Sejak ditinggal pergi LeBron James musim 2014-2015, Heat mencoba melahirkan bintang baru. Seiring dengan kepergian Dwyane Wade di pasar pemain bebas dan Chris Bosh yang harus menepi karena masalah kesehatan, Heat menaruh harapan mereka pada Hassan Whiteside.
Whiteside kala itu muncul dari NBA D-League (sekarang GLeague). Pemain yang kini berusia 29 tahun tersebut tampil dengan persona senter kuno, kuat di area kunci baik saat menyerang ataupun bertahan. Musim pertama ia lewati dengan rataan 11,8 poin, 10,0 rebound, dan 2,6 blok per laga. Akurasinya 62,8 persen dan sama sekali tidak mencoba mencetak angka di luar garis tripoin. Semusim berselang angkanya semakin membaik dengan 14,2 poin, 11,8 rebound, dan 3,7 blok per laga. Performa tersebut langsung diganjar kontrak baru oleh Heat dengan nilai AS$98 juta selama empat musim.
Seiring kontrak baru, Whiteside mendapatkan porsi menit bermain yang lebih banyak. Musim 2016-2017 menjadi musim pertamanya bermain lebih dari 30 menit per laga, angka tepatnya adalah 32,6 menit. Dari kesempatan tersebut, ia memberi sumbangsih 17,0 poin, 14,1 rebound, dan 2,1 blok per laga.
Akan tetapi, masa bulan madu Whiteside dan Heat seolah menemui akhir pada musim 2017-2018. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan tim-tim NBA ditambah dengan tuntutan bermain cepat dan mengandalkan tembakan tripoin, keberadaan Whiteside mulai dipertanyakan. Puncaknya terjadi di babak playoff, menit bermain Whiteside tergerus habis. Meski selalu bermain sebagai pemain utama (starter) Whiteside rata-rata hanya bermain selama 15,4 menit per laga.
Dalam prosesnya, Miami Herald mengabarkan bahwa Heat membuka lebar pintu pertukaran bagi sang bintang. Sayangnya, sumber yang sama juga mengabarkan bahwa hingga kini tidak ada satupun tawaran yang masuk untuk Whiteside. Kesulitan ini diyakini disebabkan kontrak tinggi Whiteside yang tersisa. Masih ada AS$51,5 juta hak Whiteside hingga dua musim ke depan, tim yang ingin memakai jasanya, harus menanggung itu.
Menarik menunggu kelanjutan Whiteside dan Heat bila akhirnya sang pemain bertahan. Akankah keduanya menemukan jalan tengah terbaik untuk memfasilitasi permainanan baik Whiteside ataupun Heat demi prestasi yang lebih baik atau justru bertahan dengan prinsip masing-masing.
Foto: NBA