Bahtera Minnesota Timberbulls—oh, maaf, Timberwolves—kini tengah limbung karena forwarda andalan mereka, Jimmy Butler, ingin hengkang dari timnya. Padahal ia baru satu musim bermain di sana dan masih menyisakan kontrak setahun lagi untuk membela panji yang sama. Timberwolves pun sebenarnya berharap Butler membantu mereka mendayung di perairan liar NBA musim depan (2018-2019). Namun, karena beberapa hal, semuanya tidak berjalan seperti yang mereka harapkan.

Sebelumnya, Butler memang sudah menunjukkan gelagat demikian. Ia tampak tidak betah di Minnesota karena beberapa hal yang akan dijelaskan selanjutnya dalam tulisan ini. Ia bahkan menolak opsi perpanjangan kontrak empat tahun senilai AS$100 juta dan memilih menghadapi pasar pemain bebas pada 2019 yang, mungkin, menghasilkan lebih banyak uang untuknya.

Pada Senin, 18 September 2018 lalu, Butler lantas menemui Kepala Pelatih Tom Thibodeau dan Manajer Umum Scott Layden untuk membicarakan kelanjutan karirnya di Minnesota. Hasilnya, ia meminta dirinya ditukar (request a trade) ke tim lain sebelum kontraknya habis musim depan. Keputusan ini semakin menjawab masalah-masalah yang terjadi dalam beberapa bulan ke belakang.

Situasi Panas

Timberwolves berhasil melaju ke playoff setelah 13 tahun gagal ke babak itu. Kehadiran Jimmy Butler, di satu sisi, bak angin segar yang membuat mereka berhasil melangkah ke sana. Ia bermain dalam 59 pertandingan di musim reguler (semuanya sebagai pemain utama atau starter) dengan rata-rata 22,2 poin, 5,3 rebound, 4,9 asis, dan 2 steal per pertandingan.

Butler menjadi yang terbaik dalam hal poin dan mencuri bola di antara pemain Timberwolves lainnya. Ia adalah tulang punggung tim ini, baik ketika menyerang maupun bertahan. Sayangnya, Butler mengalami cedera di akhir musim sehingga absen di sisa laga. Namun, ia berhasil kembali dan sempat bermain di playoff sebelum kalah 1-4 dari Houston Rockets.

Kendati demikian, kehadiran Butler di tim ini tidak selalu menjadi angin segar, terutama bagi para pemain muda. Ia sempat bertengkar dengan Karl-Anthony Towns dan mengkritik Andrew Wiggins karena tidak menunjukkan kualitasnya sebagai pemain berkontrak maksimum. Pada akhirnya, pertengkaran itu membuat Towns belum mau membicarakan opsi perpanjangan kontrak dengan Timberwolves. Ia ingin timnya menyelesaikan masalah dengan Butler sebelum membicarakan kontraknya.

Selain itu, Butler—melalui agennya—juga sempat merespon pernyataan Glen Taylor, pemilik klub, karena menyebutnya sebagai kunci perekrutan pemain baru di musim panas ini. Padahal itu bukan tugasnya. Ia menolak disebut kunci, terutama dalam hal merekrut bekas pemain Chicago Bulls ke Minnesota.

Situasi tim yang panas itu pun sedikit-banyak mempengaruhi keinginan Butler untuk pindah.        

Kegagalan Thibs

Kepala Pelatih Tom Thibodeau belakangan seolah “kemasukan setan” membangun tim ini dengan merekrut beberapa bekas pemainnya di Chicago Bulls. Musim lalu, ia merekrut Jimmy Butler dan Taj Gibson yang sampai sekarang masih bermain dengan mereka. Di pertengahan musim, ia mengambil Derrick Rose yang tengah mengalami limbung karir karena rentan cedera, dan memberinya kesempatan dengan memperpanjang kontrak selama satu tahun musim panas ini. Terakhir, ia merekrut forwarda senior Luol Deng—yang baru saja “dibuang” Los Angeles Lakers karena harga mahalnya—dengan kontrak minimum veteran. Jika melihat gelagat Thibs yang demikian itu, sebenarnya ada sebuah kesalahan yang membuat Butler semakin tidak betah berada dalam asuhan Sang Pelatih.

Bagaimanapun, dalam sudut pandang Butler, merekrut Deng ke Minnesota bukanlah sebuah opsi yang tepat. Perekrutan itu hanya membuat Timberwolves semakin sulit merekrut pemain yang benar-benar penting. Padahal Timberwolves membutuhkan pemain dengan kemampuan menembak tiga angka, juga pemain dengan kemampuan bertahan, untuk membantu Butler dkk. menghadapi kompetisi berat di Wilayah Barat.

Deng tentu bukan tipe pemain seperti itu. Apalagi ia tidak dalam masa jayanya lagi. Kini, ia hanyalah pemain tua yang bahkan hampir tidak bermain musim lalu. Ia hanya tampil sekali bersama Lakers dengan menit bermain minim (13 menit).

Lantas, apa yang diharapkan Thibs dari seorang Deng yang hanya bermain 13 menit? Tambahan amunisi ini tidak mungkin banyak membantu Timberwolves menghadapi dinasti Golden State Warriors atau tim sekelas Houston Rockets yang mengalahkan mereka di playoff.

Pada titik ini, meski terlalu cepat, sekiranya kita perlu menyebut kemampuan Thibs dalam mengambil keputusan sebagai sebuah kegagalan.

Opsi Pelabuhan Baru

Setelah melalui berbagai masalah di atas, Butler yang memutuskan untuk mengevaluasi karirnya kemudian menemui Tom Thibodeau dan Scott Layden di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Dari perbincangan itu, Butler—sesuai laporan Shams Charania dari The Athletic—keluar dengan keputusan baru: ia ingin hengkang dari Timberwolves.

Lantas, ke mana ia ingin pindah?

Menurut Adrian Wojnarowski, ESPN, Butler mengajukan tiga opsi pertukaran. Ia ingin dirinya ditukar ke New York Knicks, Los Angeles Clippers, atau Brooklyn Nets.

Mungkinkah?

Pertama, Knicks: mereka membutuhkan pemain bintang yang dapat membantu tim kembali ke playoff. Butler boleh jadi adalah jawabannya. Namun, Knicks kemungkinan harus mengirim pemain muda berpotensi seperti Frank Ntilikina dan hak pilih putaran pertama pada 2019 sebagai alat tukar. Mereka tidak mau melakukan itu sehingga opsi ini kemungkinan tidak berhasil.

Kemungkinan lainnya: Knicks mengirim Enes Kanter dan Joakim Noah yang kontraknya cukup besar untuk menyamai kontrak Butler. Mereka bahkan bisa saja merelakan Courtney Lee dan Lance Thomas sebagai tambahan amunisi sekelas role player (pemain pengganti) dalam pertukaran itu. Namun, apakah Timberwolves membutuhkan itu? Toh, mereka bahkan tidak tertarik merekrut Noah—yang notabene juga bekas pemain Chicago Bulls—di musim panas ini. Opsi tersebut kemungkinan terjadinya kecil.

Lagi pula, mengapa harus sekarang jika Knicks bisa merekrut Butler musim depan? Forwarda berusia 29 tahun itu akan menjadi pemain bebas pada 2019. Knicks bisa merekrutnya nanti tanpa harus kehilangan pemain-pemainnya yang sekarang.

Kedua, Clippers: tim asal Los Angeles itu baru saja kehilangan pilar-pilar pentingnya. Mereka kehilangan trio Blake Griffin, Chris Paul, dan DeAndre Jordan sehingga kini mereka membutuhkan seorang pemain bintang. Butler tentu masuk dalam kategori itu.

Jika Timberwolves melakukan pertukaran, mereka bisa saja mendapatkan Tobbias Harris yang memiliki kontrak besar untuk menyamai Butler. Namun, Clippers bisa saja mengirim pemain lainnya seperti Milos Teodosic, Patrick Baverley, dan Wesley Johnson sebagai barisan role player—atau lewat opsi lain dengan melibatkan pemain muda seperti Shai-Gilgeous Alexander dan hak pilih.

Seandainya pertukaran memang terjadi, Butler boleh jadi akan berpasangan dengan Danilo Gallinari sebagai pencetak angka di timnya. Namun begitu, kedua orang itu saja rasanya tidak akan cukup membuat Clippers bersaing di Wilayah Barat, terutama karena wilayah itu juga semakin keras. Kemungkinannya, Butler tidak akan menembus playoff bersama tim asal Los Angeles itu.

Ketiga, Nets: tim asal Brooklyn itu tidak memiliki pemain bintang yang bisa disandingkan dengan Butler. Namun, jika berbicara mengenai kontrak besar, Nets bisa saja mengirim DeMarre Carroll dan Allen Crabbe sebagai alat tukar yang cukup untuk mendapatkan Butler. Jika tidak begitu, apa lagi yang bisa ditawarkan Nets kepada Timberwolves? Apakah mereka perlu merelakan masa depannya plus tambahan pemain lain untuk melengkapi persyaratan? Itu tentu akan menjadi resiko tersendiri bagi Nets. Lagi pula, Timberwolves kini membutuhkan pemain yang bisa membantu Karl-Anthony Towns dan Andrew Wiggins melaju kembali ke playoff. Nets tidak memiliki itu sebagai alat tukar.

Kendati demikian, seandainya pertukaran terjadi, Nets akan memiliki cukup ruang untuk merekrut pemain bintang lainnya di musim mendatang. Namun, itu artinya Butler harus rela bermain dengan pemain seadanya sementara waktu sambil membantu D’Angelo Russell, misalnya, untuk mengembangkan permainan. Mereka tidak bisa terlalu berharap untuk bisa melaju ke playoff karena Wilayah Timur dikuasai tim-tim yang sedang naik daun, seperti: Boston Celtics, Toronto Raptors, Philadelphia 76ers, Indiana Pacers, dan Milwaukee Bucks. Itu belum lagi dihitung dengan Washington Wizards yang memiliki duo garda John Wall dan Bradley Beal dengan tambahan Dwight Howard di poros tengah (senter).

Dengan demikian, sampai titik ini, tampaknya kita tidak akan tahu ke mana Butler berlabuh. Ia hanya mengajukan tiga opsi itu, tetapi Timberwolves bisa saja menukarnya ke tim lain yang membuat mereka untung. Mungkin saja Butler ditukar ke Los Angeles Lakers dan bergabung dengan LeBron James meski ia sendiri sempat mengaku tidak mau ke sana. Mungkin pula ia ditukar ke Philadelphia 76ers untuk memperkuat barisan muda seperti Joel Embiid dan Ben Simmons.

Kita akan segera tahu jawabannya.

Selamat menanti!  

Foto: NBA.com

Komentar