Seminggu setelah memikirkan rencana pensiunnya, Manu Ginobili, garda San Antonio Spurs, benar-benar melakukannya hari ini, Senin 27 Agustus 2018 waktu setempat. Ginobili memutuskan mengakhiri 16 tahun karirnya sebagai pebasket NBA karena usianya kini tidaklah muda lagi. Namun, dalam rentang waktu selama itu, ia telah melalui musim-musim luar biasa. Ia sendiri yang mengatakannya melalui ciuitan di akun Twitter.

Dengan perasaan campur aduk, Ginobili mengumumkan pensiun:

"Hari ini, dengan berbagai perasaan, saya mengumumkan pensiun saya dari bola basket. Terima kasih sebesar-besarnya untuk semua orang (keluarga, teman, rekan tim, pelatih, staf, penggemar) yang terlibat dalam hidup saya dalam 23 tahun terakhir. Ini merupakan perjalanan yang luar biasa. Jauh di luar mimpi terliarku. ”

Ginobili pensiun di usia 41. Ia pertama kali bermain di NBA pada 2002 ketika usianya masih 25. Sejak itu, ia merengkuh berbagai prestasi termasuk empat kali juara NBA. Ia juga sempat masuk ke jajaran NBA All-Star dua kali dan meraih gelar sixth man of the year.

Sebelum ke NBA, Ginobili juga bukan tanpa prestasi. Ia sempat bermain di Italia membela Virtus Bologna dan menjadi bintang di sana dengan merengkuh dua kali gelar pemain terbaik. Itu belum lagi dihitung dengan gelar pemain terbaik dan juara EuroLeague pada 2001 sehingga prestasinya hingga kini semakin banyak.

Kini, Ginobili mengakhiri karirnya dengan catatan rata-rata 13,3 poin, 3,8 asis, 3,5 rebound, 1,3 steal per pertandingan dan menjadi pengumpul tripoin masuk juga steal terbanyak Spurs sepanjang masa. Keberadaan pria berkebangsaan Argentina itu pun menjadi sebuah tonggak budaya yang membuat klubnya menjadi tim papan atas. Peran Ginobili dalam membangun kultur juara di tim ini, kata Manajer Umum Spurs R.C. Buford, sama pentingnya seperti kehadiran legenda mereka—Tim Duncan.   Maka, tidak heran jika selepas pensiun, dunia basket pun menunjukkan rasa hormatnya kepada Ginobili.

LaMarcus Alridge, senter Spurs, misalnya menyatakan rasa hormatnya melalui Twitter. Ketika Alridge masih bermain bersama Portland Trail Blazers, ia mesti menghadapi Ginobili yang sulit dihentikan. Kemudian, ketika ia pindah ke Spurs, ia pun menyaksikan sendiri seperti apa kehebatan Ginobili yang menjadi salah satu tonggak tim sehingga rasa kagumnya kepada pemain Argentina itu bertambah.

“Saya menghadapimu selama sembilan tahun. Saya berdiskusi sebelum pertandingan, membahas bagaimana caranya agar kamu tidak menggunakan tangan kiri, karena ketika kamu melakukannya, kamu tidak mungkin berhenti! Kemudian, saya menjadi rekan timmu dan menyaksikan langsung bagaimana kamu memberi nilai lebih kepada tim dari sekadar mencetak poin,” ujar Alridge membalas cuitan Ginobili.

Steve Kerr, kepala pelatih Golden State Warriors, juga ikut mengingat kembali momennya bersama Ginobili di tahun terakhirnya sebagai pemain NBA (2002-2003). Ia menyebut Ginobili sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa.

“Pemberani, lucu, penuh kasih sayang dan sangat kompetitif. Terima kasih, Manu!” ujar Kerr.

Di sisi lain, legenda Spurs David Robinson tampak tidak menyangka waktu pensiun ini telah tiba. Ia menilai Ginobili sebagai satu kebanggaan yang pernah dimiliki Spurs dan tidak akan tergantikan sampai kapan pun. Meski begitu, Robinson tetap meminta Ginobili menikmati perjalanan hidup selanjutnya sambil menghabiskan waktu dengan keluarga.

Selain ketiga orang di atas, sebenarnya masih banyak yang menyampaikan rasa hormatnya kepada Ginobili. Mereka menaruh perhatian pada karir Ginobili dan kehebatannya dalam membangun kultur juara di Spurs. Bagaimanapun, Ginobili telah menjadi salah satu orang penting yang membuat NBA semakin tampak hebat.   

Foto: NBA.com

Komentar