Tim nasional putri dan putra Indonesia sudah menyelesaikan laga-laga di babak penyisihan basket lima lawan lima Asian Games 2018. Tim putri lolos setelah berhasil meraih satu-satunya kemenangan melawan India, 69-66. Sementara tim putra berhasil maju ke perempat final, meski kalah 69-74 dari Mongolia di laga terakhir penyisihan Grup A. Pada grup yang juga diisi oleh Korea dan Thailand ini, Indonesia hanya menang melawan Thailand, 98-86.

Kita boleh berbangga diri karena basket kita menorehkan sejarah di ajang Asian Games. Tim putra dan putri untuk pertama kalinya lolos ke babak perempat final. Walau tonggak sejarah ini tampaknya akan sulit bertambah jauh karena baik putri maupun putra akan menghadapi raksasa Cina di perempat final.

Sah-sah saja mengandaikan pertemuan kita dengan Cina bak David berjumpa Goliath. Tim putra Cina berada di peringkat 29 dunia, sementara Indonesia ada di posisi 103. Tim putri Cina menduduki peringkat 10 dunia dan Indonesia 58 (FIBA 2018). Hanya saja, kalau kita diandaikan sebagai David, kita rasanya tak punya senjata mematikan yang bisa dipakai pada kesempatan sempit untuk merubuhkan Goliath lalu memenggal kepalanya. Goliath kali ini sepertinya akan menumpas David.

Kalah di atas kertas dan sepertinya akan begitu pula di lapangan bukan berarti kita tak bisa mengambil pelajaran dengan pertemuan melawan Cina. Kita bisa “menang” melawan Cina. Menang dalam arti mengambil manfaat sebesar-besarnya melawan tim kuat tersebut. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan tim Indonesia untuk mengambil manfaat terbaik saat melawan Cina.

1. Bermain sportif

Bukan pesimistis, tapi realistis. Kita akan kalah. Oleh karena itu, bermainlah sesportif mungkin. Bukan berarti kita boleh tidak sportif melawan musuh yang sepadan atau lebih lemah. Bermain sportif akan menunjukkan bahwa kita menaruh hormat kepada lawan dan permainan ini.

2. Sama ratakan menit bermain

Kapan lagi lawan Cina dengan kekuatan penuh mereka? Kemewahan ini sebaiknya dirasakan oleh semua pemain kita. Biar sama-sama merasakan pengalaman berjibaku melawan raksasa. Namun bukan karena mendapat kesempatan bermain yang rata lalu menjustifikasi para pemain untuk bermain santai. Tentu tidak. Semua pemain harus bermain sepenuh hati.

3. Bertahan!

Inilah kesempatan tim Indonesia untuk menguji kekuatan tim, kedisiplinan dan kemauan pemain untuk bertahan. Potensi gempuran yang akan diterima Indonesia akan berlipat beberapa kali dibanding melawan lawan-lawan lainnya. Ding Yanyuhang akan mencoba mengobrak-abrik kita dengan penetrasinya. Zhou Qi akan coba menegaskan bahwa area kunci adalah teritori miliknya. Adhi Pratama, Valentino Wuwungan dan Ponsianus Nyoman Indrawan akan mendapat “mitra” berlatih yang sangat kuat yang jelas akan menambah pengalaman bermain mereka. Pun halnya di sektor putri. Kecepatan para pemain Cina akan menguji sistem pertahanan kita. Bermain satu lawan satu jelas bukan opsi yang nyaman. Bertahan dengan sistem zona juga akan jadi makanan empuk mereka. Namun bagaimanapun semoga semua bisa memanfaatkan pertemuan dengan Cina ini sebagai ajang untuk melatih kedisiplinan dan kekuatan mempertahankan ring Indonesia. Jangan lupa, box out!

4. Menyerang dengan percaya diri

Tim putra Cina memiliki enam pemain dengan tinggi dua meter atau lebih. Tak hanya tinggi dua meter lebih: Yu Changdong, Zhou Qi, Ding Yanyuhang, Hanlin Dong, Abudurexiti Abudushalamu dan Wang Zhelin memiliki kekuatan, kelincahan dan kecepatan. Saat menyerang, pun saat bertahan. Disaksikan langsung oleh Presiden Federasi Basket Cina Yao Ming, mereka akan bertahan sekuat tenaga, meski menghadapi Indonesia yang notabene kemampuannya di bawah mereka. Di skuat putri, Cina memiliki Shao Ting, Li Meng, Huang Sijing dan Liu Jiacen yang terdaftar memiliki tinggi 190cm. Sun Mengran memiliki tinggi 195, sementara Li Yueru dan Xu Han keduanya bertinggi dua meter lebih. Pemain tertinggi Indonesia adalah Gabriel Sophia, hanya 184 cm. Menghadapi benteng-benteng menjulang dan cepat ini, setiap pemain Indonesia harus percaya diri memanfaatkan setiap momentum yang datang hanya sekelebat. Kesempatan menembak harus langsung diambil. Ruang kosong harus cepat diisi. Jangan sampai ada waktu serang (shotclock) habis terbuang sia-sia. Menembak dengan percaya diri atau menembak ragu-ragu akan berujung sama, Indonesia sangat sulit menang! Jadi pilihannya hanya satu, menyerang dan menembak dengan sangat percaya diri.

5. Nikmati

Kapan lagi bisa melawan (dan mungkin dibantai) Cina? Dari ratusan juta anak Indonesia yang bermain basket, 24 putra-putri terbaik yang tampil di Asian Games 2018 inilah yang beruntung bisa berhadapan dengan Cina. Jadi, nikmatilah!

6. Belajar

Setelah melawan Cina, ada baiknya kita merefleksi diri secara mendalam. Apa yang membuat mereka hebat? Sebatas dukungan pemerintah atau modal yang kuat atau memang para pemainnya memiliki motivasi tinggi? Bagaimana sistem pengembangan atletnya? Samakah dengan Indonesia? Apakah cara-cara Cina bisa dipakai di Indonesia? Siapa tahu bisa.(*)

Tim putri akan berhadapan dengan Cina, Minggu, 26 Agustus, pukul 18.30.

Tim putra akan menghadapi Cina, Senin, 27 Agustus, pukul 18.30.

 

Foto: Yoga Prakasita

 

 

 

Komentar