Indonesia akhirnya mencuri satu kemenangan dari Thailand di Asian Games 2018. Kemenangan itu menjadi sejarah lantaran selama ini Indonesia belum pernah menang di gelaran tersebut. Para penonton yang hadir langsung maupun hanya menonton lewat layar kaca telah menjadi saksinya. Mereka menjadi saksi bagaimana Xaverius Prawiro, garda Indonesia, menjelma pemain penting dalam kemenangan ini.
Xaverius pada awalnya tidak tampak bersinar karena Jamarr Johnson, forwarda, tampil cemerlang dengan mencetak dobel-dobel 28 poin dan 16 rebound. Namun, karena semangat dan keberaniannya, Xaverius pun menunjukkan kualitasnya di hadapan Thailand dengan mengambil tembakan-tembakan penting di kuarter tiga dan empat. Setiap kali ia melepas tembakan-tembakan itu, para pendukung bersorak gembira karena upaya itu membuahkan hasil. Xaverius mencetak total 18 poin demi mengangkat derajat Indonesia dari Thailand.
Mainbasket lantas langsung menghampiri Xaverius seusai pertandingan untuk dimintai keterangan di mixed zone GBK-Hall Basket, Senayan, Jakarta, Sabtu 20 Agustus 2018. Kami mewawancarainya bersama media lain untuk mengorek informasi tentang pertandingan bersejarah itu. Xaverius pun menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan lancar dan cenderung tegas.
Simak wawancara berikut:
Apa pendapatnya soal pertandingan ini?
Ini tough game banget, jadi saya bersyukur kami bisa menang. Awalnya, kan, kami kurang bagus tapi di kuarter dua, kuarter tiga, dan kuarter empat kami bisa mengambil gim itu. Anak-anak juga fokus, ya bersyukur banget kami bisa menang.
Kok bisa tertinggal di awal?
Itu karena fokus dari kami semua. Kami fokus ke defense, kami tidak mau buru-buru. Mungkin awalnya kami tertinggal karena dari awal ingin menang, menang, menang sampai overconfident—terlalu semangat, akhirnya hilang fokus.
Bukan nervous?
No. Nervous (gugup), sih, tidak. Kami dari awal memang mau menang, menang, menang. Tadi sepertinya agak kelewatan. Di kuarter dua, tiga, empat kami akhirnya bisa mengontrol itu.
Tadi Koh Ius juga mengambil tembakan-tembakan penting. Apa yang mendorong Koh Ius berani mengambil tembakan-tembakan itu?
Sebenarnya saya tidak memikirkan itu masalah tembakan penting atau tidak penting. Yang pasti dalam pikiran saya, saya harus menang, saya harus membantu tim ini, saya harus berkontribusi di tim ini. Jadi, itu semua yang pada akhirnya membuat saya bisa melakukan itu.
Ada instruksi khusus dari pelatih?
No, no, no, no, no. Tidak ada instruksi khusus. Yang pasti harus fokus. Instruksinya hanya kami disuruh defense dan kami harus menang. Itu saja.
O, ya, Koh Ius juga akhir bisa kembali ke gelaran sebesar Asian Games dengan timnas. Seperti apa kesannya?
Yang pasti kami happy karena kami bisa menang. Itu saja, sih.
Selanjutnya apa?
Selanjutnya kami harus ambil gim lawan Mongolia. Kami harus ambil supaya kami bisa lolos ke next round.
Targetnya memang ke next round, seiring perkembangannya ada harapan yang kemudian tumbuh lebih dari itu tidak?
Iya, ya, harus dong. Yakin kami harus ada harapan. Kalau tidak ada harapan kami tidak akan menang lawan Thailand. Tidak perlu menang, kalah saja kalau kami tidak ada harapan.
Artinya bisa lebih dari ini?
Ya, harus dong. Kami harus bisa. Kalau tidak, untuk apa kami main basket di Asian Games. Mendingan kami liburan.
Lalu bagaimana cara Koh Ius menumbuhkan harapan ini?
Kami selalu punya satu visi. Pelatih punya visi, kami punya visi lalu visi itu disamakan dan dicampur dan pokoknya kami harus mencoba step by step mencapai visi itu.
Sayangnya kemarin kalah Korea Selatan, apa evaluasinya selama ini?
Komunikasi, defense, itu saja sih.
Hal itu sudah dibenahi di pertandingan ini?
Iya, better. Oke, sudah ya?
Oke, terima kasih, Koh Ius.
Sama-sama.
Foto: Hari Purwanto