Laga kedua semifinal mempertemukan Jepang berhadapan  dengan Cina di Istora GBK, Kamis, 30 Agustus 2018. Keduanya pernah bertemu di babak grup yang berakhir dengan kemenangan Cina 105-73. Cina kembali menunjukkan dominasi mereka dengan unggul sepanjang pertandingan dan memenangi laga dengan skor akhir 86-74.

“Ini laga yang berat bagi kami. Jepang adalah tim yang bagus dan kami sudah pernah melawan mereka beberapa kali. Pelatih meminta kami menahan tiga angka mereka. Cukup berhasil dan kami berhasil meraih kemenangan,” ujar Shao Ting, kapten tim Cina.

Kemenangan ini membawa Cina lolos ke babak final dan berhadapan dengan Korea Bersatu. Di edisi Asian Games sebelumnya yang digelar di Korea Selatan, Cina hanya mampu meraih medali perak. Cina harus takluk atas Korea Selatan 70-64. Sementara bagi Jepang, kekalahan ini akan membuat mereka kembali bermain untuk perebutan perunggu seperti edisi sebelumnya. Lawannya pun sama, Cina Taipei.

“Kami adalah tim dengan skuat yang sangat muda. Banyak dari kami yang belum pernah bermain di laga sebesar final Asian Games. Saya harap rekan setim kami dapat menikmati pertandingan. Dengan itu, kami akan bermain seperti biasa dan bisa memenangi pertandingan.

Selain sebagai tim, Shao Ting juga berperan sebagai pencetak poin utama timnya. Ia berhasil mengemas 16 poin, 6 rebound, dan 6 asis. Li Meng menyusul dengan 14 poin sementara Yang Liwei membukukan 11 poin.

Ada lima pemain yang mencetak 10 poin atau lebih bagi Jepang. Mio Shinozaki menjadi top skor laga dnegan 17 poin dan 3 asis. Haruka Suzuki menambahkan 15 poin dan 3 rebound. Saki Hayashi mengemas 11 poin. Saori Miyazaki dan Aya Watanabe sama-sama membukukan 10 poin.

Meski kalah tinggi badan, Jepang tak serta merta kalah untuk urusan rebound. Total tim Jepang berhasil mengumpulkan 28 rebound sementara Cina 38. Lebih unik lagi, 12 dari 28 rebound Jepang adalah offensive rebound. Sementara Cina tercatat hanya membukukan enam offensive rebound.

Cina membuka laga dengan tujuh poin cepat dari Shao Ting dan Li Meng di tiga penguasaan bola awal mereka. Sementara Jepang baru bisa memecah kebuntuan melalui Mio Shinozaki di penguasaan bola ketiga. Jepang berusaha mengejar ketertinggalan mereka dengan pola umpan  bola yang dinamis dengan meanfaatkan tembok (screen). Hasilnya, lima menit pertama pertandingan, Jepang menipiskan ketinggalan menjadi 14-9.

Jepang yang mengetahui bahwa postur mereka kalah tinggi, menggunakan berbagai cara dalam memperkuat pertahanan mereka. Dobel tim (double team) saat pemain Cina berusaha bermain pos (post play) dan box out yang cukup bagus saat situasi rebound. Permainan apik tersebut membuat mereka hanya tertinggal 20-17 di akhir kuarter pertama. Jumlah rebound kedua tim sama-sama delapan di kuarter pertama.

Cina kembali menyerang area kunci Jepang di kuarter dua. Empat poin pertama mereka berasal dari area kunci. Sementara Jepang, berhasil membalas melalui tripoin Shinozaki. Petaka bagi Jepang terjadi saat akurasi tripoin mereka justru memburuk di kuarter dua. Sementara Cina masih bertahan dengan skema menyerang dari area kunci. Cina menutup paruh pertama dengan menjauh 40-30. Di data statistik yang tersedia, total rebound keduanya tidak berbeda jauh. Cina 2, Jepang 15.

Cina semakin menjadi di kuarter tiga. Seluruh serangan mereka benar-benar ke area kunci. Secara bergantian Han Xu dan Li Yueru menyerang area tersebut. Bila mereka dikepung, bola akan “dibuang” keluar kea rah Li Meng atau Wang Siyu. Jepang yang tak kunjung menemukan akurasi mereka tentu terasa sia-sia melakukan pertahanan yang apik. Cina menutup kuarter tiga dengan keunggulan 71-54.

Kuarter terakhir Cina semakin tak terkejar. Tim asuhan Xu Limin ini sudah membuka jarak hingga 20 poin, 82-62 saat kuarter akhir tersisa lima menit. Cina terus menjaga keunggulan di sisa laga dan menutupnya dengan kemenangan 86-74.

Foto: Hariyanto

 

Komentar