Cleveland Cavaliers (Cavs) dua tahun ini selalu menyajikan drama yang menarik pada jeda antarmusim (off season). Musim lalu secara mengejutkan Kyrie Irving memaksa pihak manajemen untuk melakukan pertukaran (trade) terhadap dirinya. Ia ingin menjadi sosok nomor satu, tak mau lagi berada di bawah bayang-bayang sosok Sang Raja LeBron James. Alhasil keinginannya terkabul, Irving pergi menuju Boston Celtics dan sempat menunjukkan kemampuannya sebagai sosok nomor satu di Celtics. Namun sayang cedera menghentikan lajunya dan namanya cukup meredup setelahnya.

Musim ini secara luar biasa LeBron James mampu membawa Cavs seorang diri hingga menantang kembali Golden States Warriors. Namun sesuai dugaan, dengan skuat yang ala kadarnya, Cavs disapu bersih Warriors. Dampaknya adalah kepergian sang pemain terbaik menuju Los Angeles Lakers untuk mencari peluang yang lebih baik. Kepergian yang tidak terlalu mengejutkan dan dapat dimaklumi. Pendukung Cavs juga menerima secara legowo tanpa ada bakar jersey seperti kepergian James yang pertama kali. 

Banyak orang yang memprediksi bahwa Cavs akan melakukan pembangunan kekuatan ulang (rebuild) besar-besaran seperti kepindahan James pertama kali. Nama-nama pemain lama dirumorkan masuk daftar pemain yang tersedia untuk trade. Nama seperti Kevin Love, Kyle Korver dan Tristan Thompson dikabarkan masuk dalam daftar tersebut.

Namun hal itu tampaknya urung terjadi. Setidaknya pada musim ini. Cavs secara mengejutkan memberi perpanjangan kontrak pada Kevin Love sebesar 120 juta dollar untuk jangka empat tahun. Keputusan Dan Gilbert ini mengindikasikan bahwa Cavs akan mencoba bersaing dengan sisa skuat yang ada.

Skuat Cavs musim depan akan diisi oleh campuran pemain muda seperti Colin Sexton, Cedi Osman dan Larry Nance ditambah dengan veteran sarat pengalaman seperti Love, George Hill, J.R. Smith dan Tristan Thompson. Dari susunan pemain yang ada, sepertinya Kevin Love akan menjadi sosok utama dalam skema permainan Cavs musim depan. Manajemen Cavs seolah berupaya membangkitkan kembali permainan Love seperti saat berseragam Timberwolves pada 2013-2014 lalu. 

Menjadi andalan utama dalam tim, Love berhasil menjawab dengan statistik yang luar biasa. Pada musim tersebut ia berhasil meraih rata-rata 26,1 poin, 12,5 rebound dan 4,4 asis. Catatan tersebut merupakan standar yang luar biasa untuk ukuran bigman di NBA. Saat itu Love bermain sebagai forwarda posisi empat tradisional. Ia bermain di bawah ring melakukan rebound, hook shot, post up atau pun midrange shoot dan sesekali keluar wilayahnya untuk melakukan tembakan tripoin.

Bila Love berhasil kembali menyamai raihan tersebut, setidaknya Cavs akan mampu bersaing untuk lolos ke playoff wilayah timur yang minim persaingan. Keberadaan ruki (rookie) Colin Sexton yang tampil menjanjikan pada Las Vegas Summer League kemarin sedikit menambah asa bagi Cavs untuk menatap musim esok sedikit lebih cerah setelah kepergian James. 

Namun, kesuksesan membangkitan kembali Kevin Love 2013-2014 tidak bisa diraih dengan hanya sekadar menjadikannya sebagai opsi utama penyerangan. Pekerjaan rumah besar menanti staf kepelatihan Cleveland Cavaliers untuk mengembalikan kemampuan rebound dan aksi di bawah ring Kevin Love. Bagaimanapun empat musim terakhir, Love dipaksa ditarik untuk berdiri di belakang garis tripoin sebagai pemain catch and shoot. Skema ini pada akhirnya akan mengubah gaya bermain Love dan kemampuannya sebagai post up shooter.

Selain itu, pemain yang telah tampil enam kali pada ajang all stars ini punya riwayat cedera yang mengkhawatirkan. Struktur tulang belakangnya sudah pernah dihantam cedera parah. Hal yang sama juga terjadi pada lututnya. Lalu entah kenapa, tiap tahun selalu ada tulangnya yang mengalami keretakan. Bila Love harus menepi dari lapangan karena cedera, Cavs akan berubah menjadi tim penghibur di wilayah timur dengan berisikan skuat Summer League dan veteran-veteran yang kehilangan permainan terbaiknya.

Kontrak yang ditawarkan manajemen Cavs juga mempunyai risiko yang besar. Bagaimana mungkin, pemain yang memiliki banyak riwayat cedera, akan memasuki usia kepala tiga, sudah tidak pernah lagi memainkan skema terbaik yang ia kuasai selama empat tahun namun akan dibayar sebesar 30 juta dollar per musim selama lima tahun ke depan? Layakkah uang sebesar itu diinvestasikan pada Kevin Love?

Kontrak tersebut juga akan sulit untuk di-trade dengan pemain lain. Rasa-rasanya pasar untuk Love tidaklah besar. Belum lagi dengan gaji yang sebesar itu. Akan banyak tim yang merasa ragu untuk menukarkan pemain atau kesempatan memilihnya (NBA Draft pick) untuk seorang Kevin Love. Ya meski kepindahan Blake Griffin ke Detroit Pistons sedikit memunculkan harapan bahwa akan selalu ada pasar yang meminati pemain kaliber All Star yang diragukan performanya.

Cavs juga diberitakan menjadikan Larry Nance sebagai prioritas utama perpanjangan kontrak berikutnya. Bila kontrak tersebut disepakati kedua belah pihak maka ruang pengeluaran (cap space) yang Cavs miliki akan semakin menyempit. Hal ini berujung pada semakin sedikitnya uang yang bisa mereka tawarkan kepada para free agent 2019 nanti. Selain itu, Ohio bukanlah daerah yang menjanjikan bagi seorang bintang untuk melanjutkan karirnya. Ditambah lagi tidak adanya sosok All Stars lain yang menggaransi Cavs sebagai tim pesaing meraih juara akan semakin memperkecil nilai jual Cavs.

Bila sudah begini, kita cuma bisa meraba-raba keputusan Cavs memberikan perpanjangan kontrak pada Love. Apakah keputusan tersebut berujung kembalinya performa Kevin Love 2013-2014 atau justru semakin membuat Cavs jatuh ke dalam lubang yang dalam tanpa keberadaan pemain bintang dan terlilit dalam kontrak-kontrak buruk merugikan.(*)

Foto: nba.com 

Komentar