Bukannya tanpa alasan bekas pelatih Slovenia yang sekarang menjabat sebagai kepala pelatih Phoenix Suns, Igor Kokoskov, menyebut Luka Doncic sebagai wunderkind. Dalam sebuah perbincangan dengan AZCentral.com, pelatih berusia 46 tahun tersebut menyebutkan alasannya memberi julukan tersebut.
“Doncic adalah calon bintang yang akan segera bersinar dengan talenta yang luar biasa. Kemampuannya memberi umpan adalah hal yang paling sulit diimbangi oleh pemain lain dan rasanya sangat sulit untuk diajarkan ke pemain-pemain lain. Untuk menjadi pengumpan ulung, Anda harus paham bagaimana permainan berjalan, dan Doncic paham betul atas hal itu. Semua itu karena ia memiliki IQ basket yang luar biasa. Dia unik dan spesial untuk bocah seusianya dapat memahami permainan dengan baik dan tahu bagaimana cara bekerja sebagai tim. Doncic tak selalu bermain sebagai garda utama (point guard), tapi dia selalu menjadi pengatur permainan yang bisa membuat rekan setimnya menjadi lebih baik,” ujar Kokoskov dalam wawancara tersebut pada 14 Mei lalu.
Doncic membuktikan segala ucapan bekas pelatihnya tersebut dalam babak Final Four EuroLeague 2018 yang digelar 18-20 Mei 2018 di Stark Arena, Belgrade, Serbia. Pada laga semifinal melawan CSKA Moscow, Doncic menunjukkan kapasitasnya dengan mencetak 18 poin, 7 rebound, dan 2 asis. Raihan 18 poin tersebut sejajar dengan Gustavo Ayon dan Trey Thompkins yang membuat ketiganya menjadi top skor bersama dalam kemenangan 92-83 Real Madrid.
Sehari setelahnya, Doncic dihadiahi gelar Most Valuable Player (MVP) atau pemain terbaik sepanjang musim reguler. Meski hanya menjadi pemain utama (starter) di 17 dari 33 laga, pemain berusia 19 tahun ini membuktikan kontribusinya dengan torehan rataan 16,03 poin per laga. Raihan tersebut menempatkannya sebagai pemain tersubur ketiga di EuroLeague di bawah Alexey Shved dan Nando De Colo. Keduanya adalah pemain yang pernah bermain di NBA.
Selain subur dalam mencetak angka, Doncic juga tercatat sebagai pemain kesembilan dengan rebound terbanyak (4,8), peringkat 11 dalam steal (1,1) dan 13 dalam asis (4,3). Di sisi lain, meski hanya 17 kali menjadi starter, ia tercatat sebagai pemain dengan rataan menit bermain terlama bagi Real Madrid dengan 25,5 menit per laga. Ada satu statistik lagi yang membuatnya meraih gelar ini, Performance Index Rating (PIR). PIR adalah statistik tingkat lanjut (advanced) yang digunakan untuk mengukur performa seorang pemain berdasarkan statistik keseluruhan mereka. Doncic tercatat memiliki PIR tertinggi di EuroLeague dengan 21,55 sementara Shved yang berada di urutan kedua hanya 20,38.
Dengan usia yang masih 19 tahun, gelar MVP tersebut membuat Doncic tercatat sebagai peraih gelar MVP termuda sepanjang sejarah EuroLeague yang sudah menghasilkan 13 peraih gelar MVP. Ia juga menjadi orang Slovenia pertama yang meraih gelar tersebut.
Minggu malam, 20 Mei 2018, waktu setempat, sehari setelah dianugerahi gelar MVP , Doncic kembali turun ke lapangan untuk memimpin Real Madrid melawan Fenerbahce Dogus Istanbul di partai puncak EuroLeague. Laga sempat berjalan ketat di paruh pertama; terbukti dengan kedudukan 38-40 bagi Fenerbahce. Paruh kedua, angin lebih berpihak kepada Real Madrid setelah mereka mencetak 47 poin yang hanya mampu dibalas dengan 40 poin dari lawan. Real Madrid menang 85-80 dan meraih gelar EuroLeague kesepuluh mereka sepanjang sejarah.
Di akhir laga, Doncic kembali harus menambah satu tempat di lemari trofinya setelah ia membawa pulang gelar MVP Final Four. Dalam laga puncak, Doncic berkontribusi lewat 17 poin, 3 rebound, dan 4 asis, serta tercatat sebagai pemain Real Madrid terlama yang bermain selama 29 menit.
Gelar MVP Final Four ini menambah panjang gelar-gelar dan trofi yang telah didapat Doncic dalam kurun delapan bulan terakhir. Ia memulai raihan trofi dengan juara EuroBasket 2017 bersama Slovenia dan juga terpilih sebagai All-Eurobasket Team (tim terbaik dalam turnamen). Kembali ke level klub, gelar pertama Doncic adalah EuroLeague Rising Star Award, EuroLeague MVP, All-EuroLeague Team, EuroLeague Champion, dan EuroLeague Final Four MVP. Sekali lagi perlu diingatkan, ia masih berusia 19 tahun.
Dengan rentetan gelar yang sudah ia raih secara individu maupun tim, Doncic seolah sudah melewati segala tantangan yang ada di Eropa. Rasanya sudah tidak ada lagi yang perlu dibuktikan oleh pemain pecinta Dragon Ball ini di Benua Biru. NBA Draft 2018 sudah di depan mata dan nama Doncic diprediksi akan terpilih di lima besar oleh beberapa media. Hal yang terasa sangat masuk akal mengingat segala rintangan telah dilewatinya.
Sampai bertemu di NBA, Luka Doncic?
Foto: EuroLeague