Pertama kali saya menulis untuk Mainbasket terjadi pada 29 Oktober 2016. Kala itu, saya menulis di area kantor sebuah pabrik yang juga tempat kerja saya di bilangan Karawang, Jawa Barat. Tanpa pikiran apa-apa, saya hanya ingin menuliskan pendapat saya tentang tim-tim yang menggunakan pemain-pemain berusia muda sebagai inti permainan mereka.

Tulisan saya naik di situs mainbasket.com dengan judul Darah-darah muda di NBA 2016-2017 (Minnesota Timberwolves dan Los Angeles Lakers). Dua tim itu menjadi dua tim pertama yang saya anggap memiliki potensi menjadi tim yang berbahaya di masa mendatang. Setelahnya, artikel tersebut saya lengkapi dengan tambahan lima tim lain dan dimuat di Majalah Mainbasket edisi 51. Lima tim tersebut adalah Philadelphia 76ers, Boston Celtics, Portland Trail Blazers, Oklahoma City Thunder, dan Milwaukee Bucks.

Nyaris dua tahun berselang, tim-tim yang saya prediksi di atas sudah menjadi tim-tim kaliber playoff NBA. Ya, pada musim 2017-2018, dari tujuh tim tersebut, hanya Lakers yang gagal lolos ke playoff. Celtics bahkan berhasil menjadi pemuncak klasemen Wilayah Timur bahkan melaju hingga final Wilayah Timur.

Namun, ada beberapa tim yang secara susunan pemain dari yang saya tulis saat itu sudah sangat berubah dengan keadaan jelang musim 2018-2019. Materi pemain muda di tubuh Lakers hanya menyisakkan Brandon Ingram. Hal ini mengindikasikan dua hal. Pertama, manajemen yang tidak sabar atau perubahan arah membangun tim.

Celtics juga serupa, pemain-pemain seperti Kelly Olynyk dan Avery Bradley sudah hilang dari barisan pemain. Namun, pemain-pemain seperti Jaylen Brown, Marcus Smart, dan Terry Rozier berhasil memenuhi ekspetasi. Tambahan pemain seperti Kyrie Irving dan Gordon Hayward membawa tim ini semakin disegani.

Pada artikel kali ini, kita akan lebih fokus mengulas Milwaukee Bucks yang bisa dibilang timnya masih nyaris serupa. Inti dari tim ini hanya berkurang satu pemain, Jabari Parker. Ya, manajemen Bucks yang di jeda musim ini memilih Mike Budenholzer sebagai Kepala Pelatih mereka juga memutuskan untuk melepas Parker ke Chicago Bulls.

Selain Parker, skuat inti Bucks nyaris tak berubah dan justru bertambah kuat. Dari 20 pemain yang masuk daftar skuat pemusatan latihan Bucks, hanya ada dua pemain yang berusia 30 tahun atau lebih. Sisanya berusia 28 tahun atau kurang.

Dua pemain tersebut adalah Ersan Ilyasova dan Brook Lopez yang sudah dipastikan akan bertahan dengan tim untuk musim depan. Keduanya masuk dalam pasar pemain bebas di jeda musim ini dengan harapan dapat memperkuat area lapangan depan (frontcourt) Bucks. Cerdiknya lagi, meski mengambil dua pemain besar (bigman), Bucks memastikan bahwa kedua bigman tersebut masih mampu beroperasi di luar garis tripoin.

Selama 10 musim bermain di NBA, Ilyasova memiliki raataan akurasi tripoin mencapai 36 persen. Sementara Lopez yang baru menambahkan kemampuan menembak tiga angka di dua musim terakhir mencatatkan rataan 34 persen. Keduanya membuat Bucks dapat menyerang dari segala sisi dan tetap memiliki keunggulan tinggi badan.

Lopez kemungkinan besar akan dimainkan sebagai pemain utama (starter) Bucks di posisi senter. Sisa pemain starter sepertinya masih akan sama dengan musim lalu. Eric Bledsoe dan Malcolm Brodgon sebagai duet garda mereka sementara Khris Middleton dan Giannis Antetokounmpo mengisi posisi forwarda.

Sebelum mengulas deretan starter, saya ingin mengajak pembaca untuk mengintip dua nama dari bangku cadangan Bucks yang bisa menjadi faktor kejutan tim ini. Pertama adalah Tony Snell. Memasuki musim keenamnya di NBA dan ketiga bersama Bucks, Snell sudah memiliki pamor sebagai penembak jarak jauh dan pemain bertahan yang baik. Sepanjang lima musim ke belakang, ia memiliki rataan akurasi tripoin mencapai 38 persen dan dalam dua musim terakhir ia selalu memasukkan 40 persen tripoinnya.

Kedua adalah Donte DiVincenzo yang berstatus sebagai ruki pilihan ke-17 Bucks di NBA Draft 2018. Menempati posisi garda, Donte berpeluang mengejutkan banyak pihak sama seperti yang ia lakukan saat bersama Villanova di NCAA. Grafik permainan yang terus meningkat selama tiga tahun di Villanova membuat saya yakin Donte juga akan terus meningkat bersama Bucks. Untuk posisi garda, ia akan mendapatkan saingan menit bermain dengan Matthew Dellavedova dan Tim Fraziers. Namun, melihat kemampuan Donte yang memiliki atletisme dan akurasi tembakan jarak jauh yang baik, rasanya ia akan mendapatkan tempat tersebut di musim baru nanti.

Memasuki barisan starter, duet Bledsoe dan Brogdon sudah teruji musim lalu membawa Bucks menyulitkan Celtics di putaran pertama playoff. Duet ini bisa dibilang saling melengkapi. Bledose adalah tipikal garda pencetak angka yang memiliki atletisme di atas rata-rata. Musim lalu, Bledsoe adalah top skor ketiga tim dengan 17,8 poin dan 5,1 asis per laga.

Sementara Brogdon yang memiliki rataan 13,0 poin dan 3,9 asis per laga lebih banyak berguna saat bertahan. Sebagai salah satu pemain dengan kemampuan bertahan di area perimeter yang baik, Brogdon tak jarang bertukar menjaga garda terbaik lawan. Saat menyerang, Brogdon juga tampil lebih efektif dan tak terlalu memaksakan tembakan. Musim lalu, ia hanya melepaskan 503 tembakan saat Bledsoe menembak 949 kali.

Dua nama selanjutnya adalah kekuatan utama Bucks. Middleton menjalani musim terbaiknya setelah enam musim di NBA terbutki dengan rataan 20,1 poin, 5,2 rebound, dan 4,0 asis per laga. Rataan poin dan rebound tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang enam musim karirnya di NBA bersama Detroit Pistons dan Bucks.

Sebagai penembak jitu, Middleton bisa dibilang cukup berbahaya di seluruh area pertahanan lawan. Ia mampu melepaskan tembakan dengan skema tankap dan tembak (catch and shoot) terbukti dengan 28,6 persen tembakannya berasal dari skema tersebut. Sementara jika ia membuat sendiri situasi untuk menembak, hal tersebut pun tidak masalah dengan bukti 47,2 persen tembakannya berupa pulls up shot.

Secara keseluruhan, akurasi tembakan Middleton mencapai 46 persen dengan akurasi tripoin 35,9 persen. Akurasi tripoin tersebut adalah yang terburuk kedua sepanjang karirnya. Tiga kali ia mencatatkan rataan tripoin di angka 40 persen atau lebih. Sisanya, selalu di atas 30 persen. Penampilan apiknya juga berujung kepada pemanggilannya ke seleksi tim nasional Amerika Serikat. Di usia yang menginjak 27 tahun, rasanya musim depan adalah saat yang tepat bagi Middleton untuk menyentuh puncak permainannya.

                                                                                   nbasavant.com

Antetokounmpo adalah bintang utama dalam tim ini. Baru akan menginjak usia 24 tahun Desember nanti, Antetokounmpo sudah akan memainkan musim kelimanya di NBA. Setiap musim, permainannya terus berkembang dan semakin mendominasi. Beberapa pengamat bahkan mulai memasukkan namanya ke dalam kandidat MVP sejak dua musim belakangan.

Musim lalu, pemain asal Yunani ini menorehkan statistik bak MVP dengan 26,9 poin, 10,0 rebound, 4,8 asis, 1,5 steal, dan 1,4 blok per laga dengan akurasi keseluruhan 52 persen. Angka tersebut semakin luar biasa dengan fakta bahwa Antetokounmpo tidak sering melepaskan tembakan. Akurasi yang tidak sampai 30 persen membuat Antetokounmpo sadar diri dan hanya melepaskan rata-rata 1,5 tripoin per laga sepanjang karirnya.

Julukan The Greek Freak seolah semakin relevan seiring berjalannya waktu dan rasanya hanya tinggal menunggu waktu kita melihat Antetokounmpo meningkatkan akurasi tembakannya dan menjadi MVP NBA.

Satu hal lagi yang membuat Bucks bisa menjadi kejutan terbesar NBA musim 2018-2019 adalah faktor Budenholzer. Meski musim lalu berantakan dengan Atlanta Hawks, Budenholzer adalah pelatih dengan skema permainan baik menyerang dan bertahan yang cukup baik. Masih segar diingatan ketika ia berhasil membawa Hawks yang bisa dibilang tak memiliki tim bintang meraih 60 kemenangan dan melaju hingga final Wilayah Timur. Prestasi tersebut membuatnya membawa pulang penghargaan Coach of The Year.

Budenholzer yang pernah menjadi asisten pelatih Gregg Popovich di San Antonio Spurs menganut sistem permainan yang sama Sang Guru. Pergerakan bola dinamis dan penggunaan tembk (screen) yang efisien membuat pemain-pemainnya leluasa melepaskan tembakan tanpa gangguan lawan. Melihat skuat yang dimiliki Bucks saat ini, skuat ini justru lebih mewah dari yang ia miliki pada 2014-2015. Rasanya, Bucks akan melaju kencang musim depan.

Sebagai bocoran, para pembaca bisa melihat laga pramusim perdana Bucks yang digelar Rabu, 3 Oktober 2018, waktu setempat, berhadapan dengan Bulls. Menang dengan skor akhir 116-82, Bucks sedikit banyak sudah menunjukkan pergerakan bola dinamis ala Budenholzer. Sesekali, pemain seperti Bledsoe dan Antetokounmpo juga memanfaatkan ketangkasan mereka untuk menembus pertahanan lawan.

Bagi saya, Bucks adalah kuda hitam utama Wilayah Timur musim depan. Dengan fakta-fakta di atas, bukan tidak mungkin mereka mengakhiri musim reguler di puncak klasemen. Kemungkinan terburuk mereka tertahan di lima besar. Kemungkinan paling relevan adalah peringkat tiga, di bawah Celtics dan Sixers.

“Fear The Deer” adalah slogan yang dipakai Bucks sejak musim 2009-2010 dan rasanya musim 2018-2019 adalah saat yang tepat bagi deretan rusa menakuti seisi NBA.

Foto: NBA

 

 

Komentar