Andrie Ekayana Satya Santosa atau pemain yang kita kenal dengan nama panggilan Yayan memutuskan untuk pensiun dari basket profesional. Yayan mengakhiri karir profesional yang sudah dijalani selama 18 tahun. Yayan memulai karir di Bima Sakti, lalu pindah ke Aspac, CLS Knights, Hangtuah dan terakhir di Pelita Jaya.

Yayan mengunggah sepasang sepatu yang digantung pada story instagram pribadinya @5ekayana, Minggu, 27 Mei. Unggahan tersebut kemudian ditegaskan oleh rekannya, Adhi Pratama di kanal video blog miliknya. Adhi berbincang dengan Yayan terkait keputusan pemain senior tersebut.

Desas-desus Yayan pensiun sudah berhembus sejak tahun 2014 lalu. Tepatnya sebelum NBL Indonesia 2014-2015 dimulai. Kontrak Yayan dan CLS Knights berakhir. Ia sempat berpikir untuk pensiun, tetapi Hangtuah berhasil mendekatinya. Setelah mendapatkan restu dari sang istri, Yayan pun kembali tampil di liga profesional membela Hangtuah. Di musim perdananya bersama Hangtuah, Yayan mencetak sejarah sebagai pencetak triple-double pertama dalam lima musim NBL Indonesia.

Baca juga: Nyaris Pensiun, Hangtuah Beri Kenyamanan

Kabar Yayan pensiun kembali berhembus pasca-IBL 2017. Yayan yang sudah menyelesaikan kewajibannya di Hangtuah kembali menghilang hingga detik-detik terakhir liga dimulai. Namun ia kembali memberikan kejutan. Yayan menerima pinangan Pelita Jaya untuk tampil di IBL 2017-2018.

Kedekatannya dengan Direktur Teknik Pelita Jaya, Fictor Gideon Roring menjadi alasan kuat Yayan bergabung dengan klub ini. Yayan tidak bermain sejak seri pertama karena harus menjalani operasi cedera lututnya. Ia tampil di Seri V Surabaya, 21 Januari 2018.

Baca Juga: Urung Pensiun, Andrie Ekayana Lakoni Laga Debut Musim Ini

Yayan meniti karir basket di kota Malang, tepatnya di klub Bima Sakti. Sejak kecil, pemain kelahiran 31 Juli 1982 tersebut sudah ada di Bima Sakti. Di usia muda, Yayan sempat menjadi juara Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) 1998, lalu menjuarai Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) 1999. Kemudian ia membela Jawa Timur di PON 2000 Surabaya dan berhasil mempersembahkan medali emas.

Yayan tampil di Kobatama tahun 2000. Di tahun pertamanya, Yayan terpilih sebagai All-Star Kobatama. Kemudian, ia pindah ke Aspac tahun 2005 atau era IBL. Saat masih berbaju Bima Sakti, Yayan bisa meraih gelar All Defensive Team IBL 2005.

"Awal-awal bermain di Bima Sakti, dia (Yayan) punya percaya diri yang tinggi dalam mengolah bola. Memang dia diberi kebebasan itu. Dia itu tidak punya rasa takut dan kadang muncul gerakan-gerakan akrobatik," kata Denny Sartika, mantan pemain Bima Sakti. "Di Bima Sakti, dia kurang bisa bermain tim. Tetapi begitu pindah ke Aspac, dia bisa bermain bagus. Mungkin karena rekan-rekannya di Aspac waktu itu bagus."

Tahun 2010, Yayan direkrut CLS Knights. Tetapi ia tidak bisa tampil maksimal lantaran cedera lutut yang dideritanya. Masa penyembuhan yang memakan waktu lama, membuatnya absen hampir semusim. Tetapi setelah bisa diturunkan pada NBL Indonesia 2011-2012, ia langsung menjadi mesin poin CLS Knights.

"Yayan itu manis, ganteng, rajin beribadah, hobi kuliner dan penggemar Jordan," kata Dimaz Muharri, mantan pemain CLS Knights. "Kalau tentang bermain basket, dia itu pemain yang skill-full, smart, bertenaga dan bisa terbang. Kadang-kadang, Yayan itu pemain yang licik."

Yayan kemudian memilih pergi dari CLS Knights setelah kontraknya berakhir. Ia sempat memikirkan untuk pensiun. Tetapi Hangtuah berhasil merayu agar mengurungkan niatnya. Yayan pun membela Hangtuah selama tiga musim kompetisi yaitu di NBL Indonesia 2014-2015, IBL 2016 dan IBL 2017. Yayan mendapatkan penghargaan sebagai pemain ke-34 yang mencetak 1,000 poin di NBL Indonesia.

"Menurut saya, Mas Yayan itu sosok pemain yang pintar. Dia mau membagi semua pengetahuan basketnya untuk semua orang. Selama di Hangtuah dia bisa jadi senior sekaligus bisa diandalkan di lapangan," kata Mei Joni, yang pernah bermain besama di Hangtuah.

Pelabuhan terakhirnya sebagai pemain profesional adalah Pelita Jaya Basketball Club. Meski punya riwayat cedera dan usianya sudah berkepala tiga, tetapi manajemen Pelita Jaya tetap yakin untuk merekrutnya. Kepala Pelatih Johannis Winar saat itu mengatakan bahwa Yayan punya level permainan di atas rata-rata pemain muda, meski berusia diatas 30 tahun.

"Meski hanya bermain satu musim, dan itu tidak penuh, tapi Mas Yayan banyak memberikan masukan positif secara tim, maupun secara individu. Dia itu mentor yang baik untuk pemain muda di Pelita Jaya," ucap senter Pelita Jaya, Adhi Pratama Prasetyo Putra.

Selama berkarir di basket, Yayan sempat bermain untuk timnas Indonesia di SEA Games 2007 Thailand dan 2015 Singapura. Di dua ajang tersebut, Yayan mempersembahkan medali perak untuk Indonesia.

"Buat pemain muda, kalian harus punya standar. Jangan jadi pemain yang sombong. Belajarlah menjadi pemain yang rendah hati. Yang paling penting, jadilah pemain yang diinginkan oleh pelatih," pesan Yayan, seperti dikutip dari video di kanal youtube Adhi Pratama.

Foto: dokumen iblindonesia.com, nblindonesia.com dan mainbasket.com

Video: Youtube Channel Adhi Pratama

Komentar