Dell Curry bangun dari tempat duduknya. Disaksikan oleh ribuan penonton yang memadati Mall of Asia Arena (MoA), Manila, 7 September lalu, ia menghampiri putranya, Stephen Curry.
Stephen Curry tengah menjalani tur keliling Asia di tiga negara. Filipina adalah kota pertama yang didatangi sebelum bertolak ke Jepang dan Cina. Dalam tur ini, garda Golden State Warriors ini mengajak serta sang ayah dan ibu.
Momen kehadiran Dell Curry mendampingi Stephen Curry tak disia-siakan oleh pembawa acara di MoA. Ia memanggil Dell Curry dan berniat “mengadunya” dengan sang anak.
Sang ayah bukanlah sosok sembarangan. Ia pun alumnus NBA. Bermain dari tahun 1986 sampai 2002, Curry senior pernah bermain di Utah Jazz, Cleveland Cavaliers, Charlotte Hornets, Milwaukee Bucks dan Toronto Raptors. Sepanjang karirnya, Dell Curry pernah menjadi pemain cadangan terbaik (sixthman of the year) tahun 1994 dan menutup karir dengan rataan 11,7 poin, 2,4 rebound dan 1,8 asis per gim.
Meski terdengar klise, sebagai seorang ayah, memiliki Stephen Curry sebagai putranya boleh jadi merupakan pencapaian yang didambakan oleh banyak ayah di mana-mana.
Alih-alih menghadapi sang anak di Filipina, Dell Curry malah bergabung menjadi satu tim dengan Stephen Curry dalam permainan tantangan menembak “shooting challenge” menghadapi beberapa pemain profesional Filipina dengan putra mereka masing-masing. Duet Dell dan Stephen Curry menang telak.
Sebelum menjalani tantangan, Dell Curry berkesempatan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan pembawa acara. Jawaban-jawaban Curry menarik bagi setiap ayah yang ingin putranya sesukses Stephen Curry.
Apa pesan Anda untuk anak-anak yang ingin hebat seperti Stephen Curry?
“Mulailah sejak dini. Latihan sebanyak mungkin. Tidak perlu langsung bisa menembak tiga poin. Saya tidak menyuruh Steph untuk menembak tripoin sampai ia berusia 9 atau 10 tahun. Latihan, latihan saja dulu. Dan pastikan setiap latihan itu menyenangkan dan kita senang.”
Apakah Anda seolah melihat diri sendiri di dalam diri Steph?
“Tentu saja. Sebagai pemain NBA, kami semua adalah panutan. Suka atau tidak suka, kami adalah panutan. Apalagi sebagai seorang ayah. Anakmu akan melihat apa yang kamu lakukan. Apapun yang saya lakukan, anak-anak saya melihatnya. Baik saat bertanding, latihan atau di pusat kebugaran, mereka melihat saya.”
Apa yang membuat Steph berbeda dengan pemain-pemain NBA lainnya di masa kini?
“Dia sangat bersemangat dan mencintai permainan ini. Dia mencintai pekerjaan ini. Dia bermain dan berlatih setiap hari. Main di NBA itu berat. Ada 82 pertandingan selama satu musim dan banyak sekali perjalanan (pertandingan tandang dan kembali ke kandang). Kamu harus menyukai permainan ini untuk bisa bertahan. Kalau tidak, akan mudah sekali merasa bosan. Kita harus mencintai permainan ini dan mencintai semua fan di seluruh dunia.”
Dell lawan Steph, satu lawan satu. Siapa menang?
“Saya (tertawa). Tapi dia sudah memasukkan lebih banyak tripoin daripada apa yang sudah saya masukkan selama karir saya.”
Apa saran untuk para ayah yang ingin punya anak bermain di NBA?
“Pastikan bahwa kamu selalu ada di dekat mereka. Jangan terlalu terbebani oleh ekspektasi bahwa sang anak harus main di NBA, karena sangat berat untuk masuk ke sana. Pastikan saja bahwa kamu mendukungnya, memenuhi kebutuhannya untuk sukses. Saya selalu mencoba memenuhi kebutuhan anak-anak saya, tetapi tidak selalu menuruti kemauan mereka. Biarkan mereka ‘lapar’, pastikan apa yang mereka raih adalah hasil perjuangan mereka sendiri. Dampingi mereka, dukung mereka. Itu yang bisa saya katakan.”(*)
Foto: Mei Linda