BBM Vikings Warriors tampak serius memilih pemain mereka di Pacific Caesar 50th Anniversary Pro Tournament. Mereka tidak hanya menggunakan dua pemain asing, tetapi juga bekas pemain nasional. Salah satunya Andrie Ekayana yang baru pensiun dua bulan lalu.

Yayan—sapaan akrabnya—terakhir kali bermain untuk Pelita Jaya Basketball Club. Ia sempat tampil di final IBL musim lalu melawan Satria Muda Pertamina Jakarta. Sayang, ia tidak bisa menutup karirnya dengan gelar juara karena Satria Muda merebutnya dalam drama tiga pertandingan.

Yayan pun pensiun tanpa gelar utama di kompetisi tersebut.

Kini, setelah menjalani masa pensiun selama dua bulan, Yayan memiliki peran baru sebagai seorang pelatih. Ia memutuskan terjun ke pembinaan karena merasa ilmu dan pengalamannya harus diturunkan.

Mainbasket berkesempatan berbincang dengan Yayan setelah BBM menghadapi Pacific Caesar Surabaya di GOR Pacific Caesar, Surabaya, Jawa Timur, Minggu 9 Juli 2018. Kami bebicara mengenai kegiatannya pascapensiun dan rencana masa depannya.     

Apa kabar, Mas Yayan?

Baik, alhamdulilah

Mas, setelah pensiun ada kegiatan apa saja, nih?

Melatih.

Di mana?

Bima Sakti Academy. Melatih KU-14 sama 15. Terus rencananya nanti melatih di salah satu sekolah internasional di Surabaya.

Sekolah apa?

Belum pasti, sih, cuma sudah ada komitmen dengan...sebutkan jangan?

Kalau memang tidak keberatan, silakan.

Singapore International Academy.

Oh gitu. Kok tertarik melatih anak-anak?

Apa yang bisa saya berikan kembali ke dunia bola basket Indonesia kalau bukan ilmu. Karena saya hampir mendapatkan segalanya selama 18 tahun terakhir ini dari bola basket.

Contohnya?

Dari basket itu sendiri pasti, ya, ilmu basketnya. Penghasilan yang bagus, ya, kan? Pengalaman hidup yang luar biasa. Bertemu banyak orang. Saya mendapat respect dari orang karena kemampuan basket saya, selain karena kepribadian saya.

Maksudnya, orang mengenal saya karena kemampuan saya di lapangan, baru kepribadiannya sehingga dari sana muncul respect.

Kan, begitu. Itu penting.

Nah, berbicara pembinaan, apa yang paling penting untuk diajarkan?

Secara teknik, fundamental itu paling penting. Saya melihat banyak pelatih tidak sabar. Instan ingin menang tanpa membenarkan fundamental pemainnya. Jadi, mereka memanfaatkan skill pemain saja.

Memang tidak salah, tetapi di level junior, menurut saya, harusnya sedikit bersabar untuk membenahi fundamental dulu baru hasil.

Artinya, secara ringkas filosofi Mas Yayan dalam melatih ini apa?

Itu tadi, ditambah pembentukan karakter. Saya selalu menekankan kepada pemain-pemain saya bahwa attitude itu paling atas. Kalau ada bagannya, attitude itu paling atas. Lalu, dibagi dua; ada fisik dan teknik. Teknik ada lagi; offense-defense dan segala macamnya. Fisiknya dibagi lagi, tapi yang paling atas tetap attitude.

Memang sejauh apa attitude mempengaruhi seorang pemain, baik di dalam maupun di luar lapangan, karena bagaimanapun kehidupan ini tidak bisa dipisahkan?

Terutama di dalam lapangan, sih. Kadang pelatih punya filosofi permainan yang beda-beda; ada yang suka cepat, ada yang lambat. Ada pemain yang terpakai oleh pelatih A, ternyata di pelatih B tidak terpakai.

Sebenarnya dia kadang tidak terpakai karena tidak mau belajar sesuatu yang baru. Itu bagian dari attitude, dan dia kemudian—istilahnya—jadi melakukan sesuatu yang tidak bagus di tim karena ketidakpuasannya sendiri.

Itu contoh yang sering saya lihat. Jadi, akhirnya dia menyalahkan pelatih. Menyebut pelatihnya bego, pelatihnya ini, pelatihnya itu.

Itu yang saya tidak mau. Saya tekankan kepada pemain muda untuk selalu mau belajar sesuatu yang baru.

Pelatih itu seperti selera; seperti koki. Ada yang suka pedas, ada yang tidak. Sama seperti pemain, kadang ada yang terpakai oleh pelatih A tapi tidak terpakai oleh pelatih B. Harus siap menghadapi hal yang seperti itu dengan belajar.

Selain melatih ada pekerjaan lain, Mas?

Kalau usaha, sih, ada beberapa. Saya mulai belajar usaha properti seperti jual tanah, bangun rumah. Cuma skalanya masih amatirlah. Paling cuma 2-3 kavling.

Oke. Setelah pensiun ini ada target apa lagi yang ingin dicapai?

Karena saya baru pensiun—baru dua bulan—pandangan ke depan belum terlalu banyak pikiran. Apa yang sudah saya mulai kemarin, saya kerjakan dulu sekarang.

Menikmati dulu masa pensiun yang baru dua bulan?

Iya, karena keputusan saya pensiun kemarin prioritasnya, kan, ingin lebih sering di rumah untuk anak saya. Selama sembilan tahun ini bertemu anak-anak saya di weekend saja, kan, tidak enak.

Saya ingin memberikan pendidikan dan perhatian ke anak saya lebih maksimal.

Foto: Alexander Anggriawan

Komentar