Berbicara Surabaya Fever, selalu identik dengan dominasi. Terakhir menderita kekalahan pada musim 2013-2014, Fever masih belum lelah meraih kemenangan demi kemenangan. Dalam prosesnya, kedalaman skuat yang dimiliki Fever disebut-sebut sebagai salah satu kunci keberhasilan mereka mendominasi basket perempuan Indonesia.
Annisa Widyarni menjadi salah satu pemain yang menjadi bagian dominasi ini. Bergabung dengan Fever sejak musim 2014-2015, pemain yang akrab disapa Awe ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Jebolan DBL All Stars 2012 ini bahkan sempat masuk dalam seleksi tim nasional Indonesia tahun ini.
Dalam rangka bulan puasa, Mainbasket sempat berbincang santai dengan Awe. Melalui saluran telepon, perempuan yang berulang tahun tiap 7 Juli ini menjawab beberapa pertanyaan dengan ceria.
Halo, Awe, apa kabar?
Baik, alhamdulillah.
Liga sedang masa jeda, lagi sibuk apa, Awe?
Sibuk kuliah aja, nih, sama latihan di kampus.
Oh, masih main buat kampus, ya?
Masih, masih, masih punya jatah sekali lagi di Liga Mahasiswa.
Tapi, bukannya Awe sudah lulus?
Iya, aku sudah lulus S1, sekarang statusnya mahasiswi S2.
Jurusan apa sekarang S2?
Media dan Komunikasi, S1-nya kemarin Hubungan Internasional.
Mengapa kepikiran ambil S2?
Alasan utamanya karena masih ingin main basket di kampus. Aku, kan, lulus lebih cepat dari jadwalnya, jadi masih punya jatah sekali lagi main di Liga Mahasiswa. Daripada tidak ada kegiatan jadi lanjut kuliah saja.
Emang sebegitu cintanya sama basket?
Gimana ya, kalau dibilang cinta, sih, cinta banget. Sampai jomblo aja karena basket, hahaha. Saya seperti sudah terikat dengan olahraga ini. Kalau kata orang “basket is my life” itu beneran terjadi sama aku.
Bagaimana sejauh ini kuliah barunya?
Menyenangkan. Aku suka materinya, sejauh ini aku menikmati kuliahnya. Komunikasi ternyata luas sekali dan saya juga tertarik untuk belajar terus. Tiap kelas pasti ada hal-hal baru yang bikin aku penasaran.
Ngobrol tentang bulan puasa. Awe bukan asli Surabaya, ya? Sejauh ini sudah berapa lama puasa di Surabaya?
Iya nih, aku lahir dan besarnya di Tangerang. Sudah hampir lima tahun ini puasa di Surabaya terus. Sebenarnya ingin, sih, pulang ke rumah, tapi kebetulan Ujian Akhir Semester (UAS) di Universitas Airlangga selalu bareng puasa, jadi di sini terus deh.
Apa suka-dukanya puasa jauh dari rumah?
Adaptasinya banyak, sih. Kalau di rumah, sahur dan buka puasa selalu udah disiapin sama Mama. Paling kerasa di sahur sih, kalau di sini harus nyiapin sendiri, mikir mau makan apa gitu. Mandiri karena keadaan deh.
Ada perbedaan budaya puasa di Surabaya dan Tangerang?
Sama saja sejauh ini. Mungkin salah satu yang terasa berbeda karena di Surabaya Fever yang puasa tidak banyak. Tapi beruntungnya, teman-teman di Fever saling menghormati satu sama lain.
Kalau ngabuburit, biasanya ke mana di Surabaya?
Biasanya naik sepeda keliling komplek mes Fever saja. Main ke mal, sama biasanya keliling aja cari menu takjil dan berbuka.
Ada rencana mudik?
Jelas kalau mudik. Aku H-7 kemarin sudah balik ke Tangerang kok, sudah kangen banget sama rumah. Ketemu orang tua dan adik, sahur dan buka bareng, senang deh pokoknya. Mudik itu kebahagiaan tersendiri bagi anak rantau.
Oke, terima kasih sudah mau berbincang Awe.
Sama-sama, sekalian deh aku mau bilang selamat idulfitri, mohon maaf lahir dan batin.
Foto: Alexander Anggriawan