Perjalanan kompetisi Honda DBL Aceh Series 2018 telah sampai pada laga puncak. Di kategori pria, SMA Methodist Banda Aceh akan berhadapan dengan SMAN 4 Banda Aceh. Bagi Smampat, julukan SMAN 4 Banda Aceh, ini jadi final perdana mereka. Khalif Akbar selaku pelatih berhasil menanamkan mental juara pada anak asuhnya. Hal tersebut terbilang wajar mengingat Khalif pernah bermain di laga final NBL Indonesia.

Sebelum melatih SMAN 4 Banda Aceh, Khalif adalah pebasket profesional di NBL Indonesia (sekarang IBL). Ia menggapai puncak karir basketnya saat membawa Aspac Jakarta, kini Stapac Jakarta, mengalahkan Pelita Jaya di laga puncak musim 2011-2012. Kala itu, Khalif bermain bersama Xaverius Prawiro, Oki Wira Sanjaya, hingga Muhammad Isman Thoyib.

Musim berikutnya, Khalif memutuskan hijrah ke JNE BSC Bandung Utama. Meski begitu, Ia gagal mengulang kenangan manis bersama Aspac Jakarta. Akhir musim 2014-2015, Khalif Akbar memutuskan pensiun dari hingar bingar basket nasional. “Saya ingin fokus ke pendidikan lalu pulang ke Banda Aceh,” ujar Khalif kepada Mainbasket via telepon siang ini (3/8). Sesampainya di Banda Aceh, ia membuka usaha jasa pencucian kendaraan serta karpet.

Khalif Akbar (empat dari kanan) berfoto dengan squad Aspac Jakarta di laga puncak NBL Indonesia 2012-2013.

 

Sebagai pemuda asli Serambi Mekkah, ia ternyata memendam hasrat mengembangkan basket di kampung halamannya. Niat mulianya terealisasi setelah ia menjabat sebagai pelatih basket SMAN 4 Banda Aceh di awal 2016.

Ada beberapa hal yang membuatnya kembali terjun ke olahraga yang membesarkan namanya itu. “Anak-anak muda di sini belum menjadikan basket sebagai olahraga favorit. Padahal saya melihat banyak bakat potensial yang layak bertanding di level nasional. Mereka pun punya mental kuat untuk berlatih,” katanya. 

Ia juga menyentil pemerintah setempat terkait pengadaan sarana khusus untuk bermain basket. “Di sini memang disediakan sarana olahraga. Namun kami harus berbagi dengan cabor lain bila ingin menggunakannya,” sebut mantan pemain bernomor 18 itu.

 

“Atmosfer basket di sini sangat berbeda dengan kota-kota besar di Jawa. Fundamental bermain basket masih jadi materi dominan untuk disampaikan. Ketika mereka punya dasar yang bagus, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan banyak gaya permainan basket pada level yang lebih tinggi,” ceritanya. 

Tahun 2017, ia gagal memberikan juara Honda DBL Aceh Series pada SMAN 4 Banda Aceh. Namun ia terpilih untuk ikut dalam Honda DBL Camp. Program pemusatan latihan basket itu memberi banyak manfaat serta pengalaman yang ia butuhkan. “Saya belajar banyak di sana. Sepulang dari (Honda DBL) Camp, saya langsung menyampaikannya ke anak-anak. Kita buat program latihan yang terinspirasi dari sana,” pungkas pria 30 tahun itu.

Hasilnya terlihat nyata tahun ini. Khalif berhasil membawa anak asuhnya menginjakkan kaki di laga puncak. Hanya saja, "Smampat" harus berjumpa dengan tim kuat lainnya. SMA Methodist Banda Aceh selaku juara bertahan sudah menunggu mereka. Meski demikian, Khalif tetap optimis akan merengkuh gelar juara Honda DBL Aceh Series 2018 sekaligus gelar pertamanya untuk Smampat.

Di ujung obrolan, ia mengutarakan harapannya pada anak-anak muda basket Tanah Rencong agar lebih mencintai olahraga yang juga ia cintai. “Semoga mereka juga mencintai basket serta lebih bersemangat dalam berkompetisi. Di sini banyak bibit yang siap tumbuh dan besar. Karakter mereka pun tangguh,” tutupnya.

Foto: Dok. NBL Indonesia

Komentar