Ary Sapto sempat dikabarkan akan pensiun sebelum musim 2017-2018. Namun, forwarda BSB Hangtuah itu justru kembali musim lalu. Ia bermain untuk Hangtuah semusim lagi sambil membimbing pemain muda mengarungi Indonesian Basketball League (IBL).

Di musim terakhirnya, Ary dkk. berhasil menembus playoff dan tampil di semifinal untuk pertama kali. Baginya, itu pengalaman sekaligus penutup karir yang campur aduk: sedih dan bangga sekaligus. Apalagi ia tahu, dirinya tidak akan bersama mereka lagi. Ia pindah ke Bali bersama keluarganya untuk menjalani kehidupan baru.

Kendati berpindah tempat tinggal, Ary tidak serta merta lepas dari bola basket. Di Bali, ia tetap lekat dengan olahrga yang dicintainya itu. Ia menjadi semacam guru bagi pemain-pemain muda yang tengah mengembangkan diri di olahraga ini.

Mainbasket lantas menghubungi pemain kelahiran Surakarta, 10 April 1980 itu untuk membicarakan kehidupannya di sana.

Simak wawancara berikut:

Halo, Mas, kami dengar Mas sudah tidak lagi bersama Hangtuah. Apakah Mas akan melanjutkan karir di tim lain atau justru pensiun?

Oh, iya saya sudah tidak di sana. Saya sudah stop basket. Saya tidak (bermain) di IBL lagi.

Kenapa, Mas?

Karena saya sudah pindah ke Bali sekeluarga. Saya tidak mau pisah, saya di Jakarta dan istri di Bali, anak di Bali.

Musim lalu Mas Ary juga sempat mau pensiun. Apa yang membuat Mas memutuskan untuk main lagi?

Waktu itu yang memutuskan saya balik main lagi, yang pertama, kondisi Hangtuah yang kekurangan pemain. Mereka mencari pemain, tetapi tidak dapat. Kebanyakan, kan, pemain muda, jadi saya bantu mereka yang muda-muda untuk muncul ke atas. Membantu pemain seperti Abraham Wenas, Stevan Neno—mereka membutuhkan saya sebagai seniornya. Maka, begitulah saya balik lagi. Waktu itu juga pemain Hangtuah cuma 11 orang, terus ada tambahan dua asing.

Sekarang Hangtuah sudah siap ditinggal Mas Ary?

Saya belum dapat kabar dari Hangtuah. Saya harus mengikuti perkembangan mereka.

Mereka masih fokus mengembangkan pemain muda. Mungkin juga akan ada pemain baru. Saya, sih, masih support dari luar lapangan. Jadi, saya masih bantu pemain muda dari luar untuk memberi masukan atau apa. Saya di Hangtuah atau tidak, mereka tetap keluarga bagi saya. Saya tidak bisa lepas juga dari mereka.

Sempat mendapat tawaran untuk perpanjang kontrak tidak meski pun tahu mau pensiun?

Bukan perpanjang kontrak, sih, tetapi jadi bagian dari coaching staff. Saya ditawari untuk jadi asisten Coach Bedu (Andika Supriadi Saputra). Saya diminta mendampingi mereka sambil membantu pemain muda.

Mas Ary menolak karena urusan keluarga tadi?

Iya, karena urusan keluarga.

Di Bali ngapain, Mas? Ada pekerjaan juga?

Di Bali saya melatih basket SMP-SMA Katolik Soverdi Bali sama membuka akademi basket bareng Coach Wiwin (Cokorda Raka), mantan pelatihnya Satria Muda.

Apa yang bikin Mas Ary terjun ke kepelatihan?

Karena saya punya lisensi. Saya juga ingin berbagi ilmu dan pengalaman untuk membantu adik-adik di sini. Apalagi passion di basket juga masih ada.

Mas Ary sudah berapa lama melatih di sana?

Sejak datang ke mari saya sudah diajak melatih. Itu berarti sudah 3-4 bulan ditawari jadi pelatih.

Apa rasanya jadi pelatih?

Gampang-gampang susah sebenarnya melatih yang kecil-kecil. Kita butuh kesabaran dan mengajarkan fundamental yang benar. Melatih pemain-pemain muda ini, kan, harus dengan fundamental yang benar. Itu, kan fondasi untuk dia jadi pemain basket. Kalau fundamentalnya bagus, nanti sudah gede juga enak. Teman-teman di sini, kan, beda dengan di Jawa.

Basket di Bali perkembangannya seperti apa?

Basket di Bali berkembang dalam arti, di sini ada liga (divisi) satunya; ada liga Bali; ada divisi duanya. Kejuaraan-kejuaraan antar-SMP dan SMA juga banyak. Teman-teman pelatih dan wasit di Bali juga sering sharing. Sering ada kompetisi di Bali. Sebenarnya kami juga tidak kalah dengan pemain-pemain basket di Jawa.

Apa yang menarik dari basket di sana?

Ini lingkungan baru, daerah baru dengan teman-teman baru. Melatih pemain-pemain junior itu jadi tantangan buat saya. Itu bikin menarik.

Apa bedanya menjadi pelatih dengan pemain?

Saya sebenarnya lebih enak jadi pemain. Hanya saja kita semua, kan, ada masanya. Saya juga ingin terus main basket, tapi tidak selamanya bisa. Pemain muda juga kalau ingin bermain lama, kan, harus menjaga kondisi badan.

Selama ini, saya sudah bermain di beberapa tim. Dulu saya sempat di Citra Satria, terus ke Hangtuah. Saya jarang berpindah tim karena jika saya sudah betah di satu klub, ya sudah saya tunjukkan loyalitasnya.

Apa saja yang Mas Ary pelajari dari basket yang kemudian diaplikasikan ke kehidupan yang lebih besar lagi?

Banyak, banyak sebenarnya. Di basket kita belajar kehidupan juga, soal kerja sama; soal memotivasi diri untuk tetap semangat; bisa berkompetisi dengan satu sama lain. Banyak aplikasinya.

Mas Ary bawa semangat itu ke dunia kepelatihan ini tidak?

Ya, karena dulu saya pemain, saya jadi tahu. Maksudnya, saya jadi tahu mereka itu membutuhkan pelatih yang seperti apa.

Selain melatih ada kegiatan lain?

Saat ini belum, tapi ada beberapa bulan ke depan bakal ada usaha di Bali.

Baiklah, mungkin itu saja pertanyaan kami. Terima kasih sudah mau ngobrol bareng Mainbasket.

Oke, sama-sama.

Foto: Dok. Ary Sapto (@arysapto10) dan BSB Hangtuah (@bsbhangtuah)

Komentar