Nama Audy Bagastyo Arizanugra sudah ada dalam skuat Satria Muda Pertamina Jakarta sejak 2015 silam. Ia pertama kali muncul bersama Satria Muda di gelaran pramusim Indonesian Basketball League (IBL) tahun itu sebagai pemain ruki (rookie). Itu artinya, sejak kemunculan perdananya, ia sudah melewatkan tiga musim reguler dan tiga playoff bersama tim yang sama. Ia telah tumbuh sebagai bagian dari kultur juara Satria Muda.

Egha—sapaan akrabnya—akan habis kontrak pada akhir September 2018. Begitu pun dengan rekannya, Vamiga Michel. Bedanya, ketika Vamiga memperpanjang kontrak dengan Satria Muda bulan lalu, Egha justru belum memikirkan itu. Ia hanya ingin fokus dulu dengan hal penting dalam hidupnya: pernikahan.

(Baca juga: Vamiga Michel, Cedera, dan Jawaban Kelanjutan Karirnya)

Pada 22 September 2018 ini, Egha akan melangsungkan akadnya dengan Dinda Koesdita Putri (Merah Putih Samator) di Jakarta.

Di tengah-tengah kesibukannya, Egha menyempatkan diri untuk melakukan wawancara bersama Mainbasket. Kami membicarakan tentang rencana karirnya sampai soal pernikahan yang sangat berarti.

Simak wawancara berikut:

Dari daftar free agent (pemain bebas) IBL kabarnya kontrak Egha sudah habis per Agustus 2018. Apa benar?

September.

Oh, bulan ini berarti?

Iya, betul.

Ada kemungkinan perpanjang kontrak?

Belum berpikir ke sana karena masih memikirkan hal yang bakal dihadapi dulu, nih: nikahan, tanding ke Cina. Mungkin nanti setelah habis baru saya pikirkan. Cuma sampai sekarang belum ada bayangan tambah atau tidaknya.

Selama jeda musim ini jadinya ngapain saja?

Tetap menjalankan latihan. Kan masih jadi kewajiban saya. Terus persiapan untuk 3x3 ke Cina. Fokus nikah saja sisanya.

Sekarang benar-benar belum ada bayangan ke depannya akan seperti apa?

Kalau itu masih lihat nominal, sih. Lihat dulu penawaran dari mereka. Kalau cocok, oke. Kalau tidak, mungkin, saya bisa berhenti.

Maksudnya berhenti basket?

Hmm, berhenti basket.

Rencananya kalau berhenti mau ngapain? Bakal kerja atau ada usaha?

Bakal kerja sepertinya.

Di mana?

Belum tahu. Belum ada apply juga. Ya, mungkin, nanti sehabis kontrak saya lihat dulu deal-nya sepertinya apa. Misalnya tidak deal, baru saya apply ke perusahaan-perusahaan.

Tidak ada kemungkinan bermain di tim lain?

Hmm, sejauh ini dari awal masuk profesional saya berkomitmen inginnya bermain di Satria Muda saja. Jadi, belum ada pikiran untuk bermain di klub lain, dan memang belum ada tawaran dari klub lain juga.

(Baca juga: Audy Bagastyo, Garda Satria Muda dan The Jakmania)

Egha setidaknya sudah menghabiskan waktu tiga musim di IBL. Egha melihat kilas balik perjalanan karir ini seperti apa?

Dari yang saya lihat, waktu tahun pertama saya kira lumayan. Saya lumayan mendapat minute play di rookie year. Di tahun kedua juga lumayan naik meski di (musim) reguler sempat turun karena banyak cedera. Cuma balik lagi pas masuk playoff. Saat itu saya lumayan dipercaya. Maksudnya, saya bisa lebih berkontribusi daripada pas di rookie year. Terus tahun ini alhamdulilah bisa sampai juara. Seperti itu saja. Grafiknya naik.

Tahun terbaik Egha yang mana?

Di tahun ketiga, sih. Tahun ini.

Karena juara?

Karena juara, juga di regulernya paling banyak main season ini.

Itu, kan, secara minute play, kalau secara teknik dan mental Egha merasa berkembang pesat di musim apa?

Mental, teknik, saya rasa—secara statistik—bagusan musim sekarang.

Oh ya, Egha juga bakal mewakili Satria Muda ke Chengdu, Cina. Seperti apa persiapanmu untuk menghadapi itu?

Ini, kan, 3x3. Apalagi levelnya sudah world. Saya lihat lawan-lawannya besar-besar. Saya undersize. Kami punya dua orang undersize. Saya sama Coke (Christian Gunawan) undersize. Paling kami pertajam speed sama membesarkan badan. Kalau soal akurasi tembakan segala macam memang sudah dilatih pas latihan bareng SM. Saya tinggal menambahkan speed untuk mengakali lawan yang besar-besar.

Kira-kira SM bisa sampai mana di Chengdu nanti?

Hehe, bukannya pesimis, tapi realistis saja. Lawannya memang berat-berat. Insya Allah kami ingin bisa sampai ke babak knock out. Lolos dari grup saja itu sudah lumayan.

Nah, sekarang hubungan Egha dengan SM dan rekan-rekan di sana seperti apa?

Waduh, bagus banget. Masih sama seperti biasa. Bagaikan keluarga kedua saya. Rumah kedua saya di sana. Hubungannya seperti kakak-adik. Terus sama pelatih, sama manajemen, juga oke—saling care.

Egha yakin tidak kalau SM bakal menawarkan tawaran yang lebih besar dari sebelumnya?

Yakin, apalagi saya akan berkeluarga sebentar lagi.

Soal pernikahan, seberapa berarti Dinda dalam hidup Egha sampai kamu mau memutuskan untuk menikahinya?

Kalau itu, saking membantunya dia dalam hidup saya—dulu kuliah bareng, apa-apa bareng—memang sudah cocok saja dari dulu. Makanya, mau tunggu apa lagi? Mumpung bisa, mumpung ada kesempatan, untuk apa ditunda-tunda lagi?

Soal cocok-cocokan itu pasti ada dalam sebuah hubungan, tapi apa yang spesial dari Dinda?

Yang jelas dia melengkapi kekurangan-kekurangan saya. Saya juga jadi ingin menjadi orang yang lebih baik. Asyik, memang sudah nyambung banget. Dari cara hidup, cara berkomunikasi, memang sudah nyambung.

Ada rencana apa dalam membangun keluarga kecil nanti?

Yang pasti belajar, semoga bisa jadi keluarga yang baik. Saya juga bisa jadi pemimpin dalam rumah tangga yang baik. Mohon doanya biar jadi keluarga yang sakinah, mawaddah, marahmah.

Nah, ada tidak pelajaran-pelajaran dari basket yang kemudian diterapkan dalam kehidupan Egha sampai berkeluarga nanti?

Pasti ada. Kita membangun chemistry dengan tim itu sama saja seperti membangun chemistry keluarga. Sebenarnya basket dengan lifestyle, gaya hidup itu, sama. Persoalan komunikasi dan lain-lain begitu. Untuk jadi tim yang bagus, untuk membangun hidup yang lebih bagus membutuhkan hal-hal yang seperti itu.

Oke kalau begitu, cukup sekian pertanyaan kami. Semoga lancar pernikahannya. Salam untuk Dinda.

Oke, terima kasih.

Foto: Hari Purwanto

Komentar