Honda DBL East Java Series 2018 North Region kini telah sampai ke babak delapan besar. Wahyu Budi, pelatih tim putra DBL All-Star 2017, pun berhasil membawa tim sekolahnya Nation Star Academy (NSA) hingga babak tersebut. Mereka mengalahkan SMAN 5 Surabaya dengan skor ketat 44-41 di DBL Arena, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 11 Agustus 2018.
Seusai pertandingan, Mainbasket sempat bertemu dan mewawancarai Wahyu tentang timnya tahun ini. Bagaimanapun, katanya, timnya kali ini memang berbeda dengan musim lalu sementara tradisi bola basket di Surabaya selalu melibatkan sekolah kuat yang itu-itu saja. Kendati begitu, Wahyu juga telah menjadi pelatih yang berbeda terutama setelah mengikuti kegiatan DBL All-Star di Amerika Serikat pada awal 2018. Pengalaman itu membuatnya semakin mudah membangun ulang tim untuk menghadapi sekolah-sekolah kuat itu.
Simak wawancara berikut:
Apa pendapatnya soal pertandingan di sweet sixteen ini?
Good game untuk kedua tim. Banyak perubahan momentum dari kedua tim, mulai dari tip-off sampai kuarter empat selesai. Ya, memang kalau dari gim tadi yang berbicara adalah masalah sejauh mana kita bisa konsisten.
Tim tahun ini tentu berbeda dari tahun lalu. Bedanya apa saja?
Bedanya materi pemain banyak berubah, terus sebetulnya juga yang kelas XII pun belum cukup matang waktu itu. Kami mencoba membuat situasinya: bagaimana cara tim ini bisa bermain sebagai sebuah tim? Karena dari tahun sebelumnya kami ada beberapa key player yang memang dominan. Kalau yang tahun ini, mau tidak mau kami harus membikin sistem yang semuanya bisa bermain.
Sistem seperti apa?
Yang pasti kalau secara offense, kami berusaha untuk (memainkan) simple basketball. Siapa yang lagi bagus, kami buatkan sistem buat dia. Kalau defense tidak banyak berubah. Kami berusaha setop key player lawan. Kelihatan sekali, kan, lawan mengandalkan nomor 19.
Dari awal sebenarnya kami berusaha untuk setop nomor satu. Nomor satu itu key player mereka yang small, and then kami tidak tahu ketika pertandingan berjalan ternyata muncul nomor 19. Akhirnya kami bikin situasi yang berbeda lagi.
Kalau melihat perkembanganya, tim ini bisa melaju sampai mana tahun ini?
We never know. Kami tidak pernah tahu; yang pasti siapa pun lawan di depan, kami berusaha untuk menyesuaikan dengan gameplan yang kami punya.
Targetnya?
Targetnya better ranking from the last year.
Memangnya tahun lalu di peringkat berapa?
Tahun lalu saya cuma sampai 16 kalau tidak salah.
Evaluasinya apa?
Evaluasinya yang paling kelihatan saat kami melakukan rotasi pemain, kami langsung ada momen yang kami missed. Jadi, itulah yang harus jadi evaluasi kami buat ke depan. Siapa pun yang bermain, mau itu semenit atau dua menit, make sure mereka harus siap dari awal.
Tahun lalu Mas Wahyu menjadi pelatih All-Star. Pengalaman dan ilmu apa yang Mas Wahyu dapat dan diterapkan kepada tim sekarang?
Yang pasti basic basketball. We just play fundamental basketball. If you want to win; keep hard work, focus on defense, simple basketball.
Mas Wahyu sendiri merasakan perubahan tidak sejak mengikuti All-Star?
Yang pasti perubahannya, kami lebih bisa membangun tim dengan gampang karena semua player skill-nya sama. Jadi, mereka merasa butuh satu sama lain. Itu, sih, yang paling penting.
Memangnya apa filosofi Mas Wahyu?
Hard work. Hard work all the time.
Nah, ketika Mas Wahyu melihat peta kekuatan Honda DBL tahun ini, kira-kira seperti apa?
Setiap DBL tradisi tim itu selalu sama. Kita lihat di swasta ada Frateran (SMAK Katolik Frateran Surabaya), Sinlui (SMAK St. Louis 1 Surabaya), dan IPH (IPH East School Surabaya). Di negeri ada Smada (SMAN 2 Surabaya), SMA 9 (SMAN 9 Surabaya), SMA 16 (SMAN 16 Surabaya), dan SMA 5 (SMAN 5 Surabaya). Setiap tahun tradisi basket di DBL (Surabaya) tidak pernah jauh dari tim-tim itu. Yang pasti, as a coach, as a team, kami harus menyiapkan semua karena kami tidak tahu akan bertemu siapa. Saya lihat tim-tim berbeda; ada yang mengalah di satu gim karena menghindari tim ini dan tim itu, tetapi kami tidak—kami fight terus.
Foto: Dok. Honda DBL