Salah satu penyebab terbesarnya adalah kapasitas KeyArena yang terlalu kecil.
KeyArena tercatat memiliki kapasitas 17,072 yang merupakan kapasitas stadion terkecil kala itu. Hal tersebut membuat jumlah penonton yang hadir jelas lebih sedikit dari tim lain sehingga selaras dengan pendapatan tim yang tak bisa lebih tinggi dari tim lain.
Schultz dan timnya lantas merencanakan pemugaran KeyArena dengan perkiraan biaya mencapai AS$220 juta. Menyadari biaya yang cukup besar, Schultz berharap pembiayaan renovasi ini menggunakan uang pajak Kota Seattle. Usulan Schultz ditolak oleh mayoritas pembayar pajak terutama mereka yang tergolong pembayar pajak dengan penghasilan menegah dan rendah. Mereka tak ingin uang pajak mereka digunakan hanya untuk kebutuhan hiburan.
Kehabisan pilihan, Schultz terpaksa mengambil opsi menjual tim dengan satu syarat. Syarat tersebut adalah siapapun pembeli harus mempertahankan Sonics di Seattle. Gayung bersambut, grup bisnis bernama Professional Basketball Club LLC yang dipimpin oleh Clay Bennett berniat membeli Sonics.
Bennett datang dengan konklusi yang sama dengan Schultz. Ia menyadari bahwa kecilnya kapasitas KeyArena akan membuat tim ini terus dirundung rugi. Bennett lantas mengajukan proposal pembangunan stadion baru dengan biaya ditanggung pembayar pajak sebesar AS$550 juta. Setali tiga uang, proposal tersebut juga ditolak publik Seattle.
Di sini, beberapa teori konspirasi mulai bermunculan. Professional Basketball Club LLC yang memiliki kantor pusat di Oklahoma City dikabarkan tak ada niat sedikitpun untuk mempertahankan Sonics di Seattle sejak awal. Keberhasilan Oklahoma City menjadi kandang sementara New Orleans Hornets yang kala itu terkena badai Katrina dikabarkan menjadi tujuan utama mengapa Bennett dan rekannya membeli Sonics dan memindahkan tim NBA ke kota mereka.
Benar saja, tak lama setelah usulannya ditolak, Bennett mengajukan proposal ke NBA untuk memindahkan Sonics ke Oklahoma City. Hal ini ditentang banyak pihak terutama pendukung Sonics, mereka tak ingin kehilangan tim kebanggan mereka sekaligus hiburan utama kota Seattle. Bahkan, beberapa masyarakat Seattle akhirnya menuntut Bennett ke pengadilan terkait hal ini.
Tuduhan tersebut tak berarti apa-apa selain Bennett harus membayar sekitar AS$75 juta kepada Kota Seattle atas perpindahan tersebut. Langkah Bennett semakin mendapat lampu hijau setelah 28 dari 30 pemilik tim NBA setuju dengan perpindahan ini. Hanya Mark Cuban, pemilik Dallas Mavericks, dan Paul Allen, pemilik Portland Trail Blazers.
Semua berjalan mulus bagi Bennett hingga laga pembuka musim 2008-2009, Seattle Supersonics sudah tidak ada lagi berganti menjadi Oklahoma City Thunder. Mereka menjadi tim ketiga dalam kurun sedekade ke belakang yang berpindah kota setelah Vancouver Grizzlies (kini Memphis Grizzlies) dan Charlotte Hornets (sempat menjadi New Orleans Hornets sebelum menjadi New Orleans Pelicans).
Oleh karena itu, laga antara Warriors dan Kings tadi menjadi oase di padang pasir untuk publik Seattle. Mereka berharap laga pertama dalam satu dekade terakhir ini akan menjadi titik awal dari kembalinya basket NBA ke kota kebanggan mereka.
Barisan pemain dan legenda yang berasal atau memiliki ikatan dengan Kota Seattle juga tampak hadir di pinggir lapangan. Jamal Crawford, Gary Payton, Brandon Roy, hingga Bill Russell tak mau ketinggalan sebuah langkah besar bagi Kota Seattle ini.
Harapan tersebut terasa semakin mendekat setelah KeyArena dipastikan akan mengalami perombakan besar-besaran setelah laga in. Dua grup investasi, Seattle Partners dan Oak View Group mengajukan proposal perbaikan KeyArena dengan biaya sekitar AS$700 juta. Pada 25 September 2018, proposal tersebut sudah disetujui oleh Dewan Kota Seattle dan proses perbaikan akan segera dimulai. KeyArena yang baru diperkirakan siap dipakai pada 2020.
Pun begitu, perbaikan KeyArena tak serta-merta membuat NBA akan kembali ke Seattle. Menilik seluruh tim NBA sekarang, tak ada satupun tim yang terlihat kesulitan secara finansial atau ingin melakukan perpindahan kota mereka. Hal tersebut membuat satu-satunya harapan publik Seattle untuk kembali memiliki tim adalah bila NBA melakukan ekspansi pertambahan jumlah tim.
ESPN mengabarkan bahwa kemungkinan terdekat NBA melakukan ekspansi baru terjadi pada 2025 mendatang. Tahun tersebut adalah tahun negosiasi kontrak baru NBA dengan stasiun televisi penyiar laga-laga NBA.
Pesona Kota Seattle sebagai salah satu kota dengan gairah basket tertinggi di Amerika Serikat bahkan dunia rasanya sayang untuk dilewatkan oleh NBA. Di sisi lain, perpindahan tim yang tanpa rencana matang juga tak akan baik untuk liga yang sudah cukup stabil seperti NBA. Menarik menunggu apakah Seattle dan Sonics akan kembali menghijaukan NBA?
Foto: NBA