Fakta bahwa tim 3x3 putri Indonesia yang diperkuat Lea Kahol, Regita Pramesti, Christie Rumambi dan Ayu Sriartha, yang mengalami tiga kekalahan beruntun di ajang Pro Tournament Chengdu Challenger 2018, merupakan hal yang sudah terprediksi banyak pihak, bahkan oleh masyarakat awam sekalipun, dan sebenarnya tidak mengejutkan. Selain itu hasil tersebut seharusnya tidak mengecewakan karena selain sudah terprediksi, namun yang terpenting adalah para atlet telah berjuang habis-habisan “memberikan yang terbaik” sesuai dengan hasil dari proses program latihan yang diberikan selama pemusatan latihan dan strategi yang diberikan oleh pelatih. Lain halnya bila ternyata para atlet bermain dengan setengah hati dan tampak ogah-ogahan, maka kita sebagai masyarakat awam dan pendukung basket Indonesia akan merasa kecewa.

Daripada meratapi kekalahan dan menunjuk-nunjuk kambing hitam yang tidak akan ada habisnya (bukankan masyarakat awam telah terbiasa dengan berita kekalahan timnas basket Indonesia?), akan lebih bermanfaat bila kita membahas hal-hal yang dapat dikoreksi selama proses pertandingan tersebut, sehingga dapat bermanfaat untuk kemajuan atlet-atlet basket Indonesia di masa yang akan datang (mungkin belum bermanfaat untuk masa sekarang).

Komposisi

Komposisi tim 3x3 putri Indonesia pada kompetisi tersebut terdiri dari 1 pembawa bola (Pramesti), 1 penembak (Rumambi), 1 pemain area dalam yang lebih dominan sebagai pelindung area dalam (Kahol) dan yang tidak terlalu dominan sebagai pelindung area dalam tapi memiliki jangkauan area yang lebih luas (Sriartha). Berikut ini merupakan pembahasan secara singkat dan sederhana mengenai kelebihan dan kekurangan pada setiap atlet, yang dapat terlihat dari mata awam sekalipun pada kompetisi 3x3 di Chengdu 2018:

Regita Pramesti     

Pada kompetisi tersebut Pramesti yang bertubuh kecil merupakan pembawa bola utama dengan keterampilan lantun (dribble) dan gerakan pertahanan perimeter yang terbaik, dan memiliki mobilitas yang tertinggi di dalam tim. Kemampuan tembakan jarak jauh atlet ini pun sebenarnya cukup baik, namun hanya sebatas di sesi latihan saja, dan masih belum dibuktikan pada pertandingan internasional.

Kelemahan utama yang ditunjukkan pada kompetisi tersebut adalah visi permainan sebagai pembawa bola yang tidak menyambung dengan rekan lainnya, sehingga alur serangan timnas menjadi kurang dinamis dan terjadi banyak kesalahan memberikan operan maupun menerima operan.

*Atlet ini merupakan prospek OBH/SBH/ yang sangat menjanjikan untuk timnas 3x3 maupun senior di masa yang akan datang.

Christie Rumambi

Pada kompetisi tersebut Rumambi merupakan penembak jarak jauh utama, dan memiliki koordinasi pertukaran jaga area perimeter yang lebih baik dari garda lainnya. Namun peran Rumambi sebagai penembak utama kurang dioptimalkan dengan rendahnya mobilitas pergerakan tanpa bola untuk menciptakan ruang tembak. Selain itu Rumambi sebagai penembak utama seharusnya memiliki pertahanan perimeter yang terbaik di dalam timnya, yang masih belum ditunjukkan pada kompetisi tersebut.

Kelemahan utama yang ditunjukkan pada kompetisi tersebut adalah kurangnya keterampilan kontrol lantun dan wawasan alur terobosan, yang menghasilkan banyak kesalahan dan memberikan kesempatan menyerang bagi lawan. Hal yang dapat ditingkatkan atlet ini adalah kemampuan tembakan jarak jauh dengan lokasi-lokasi yang spesifik, pergerakan tanpa bola untuk menciptakan peluang di area yang spesifik tersebut, dan kemampuan pertahanan perimeter untuk mengantisipasi penembak utama maupun pembawa bola lawan.

*Atlet ini merupakan pemain sayap yang dapat dikembangkan menjadi 3D dan apabila kemampuan fisik dasar, kemampuan tembakan jarak jauh yang spesifik, dan pertahanan perimeternya dapat ditingkatkan, maka atlet ini dapat menjadi salah satu pilihan 3D untuk timnas di masa yang akan datang.

Ayu Sriartha

Pada kompetisi tersebut atlet ini dapat disebut sebagai pemain area dalam dengan keterampilan dasar yang cukup baik, serta memiliki penyerangan dengan mobilitas yang lebih tinggi dan jangkauan area yang lebih luas daripada pemain area dalam lainnya. Selain itu sebagai pemain area dalam, koordinasi pertahanan perimeter yang ditunjukkan atlet ini cukup baik.

Kelemahan utama yang ditunjukkan pada kompetisi tersebut adalah kurangnya atletisitas dan agresifitas sebagai pemain dalam, baik saat menyerang maupun bertahan. Hal yang perlu ditingkatkan selain atletisitas dan agresivitas adalah kemampuan tembakan jarak menengah dan tembakan tiga angka di area yang spesifik, sehingga dapat memperbanyak pilihan serangan pada strategi pertembokan.

*Atlet ini merupakan prospek rebounder yang dapat dikembangkan menjadi 3R atau SR yang cukup menjanjikan untuk timnas 3x3 maupun senior di masa yang akan datang.

Lea Kahol

Atlet ini merupakan pemain utama untuk di area dalam dengan kelebihan pada kekuatan dan agresivitas untuk mendukung pertahanan dan serangan area dalam. Selain dari dua hal tersebut, atlet ini belum memiliki keterampilan dasar yang cukup memadai termasuk melantun, operan, serta tembakan jarak menengah dan jauh, serta rendahnya mobilitas pergerakan dengan bola karena ketermpilan dasar lantun yang belum memadai tersebut.

Selain dari kelemahan pada keterampilan dasar tersebut, atlet ini perlu meningkatkan koordinasi gerakan kaki untuk pertahanan perimeter, serta perlu meningkatkan wawasan dan komunikasi pertahanan karena posisinya yang sangat vital sebagai penjaga area dalam yang harus berkoordinasi dengan rekan-rekannya di area luar.

*Atlet ini merupakan prospek SPP yang masih kasar dan sangat menjanjikan untuk timnas 3x3 maupun senior di masa yang akan datang bila pengembangannya dikontrol dengan baik.

 

Masalah Dalam Permainan

Berikut ini merupakan masalah-masalah umum yang dialami oleh timnas 3x3 pada kompetisi tersebut, yang dapat terlihat oleh kaca mata awam:

Kurangnya Komunikasi dan Koordinasi (K&K) Pertahanan

Komunikasi dan koordinasi pertahanan merupakan masalah utama pada tim secara keseluruhan. Salah satu contohnya adalah K&K pertukaran lawan jaga, di mana sering kurang tersampaikannya komunikasi dua atlet yang hendak melakukan pertukaran jaga atau hanya sekadar melakukan jaga bantu untuk mengantisipasi strategi tembok dari lawan, sehingga mengakibatkan lepasnya penjagaan pada salah satu penyerang. Bahkan terdapat suatu kejadian di mana salah satu atlet mengejar bola sampai ke sisi lapangan yang di seberang dan melepaskan lawan jaganya tanpa berkomunikasi dengan rekannya, sehingga rekannya harus bergerak sangat jauh untuk menggantikan penjagaannya.

Sistem Serangan yang Tidak Konsisten dan Kurang Terkoordinasi

Timnas 3x3 masih belum memiliki pola serangan yang konsisten dan terkoordinasi. Beberapa saat yang singkat masih terlihat serangan yang memanfatkan strategi tembok dan gerakan-gerakan memotong yang tampak bagus, namun sebagian besar waktunya dilakukan dengan permainan satu lawan satu yang asal berusaha menerobos dan menembak dengan pemain tanpa bola lainnya yang statis. Hal tersebut disebabkan tidak adanya pemimpin yang jelas di dalam lapangan, yang berperan untuk memegang kendali penyerangan ketika alur dan tempo serangan mulai tidak beraturan. Pramesti sebagai pembawa bola utama atau Kahol sebagai pemain besar utama diharapkan dapat berperan sebagai pemimpin yang mengatur tempo, menjadi titik awal alur serangan, dan fasilitator.

Tidak Meratanya Wawasan Bermain di Antara Para Pemain

Dalam pertandingan tersebut sangat sering terlihat operan-operan yang tidak menyambung satu sama lain. Beberapa kali terlihat operan ke dalam pada awal serangan yang diberikan pada atlet yang belum siap atau bahkan memberikan operan yang tidak sesuai dengan jalur pergerakan rekannya. Selain dari masalah komunikasi dan koordinasi, hal-hal tersebut juga disebabkan tidak meratanya wawasan para atlet (apa yang dipikirkan oleh atlet yang satu tidak sama dengan atlet yang lain).

Contoh lain yang telihat adalah tidak meratanya wawasan pertukaran jaga, misalnya membedakan situasi yang harus melakukan pertukaran jaga dengan yang tidak membutuhkan pertukaran jaga, dan bagaimanakah pergerakan lanjutan saat terjadi pertukaran jaga. Sangat sering terlihat terdapat atlet yang terus-menerus melakukan pertukaran jaga dalam situasi apapun, sehingga membebaskan lawan jaga yang seharusnya menjadi tugasnya.

Perbedaan wawasan konsep serangan juga terlihat pada saat menyerang, di mana terlihat beberapa kali atlet yang menguasai bola tampak frustasi karena pergerakan rekannya yang tidak sesuai dengan visinya, dan terlihat pula atlet yang menguasai bola tampak kebingungan pada situasi tertentu, sehingga penyerangan diakhiri dengan upaya 1 lawan 1 yang memaksa menerobos atau menembak dalam situasi yang tidak ideal.

Kurangnya Keterampilan Dasar

Kelemahan keterampilan dasar yang terlihat jelas pada kompetisi tersebut adalah operan, yaitu cara melakukan operan, cara melepaskan diri untuk menerima operan dan sikap tubuh yang siap untuk menerima operan. Terlihat beberapa kali pemain garda pembawa bola yang seharusnya bisa menjadi fasilitator utama, malah melakukan kesalahan dasar operan dan garda penembak utama yang sering terlihat gagal melepaskan diri dan melakukan gerakan menerima operan yang efisien untuk langsung melakukan tembakan. Hal yang paling memprihatinkan adalan pemain besar utama, yang berperan menjadi rebounder utama dan mengalirkan bola keluar, ternyata sangat jarang terlihat melakukan gerakan operan dasar yang benar, yang seharusnya telah dikuasai oleh atlet tingkat sekolah.

Kelemahan keterampilan dasar lainnnya yang sangat sering terlihat adalah kurangnya kontrol lantun pada pemain besar utama dan penembak utama, yang sering kali menjadi sasaran incaran lawan untuk merebut bola.

Bila dijabarkan lebih lanjut dan rinci, maka tulisan yang membahas mengenai timnas 3x3 pada kompetisi di Chengdu ini masih akan sangat panjang. Walau demikian dengan mengevaluasi dan melatih lebih lanjut kelemahan secara umum, yakni keterampilan dasar (lantun, operan, dan tembakan), komunikasi dan koordinasi pertahanan dan serangan, serta memeratakan wawasan setiap atlet dengan bersama-sama membaca playbook dan membahas video pertandingan untuk melihat penerapanannya, maka akan memperbesar peluang timnas 3x3 untuk meraih medali pada Asian Games 2018 mendatang.

 

Apakah Timnas 3x3 Putri Berpeluang Mendapat Medali Pada Asian Games 2018?

Bila melihat mulai diterapkannya pertahanan yang menggunakan pertukaran lawan jaga dan upaya serangan dengan pertembokan (walau masih sedikit) pada kompetisi di Chengdu yang lalu, maka timnas 3x3 putri sudah berada di jalur yang tepat dalam upaya meraih medali di Asian Games mendatang. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat bertanding adalah kekonsistenan dalam menjalankan/menerapkan strategi tersebut dan terus mencoba hingga sempurna walau dalam prosesnya terus-menerus mengalami kegagalan. Lebih baik gagal dengan permainan yang terencana daripada berusaha bermain asal-asalan (asal terobos dan asal menembak).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menentukan peran setiap atlet dalam permainan dan mengembangkan secara spesifik keterampilan dan kemampuan fisik yang dibutuhkan sesuai dengan peran tersebut.

Sebagai contoh adalah Pramesti sebagai pembawa bola yang terbaik di tim 3x3 ini lebih mengembangkan keterampilan lantun dan operan lebih mendalam, keterampilan mengatur dan memanfaatkan tembok, serta eksekusi tembakan yang memanfaatkan tembok (shooting off the dribble), meningkatkan kemampuan akselerasi lari dan deselerasi untuk mendukung terobosan, kekuatan untuk gerakan lateral, dan seterusnya.

Rumambi sebagai penembak utama harus diberikan peluang menembak sebanyak-banyaknya pada strategi serangan, dan atlet ini harus mengembangkan kemampuan menembak tiga angka yang spesifik (di kedua sisi sudut atau sayap), meningkatkan mobilitas dan kemampuan memanfaatkan tembok untuk menciptakan peluang menembak di lokasi andalannya, dan meningkatkan kemampuan pertahanan perimeter.

Sriartha sebagai rebounder harus meningkatkan kemampuan fisik untuk menghadapi lawan yang berukuran besar, menambah wawasan dan berlatih untuk menjadi fasilitator, dan melatih tembakan jarak menengah dan jauh untuk menjadi alternatif tambahan target penembak.

Kahol sebagai pelindung area dalam utama, harus meningkatkan keterampilan dasar pada semua aspeknya, dan secara spesifik meningkatkan massa otot, kestabilan, dan kekuatannya untuk mendukung serangan dan pertahanan di area dalam, serta dilatih secara spesifik gerakan-gerakan pivot di area low post dan high post bersama dengan Sriartha.

Dengan proses latihan dan pemeliharaan atlet yang terencana sesuai keilmuan olahraga (diperhatikan pola makan, pola latihan, dan pola istirahatnya) dan dijalankan dengan disiplin oleh setiap atletnya dan jajaran pendukungnya, maka jangankan medali perunggu, bahkan medali emas pun dapat diraih oleh timnas 3x3 putri pada ajang Asian Games 2018. Selamat berjuang dan semoga tulisan yang singkat dan dangkal ini dapat bermanfaat bagi para atlet yang berjuang untuk #kasihyangterbaik untuk Indonesia.(*)

Foto: Alexander Anggriawan

Komentar