Dominasi sepatu basket dari luar negeri memang tidak bisa dibendung. Pengembangan teknologi yang dilakukan Nike, adidas, Under Armour, dan yang terbaru Puma menjanjikan sepatu yang layak dipakai berkompetisi. Meski begitu, Anindya “Dino” Putra tidak ragu menggunakan sepatu basket buatan anak negeri saat melakoni Pacific Caesar 50th Annviersary Pro Basketball Tournament. Dalam turnamen itu, ia bertanding menggunakan DBL Ardilles AZA 5.
“Sudah empat bulan saya memakainya. Nyaman-nyaman saja. Terkadang saya memakai Nike Zoom Kobe 11 sebagai selingan,” ujar pebasket bernomor seragam 93 itu. Meski memiliki sepatu basket lain untuk bertanding, Dino hanya menggunakan sepatu berwarna hitam-kuning itu sepanjang turnamen 50 tahun Pacific Caesar itu.
Bagian paling ia sukai adalah sol. Ia berpendapat bahwa sepatu hasil kolaborasi DBL Indonesia dan Ardilles itu punya sol bawah yang nyaman. Meski begitu, Dino punya cara tersendiri untuk menemukan kenyamanan ekstra yang ia cari. “Sol bawahnya empuk, sih. Namun, saya perlu menambahkan sol Nike Kobe untuk menemukan racikan ternyaman,” ujarnya.
Untuk menunjang performanya di lapangan, ia sudah menyiapkan lima sepatu sebagai amunisi bertanding. Menurutnya, sepatu basket terbaik adalah yang memiliki tinggi diatas mata kaki. “Sepatu yang lebih tinggi dari mata kaki membantu kita menghindari cedera pergelangan kaki,” katanya. Pernyataan itu bisa jadi bocoran sepatu yang akan dimiliki selanjutnya.
Dino jadi andalan Pelatih Kencana Wukir dalam bertanding memperebutkan peringkat tiga di ajang Pacific Caesar 50th Anniversary Pro Basketball Tournament. Ia bermain hampir sepanjang laga. Walau begitu, ia dan rekan harus menelan pil pahit setelah gagal menyamakan kedudukan di babak perpanjangan waktu (overtime). Pacific Caesar harus melepas gelar juara tiga kepada Stapac Jakarta dengan skor 78-81. “Kami sudah bermain semaksimal mungkin. Kami tertinggal di awal dan berhasil membalikkan keadaan. Perjuangan kami sungguh luar biasa,” pungkas Dino.
Foto: Alexander Anggriawan