DBL Academy semakin melebarkan sayap. Setelah sukses menjalankan sekolah bola basket berkurikulum WBA dari Australia di Graha Pena Surabaya, kini mereka juga membuka kelas di Pakuwon Mall. DBL Academy pun mengadakan soft launching di sana pada Senin 27 Agustus 2018.

Dengan fasilitas baru yang lebih besar, Kepala Pelatih Dimaz Muharri mengaku senang. Ia melihat pembukaan tempat ini sebagai sebuah perkembangan. Apalagi permintaan juga semakin banyak dan merambah dari Surabaya Selatan ke Surabaya Barat. Lapangan di Pakuwon Mall akan mampu menampung lebih banyak orang.

Saat soft launching itu, Mainbasket sempat mewawancarai Dimaz soal pembukaan tempat baru. Kami membicarakan fasilitas yang lebih besar ini lengkap dengan kurikulum apa yang akan diberikan DBL Academy. Kepada kami, Dimaz menjelaskan segalanya termasuk harapannya kepada akademi ini.  

Simak wawancara berikut:

Apa yang memutuskan DBL Academy membuka kelas di Pakuwon Mall?

Kami membuka ini karena banyaknya permintaan di Surabaya Barat. Akhirnya ada satu tempat, kami bangun di Pakuwon Mall ini.

Menurut saya, tempat ini sangat strategis. Bisa dibilang ini sekolah, akademi pertama di dalam mal. Saya lihat orang-orang di Surabaya Barat juga sangat antusias. Market-nya jadi pas.

Saya dengar lapangan di dalam mal di Surabaya ini saja?

Kalau di Surabaya setahu saya, iya. Setahu saya di Asia, mungkin, ada di Filipina dan di Sportmall Jakarta. Mall of Asia (Filipina) sama Sportmall Kelapa Gading (Jakarta).

Kalau di Surabaya, saya bilang ini bisa terbesar kali, ya. Lapangan di mal terbesar.

Apa yang berbeda dari akademi sebelumnya selain fasilitasnya yang lebih besar ini?

Maksudnya sama akademi yang di Graha Pena?

Tidak ada sebenarnya. Kurikulumnya sama segala macamnya. Hanya fasilitasnya lebih besar dan (letaknya) di mal. Materi segala macam kami mengulang materi tahun 2016, karena materi kami dari WBA (Australia). Kami mengikuti mereka kalau soal kurikulum.

Dimaz sudah berapa lama di sini?

Di DBL Academy dari 2015 akhir, start akademi tahun 2016. Sudah dua tahun berarti. Ini mau masuk tahun ketiga.

Apa yang menantang dari melatih anak-anak ini?

Yang menantang?

Saya paling senang ketika anak-anak dari tidak bisa sama sekali—tidak bisa dribble, tidak bisa apa—menjadi bisa. Ketika mereka jadi bisa, orang tuanya juga mengapresiasi kami. Itu saya senang. Itu penting di akademi karena orang tua mau menitipkan anaknya kepada kami.

Tidak hanya pelatih memang, orang tua juga perlu bekerja sama supaya anaknya jadi bisa. Itu sangat penting di DBL Academy.

Ceritakan soal kurikulum WBA! Memangnya seperti apa kurikulum ini?

Sebenarnya kurikulum ini sama seperti fundamental basket, tetapi penerapannya sangat detail. Dia memberikan poin-poinnya buat apa. Misalnya, kita tahu shooting tapi tidak tahu kapan shooting digunakan; crossover kapan digunakan; between the leg kapan digunakan—itu dijelaskan sangat detail dari WBA.

Efeknya apa ke anak-anak dengan ada detail itu? Dimaz, kan, sudah memantau ini selama dua tahun lebih.

Beberapa anak sudah main di sekolah. Ada yang masuk tim sekolah karena sudah bisa basket.

Termasuk yang ke Thailand kemarin?

Iya, yang ke Thailand kemarin juga jadi pengalaman yang mengesankan buat anak-anak dan orang tua. Namanya juga sekolah, kami membutuhkan kerja sama itu. Apalagi, ya? Orang tua bilang anaknya jadi jauh sama gadget. Mereka banyak bilang seperti itu. Mungkin basket ini olahraga movement, yang bikin mereka gerak, gerak, gerak.

Tidak hanya itu sebenarnya karena basket juga melatih kepintaran dalam bermain basket. Basket ini baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, apalagi dengan detail tadi.

Setiap pelatih yang kami temui, kami bertanya tentang filosofi. Apa filosofi Dimaz ketika melatih?

Saya sebenarnya tidak mau dibilang pelatih. Saya mengira melatih itu pada dasarnya melatih tim, sementara saya di sini akademi. Saya justru lebih senang dibilang trainer, mungkin, karena saya sama sekali tidak pernah melatih sebuah tim kecuali ini.

Ini juga timnya internal, bukan keluar-keluar.

Filosofinya apa, ya, jadinya? Saya, sih, ingin anak-anak ini bekerja keras tapi tidak melupakan kesenangan mereka bermain basket. Kalau kita sudah senang, kita pasti akan kerja keras untuk mendapatkan itu. Itu penting.

Harapannya untuk DBL Academy?

Kalau yang ini saya harap siswanya banyak, terus semakin banyak siswa jago basket dan berkarakter.

Oke, segitu saja dari kami. Sukses, ya.

Oke, sama-sama.

Foto: Dok. DBL Academy

Komentar